Fajar Alfian hingga Apriyani Rahayu Masuk Radar Penilaian PBSI, Tak Ada Posisi Aman Meski Penuh Prestasi

1. Semua Atlet Dipantau: Dari Elit hingga Pelapis
Kuatbaca.com - Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) menegaskan bahwa seluruh atlet pelatnas — baik senior maupun junior — masuk dalam proses evaluasi menyeluruh. Nama-nama besar seperti Fajar Alfian dan Apriyani Rahayu, yang memiliki rekam jejak prestasi gemilang, tetap tidak luput dari pengamatan. Penegasan ini disampaikan langsung oleh Waketum I PBSI, Taufik Hidayat, yang menekankan bahwa tak ada pemain yang bisa merasa aman hanya karena pernah berjaya di masa lalu.
2. Apriyani dan Fajar Punya Riwayat Prestasi, Tapi Tetap Dinilai
Apriyani Rahayu merupakan peraih medali emas Olimpiade Tokyo 2020 saat berpasangan dengan Greysia Polii. Usai pensiunnya Greysia, Apriyani berduet dengan Siti Fadia Silva Ramadhanti dan mencetak berbagai gelar penting di level 500 dan 750, termasuk dua kali menjadi runner-up. Bahkan, mereka sempat masuk ke empat besar peringkat dunia sektor ganda putri.
Di sisi lain, pasangan ganda putra Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto juga mencetak prestasi luar biasa. Mereka dua kali berturut-turut menjadi juara All England Super 1000 (2023 dan 2024), mengoleksi 9 gelar juara dan 7 kali runner-up di BWF World Tour (2018–2024), serta pernah duduk di peringkat 1 dunia pada Desember 2022. Namun, meski memiliki sejarah mengesankan, PBSI tetap memasukkan mereka dalam penilaian terbaru.
3. Proses Penilaian Tidak Instan, Semua Butuh Waktu
Taufik Hidayat menegaskan bahwa evaluasi yang dilakukan PBSI tidak bersifat instan. Tidak serta merta satu atau dua kekalahan langsung jadi dasar pengeluaran dari pelatnas. Setiap atlet diberikan waktu untuk berproses dan menunjukkan konsistensi. Ia menyatakan, “Masak baru 1–2 pertandingan nggak bagus langsung keluar? Nggak bisa seperti itu.”
Penilaian PBSI lebih berfokus pada kesiapan jangka panjang, terutama menuju Olimpiade. Bahkan kemenangan masa lalu, seperti All England 2023, tidak otomatis jadi jaminan jika performa saat ini mulai menurun. Fokusnya adalah: siapa yang paling siap untuk kompetisi besar ke depan.
4. Perombakan Pasangan dan Dinamika Pelatnas
Kini Apriyani dipasangkan dengan Febi Setianingrum, atlet muda potensial. Ini dilakukan pasca pemulihan cedera yang dialami Apriyani. Sementara itu, mantan pasangannya, Siti Fadia, kini berduet dengan Lanny Tria Mayasari, yang disebut-sebut menunjukkan perkembangan signifikan.
Sementara di sektor ganda putra, Fajar Alfian akan tampil bersama Muhammad Shohibul Fikri dalam tiga turnamen mendatang: Japan Open, China Open, dan Macau Open (15 Juli – 3 Agustus 2025). Pergantian pasangan ini bersifat sementara karena Rian tengah menantikan kelahiran anak pertama dan Daniel Marthin masih menjalani pemulihan pasca operasi lutut. Daniel diprediksi baru bisa kembali latihan penuh dalam tiga bulan ke depan.
5. Taufik Hidayat: Yang Masih Ingin Berprestasi, Itu yang Diprioritaskan
Taufik menyoroti pentingnya motivasi dan semangat juang atlet. Dalam keterangannya, ia menyebut bahwa mereka yang masih haus prestasi akan mendapatkan perhatian lebih dalam proses seleksi dan promosi. “Yang di bawah juga menunggu kesempatan. Jadi yang di atas juga tidak boleh santai-santai,” ujarnya. Ini artinya, atlet senior sekalipun harus terus membuktikan diri agar tetap jadi pilihan utama PBSI.
Regenerasi dan Kompetisi Sehat Jadi Kunci Skuad Nasional
PBSI kini berada di jalur yang tegas dan transparan: prestasi, semangat, dan kesiapan jangka panjang adalah kunci. Baik Fajar maupun Apriyani tetap masuk radar evaluasi, bukan karena kurang berprestasi, tapi karena sistem penilaian yang adil dan menyeluruh harus diterapkan demi regenerasi dan pencapaian maksimal menuju kompetisi besar seperti Olimpiade dan Kejuaraan Dunia.