Gianluigi Buffon Kenang Momen Memalukan di Laga Juventus vs Real Madrid

16 May 2025 23:22 WIB
150cf079-8028-429e-8af2-74ebc4a2b4a8_169.jpeg

Kuatbaca - Gianluigi Buffon, kiper legendaris asal Italia, baru-baru ini mengungkapkan sebuah kenangan yang membuatnya merasa malu selama perjalanan kariernya sebagai pesepakbola profesional. Momen tersebut terjadi dalam pertandingan leg kedua perempatfinal Liga Champions musim 2017/2018 antara Juventus dan Real Madrid, yang hingga kini masih dikenang sebagai salah satu laga paling dramatis dan kontroversial dalam sejarah kompetisi Eropa.

Kekalahan dan Drama Penalti di Leg Pertama dan Kedua

Pada leg pertama yang berlangsung di kandang Juventus, Si Nyonya Tua harus menerima hasil pahit dengan kalah telak 0-3 dari Real Madrid. Namun, semangat juang Juventus tidak padam begitu saja. Pada leg kedua yang digelar di Santiago Bernabeu, Juventus tampil luar biasa dan sempat memimpin 3-0, membuat agregat menjadi imbang 3-3 dan hampir membawa mereka ke babak semifinal.

Namun, momen penentuan datang menjelang waktu tambahan saat wasit memberikan penalti kontroversial kepada Madrid. Penalti tersebut diberikan setelah Lucas Vazquez terjatuh dalam duel udara dengan bek Juventus, Medhi Benatia, di mulut gawang. Insiden ini menjadi sorotan karena dari tayangan ulang, kontak antara kedua pemain terlihat sangat minim.

Amukan Buffon dan Kartu Merah yang Mengubah Laga

Ketegangan memuncak saat Buffon bereaksi keras terhadap keputusan wasit Michael Oliver. Sang kapten Juventus tidak mampu menahan emosinya dan melontarkan kata-kata kasar, yang kemudian berujung pada kartu merah. Dengan keluarnya Buffon, Wojciech Szczesny masuk menggantikan posisi kiper, namun gagal menahan tendangan penalti Cristiano Ronaldo yang akhirnya memastikan kemenangan Madrid dan kegagalan Juventus melaju ke semifinal.

Rasa Malu yang Membekas dan Refleksi Buffon

Dalam sebuah pameran buku baru-baru ini, Buffon membuka hati dan mengaku merasa malu atas sikap emosionalnya di laga tersebut. Ia menyadari bahwa sebagai kapten dan seorang pemain profesional, seharusnya ia bisa mengendalikan emosinya lebih baik dan memberikan contoh yang baik bagi tim dan penggemar.

Meski demikian, Buffon juga menegaskan bahwa jika diberi kesempatan untuk mengulang kejadian tersebut, ia akan tetap bereaksi dengan cara yang sama. Baginya, kejadian itu bukan sekadar soal kekalahan biasa, melainkan sebuah pertandingan yang luar biasa dramatis dengan comeback epik di stadion yang legendaris. Ia menggambarkan skuad Juventus saat itu sebagai kumpulan pemain yang memiliki karakter kuat dan persatuan luar biasa—mereka adalah pemimpi dan pejuang sejati.

Buffon mengaku hingga kini ia masih belum mengerti secara pasti mengapa keputusan kartu merah itu harus dijatuhkan kepadanya. Ia menganggap keputusan wasit tersebut menjadi momen yang sangat menentukan jalannya pertandingan dan nasib Juventus di Liga Champions musim itu.

Meski akhirnya Juventus gagal melaju dan Real Madrid melanjutkan perjalanan mereka hingga menjadi juara setelah mengalahkan Liverpool di final, pengalaman pahit tersebut menjadi bagian penting dalam perjalanan karier Buffon. Kejadian ini juga memperlihatkan sisi manusiawi dari seorang legenda yang tak luput dari emosi di momen-momen krusial.

Gianluigi Buffon bukan hanya dikenal karena kemampuan hebatnya di bawah mistar gawang, tapi juga karena sikapnya yang penuh semangat dan cinta terhadap sepakbola. Momen memalukan di laga Juventus versus Real Madrid itu menjadi pengingat bahwa di balik ketangguhan seorang atlet ada sisi emosional yang terkadang sulit dikendalikan, terutama dalam pertandingan bersejarah yang penuh tekanan. Namun, itulah yang membuat Buffon tetap menjadi sosok yang dicintai dan dihormati oleh banyak penggemar di seluruh dunia.

olahraga

Fenomena Terkini






Trending