Gagal Lagi ke Piala Dunia, Timnas China Diserbu Cibiran Suporternya Sendiri

Kuatbaca - Perjalanan Timnas China dalam kualifikasi Piala Dunia 2026 berakhir dengan kegagalan yang pahit. Harapan untuk kembali mencicipi atmosfer panggung dunia pupus di tengah performa yang dinilai minim greget dan semangat. Di Grup C babak ketiga Kualifikasi Zona Asia, China hanya mampu mengoleksi enam poin dari sembilan laga. Dengan satu pertandingan tersisa yang tak lagi menentukan, peluang ke putaran berikutnya resmi tertutup.
Kondisi ini menjadi semakin menyakitkan karena sejak penampilan perdananya dan satu-satunya di Piala Dunia 2002, tim berjuluk Naga itu terus gagal menembus babak final. Dua dekade lebih berlalu, namun kemajuan yang diharapkan dari timnas mereka justru tampak jalan di tempat, bahkan sesekali mundur beberapa langkah.
Ledakan Kekecewaan Suporter di Media Sosial
Tak heran jika reaksi keras datang dari para suporter di Negeri Tirai Bambu. Media sosial lokal langsung dibanjiri komentar bernada marah, kecewa, dan satir yang menggambarkan betapa frustrasinya publik terhadap performa tim nasional mereka. Sebagian besar menyuarakan kemarahan bukan hanya terhadap pemain, tetapi juga federasi yang dianggap gagal membina sepak bola nasional dengan serius.
Ada yang dengan lantang menyerukan pembubaran asosiasi sepak bola China, menyebut keberadaan mereka tak lagi relevan jika terus-menerus menghasilkan kegagalan. Beberapa lainnya bahkan menyindir keras bahwa pemain timnas lebih buruk dari orang-orang yang bermain bola di pasar. Komentar ini tentu saja mencerminkan betapa dalam luka yang dirasakan oleh para pendukung timnas.
Kalah dari Indonesia, Puncak Kekesalan Suporter
Salah satu momen yang dianggap mempermalukan adalah ketika China dikalahkan oleh Indonesia, tim yang selama ini dianggap masih berada di bawah level mereka secara historis. Kekalahan itu menjadi bahan olok-olokan yang menyebar luas, bahkan muncul berbagai meme dan satir dari netizen lokal yang mempertanyakan motivasi serta etos kerja para pemain mereka.
Alih-alih memberi penampilan membanggakan, laga melawan Indonesia menjadi salah satu titik balik kemarahan suporter. Sejumlah pemain bahkan menjadi sasaran 'perundungan' digital. Mereka disebut tampil tidak layak membela negara, tidak menunjukkan gairah bermain, dan terlalu mudah kehilangan fokus di lapangan.
Posisi Pelatih Di Ujung Tanduk
Di tengah badai kritik yang menerpa, posisi pelatih kepala Branko Ivankovic pun terancam. Pelatih asal Kroasia yang ditunjuk untuk mengangkat performa timnas itu dinilai gagal memberikan dampak nyata. Isu pemecatan pun mulai berhembus kencang, dan menjadi pembicaraan hangat di forum-forum sepak bola lokal. Meski belum ada pengumuman resmi, tekanan dari publik membuat posisinya kian tidak aman.
Ivankovic sebelumnya datang dengan reputasi membawa disiplin dan strategi matang, namun dalam realisasi di lapangan, banyak yang menilai pendekatannya gagal diterjemahkan oleh para pemain. Kritik juga diarahkan pada kurangnya adaptasi taktik dengan karakter pemain lokal serta kegagalan membangun chemistry antarpemain selama kampanye kualifikasi.
Gagalnya China lolos ke Piala Dunia 2026 bukan hanya tentang statistik atau hasil pertandingan, tetapi menjadi refleksi mendalam terhadap sistem sepak bola nasional mereka. Investasi besar-besaran yang digelontorkan dalam beberapa tahun terakhir ternyata belum cukup untuk melahirkan prestasi. Akademi-akademi bertaraf internasional, pelatih asing papan atas, hingga pemain naturalisasi, belum juga menghasilkan generasi emas yang diidamkan.
Kini, sepak bola China berada di persimpangan jalan. Perlu reformasi menyeluruh, bukan hanya dari aspek teknis, tetapi juga manajerial dan budaya sepak bola itu sendiri. Suporter yang selama ini setia, mulai kehilangan harapan. Jika perubahan tidak segera dilakukan, bukan tidak mungkin kepercayaan publik akan terkikis habis dan sepak bola di negeri itu justru semakin terpuruk.