Kuatbaca.com - Paris Saint-Germain (PSG) menutup musim 2024/2025 dengan catatan emas. Mereka tak hanya meraih semua gelar domestik, tapi juga berhasil menjuarai Liga Champions untuk pertama kalinya sepanjang sejarah klub. Di balik kesuksesan tersebut, ada satu filosofi penting yang diterapkan oleh sang pelatih Luis Enrique: membangun tim muda.
Dalam wawancara yang dipublikasikan oleh Daily Mail, Presiden PSG, Nasser Al Khelaifi, mengungkapkan bahwa Enrique telah memberi arahan yang sangat tegas kepada manajemen. Sang pelatih melarang klub membeli pemain yang usianya di atas 28 tahun. Instruksi ini dijalankan dengan disiplin oleh jajaran petinggi PSG.
"Enrique melarang kami beli pemain di atas usia 28 tahun. Lihatlah transfer terakhir kami, pemain paling tua berusia 24 tahun," ujar Al Khelaifi. Menurutnya, Enrique sangat memperhatikan semangat, energi, dan potensi jangka panjang dari para pemain muda.
Skuad Muda PSG Buktikan Diri di Eropa
Keputusan tersebut terbukti jitu. PSG musim ini tampil sebagai tim termuda yang berhasil menjuarai Liga Champions, dengan rata-rata usia pemain hanya 23,6 tahun. Ini menjadi sejarah baru tidak hanya bagi klub, tetapi juga dalam catatan UEFA.
Sosok-sosok muda seperti Nuno Mendes (22 tahun), Bradley Barcola (22 tahun), Joao Neves (20 tahun), hingga Desire Doue (20 tahun) menjadi tulang punggung tim sepanjang musim. Mereka tampil tanpa rasa gentar melawan tim-tim papan atas Eropa dan menunjukkan kedewasaan di lapangan.
Luis Enrique sendiri dikenal sebagai pelatih yang punya reputasi dalam membina bakat-bakat muda. Ia pernah melatih tim muda Barcelona dan memberikan debut kepada banyak pemain yang kini jadi bintang di level internasional. Filosofinya di PSG tak jauh berbeda—mengutamakan pemain muda, mempercayakan mereka di laga besar, dan membangun tim masa depan yang solid.
Tak heran jika Enrique mendapat pujian dari berbagai pihak, termasuk dari para pengamat yang awalnya skeptis PSG bisa meraih trofi bergengsi dengan skuad semuda itu.
Strategi Transfer yang Terarah dan Konsisten
Bukan sekadar semboyan, strategi membeli pemain muda ini benar-benar diterapkan dalam aktivitas transfer PSG. Menurut Al Khelaifi, setiap perekrutan dipelajari dengan detail oleh tim pelatih sebelum disetujui manajemen. Tidak ada lagi pembelian pemain “instan” atau bintang tua yang datang hanya untuk mengejar popularitas.
"Kami memastikan semua calon pemain benar-benar dipantau dan dipelajari dengan teliti. Setelah itu, kami baru berikan persetujuan," jelas Al Khelaifi. Proses seleksi ini menciptakan kesinambungan antara visi pelatih dan strategi jangka panjang klub.
Selain itu, langkah ini juga membuat PSG lebih stabil secara finansial. Membeli pemain muda cenderung lebih ekonomis dan memberi peluang besar untuk nilai jual kembali. PSG pun makin menjauh dari tuduhan sebagai “klub instan” yang hanya mengejar hasil jangka pendek.
Dengan pendekatan yang lebih sehat, PSG tidak hanya mengukir sejarah di lapangan, tapi juga menjadi contoh klub Eropa modern yang mengutamakan pembangunan jangka panjang.
Era Baru PSG di Bawah Enrique
Keberhasilan PSG di musim 2024/2025 sekaligus menandai era baru dalam sejarah klub. Tidak lagi mengandalkan nama-nama besar berusia matang seperti sebelumnya, kini PSG sepenuhnya bertumpu pada generasi muda yang lapar akan prestasi dan loyal pada klub.
Luis Enrique bukan hanya pelatih, melainkan juga arsitek masa depan PSG. Pendekatan yang ia terapkan bisa menjadi panutan bagi klub lain yang ingin meraih kejayaan tanpa harus bergantung pada superstar mahal. Ia membuktikan bahwa keberhasilan bisa dicapai melalui fondasi kuat, strategi rekrutmen yang tepat, dan keberanian memberi panggung bagi talenta muda.
Ke depan, PSG diprediksi akan terus mempertahankan filosofi ini. Para fans pun kini mulai percaya bahwa kesuksesan PSG tak lagi bergantung pada satu dua nama, melainkan pada sistem dan tim yang solid.