Cuaca Panas Jakarta Bikin Mobil Formula E ‘Dikasih Es’: Begini Strategi Tim Jaguar

Kuatbaca.com - Gelaran Formula E Jakarta 2025 menyajikan tidak hanya aksi balap mobil listrik yang mendebarkan, tetapi juga tantangan teknis yang tak kalah ekstrem yakni suhu panas khas Ibu Kota. Suasana terik di kawasan Sirkuit Ancol, Jakarta Utara, memaksa para tim balap memutar otak agar performa mobil tetap stabil.
Redaksi detikOto berkesempatan masuk ke garasi tim Jaguar TCS Racing dan menyaksikan langsung bagaimana tim ini menangani tantangan suhu tinggi. Salah satu fakta menarik yang ditemukan adalah, mobil Formula E ternyata perlu "dikasih es batu" agar tetap dingin—khususnya untuk menjaga suhu baterai dan motor listrik.
Menurut Mark Godden, Race Operations Executive dari Jaguar TCS Racing, cuaca panas seperti di Jakarta dapat menyebabkan overheat pada baterai. Oleh karena itu, mereka menggunakan sistem pendinginan dengan cooler box yang diisi es kering (dry ice). Es ini berfungsi untuk menjaga komponen vital tetap dalam suhu ideal sebelum dan selama balapan berlangsung.
"Di beberapa balapan yang bersuhu ekstrem, kita isi cooler box pakai es kering, lalu udara dingin dari situ disalurkan ke radiator mobil dengan bantuan kipas," jelas Mark saat ditemui pada Jumat (20/6) lalu. "Sistem ini bisa dipasang saat di garasi atau langsung di grid sebelum start balapan."
1. Strategi Pendinginan Khusus untuk Baterai dan Powertrain
Mark menambahkan bahwa suhu yang terjaga dengan baik sangat penting, tidak hanya untuk baterai, tapi juga untuk powertrain depan dan belakang. Maka dari itu, tim Jaguar TCS Racing punya kru khusus yang bertugas mengawasi dan mengatur sistem pendinginan ini.
"Pendinginan dilakukan dari unit ke radiator yang letaknya di bawah mobil. Setelah itu udara dingin dialirkan ke baterai melalui sistem koneksi khusus," jelasnya lebih lanjut. Ini bukan sekadar gimmick, tapi memang upaya serius menjaga performa dan mencegah kerusakan akibat suhu ekstrem.
Yang menarik, ada juga engineer khusus di tim yang fokus hanya untuk mengelola suhu mobil, terutama saat balapan berlangsung. Mereka memantau data suhu secara real time dan memberi arahan kepada pebalap jika terjadi lonjakan suhu yang berbahaya.
Misalnya, jika suhu baterai melonjak drastis saat mobil dipacu terlalu kencang, engineer akan memberi sinyal ke pebalap agar mengurangi kecepatan. Ini penting untuk mencegah apa yang disebut sebagai “derate”, yaitu penurunan performa mobil akibat overheat.
2. Panas Ekstrem Bisa Ubah Taktik Balapan
Bukan hanya di Jakarta, insiden suhu tinggi juga pernah terjadi saat Formula E digelar di Sao Paulo. Di sirkuit tersebut, mobil-mobil yang melaju di depan justru lebih cepat mengalami peningkatan suhu karena tidak mendapat perlindungan angin.
“Inilah kenapa kadang-kadang lebih baik berada di posisi dua atau tiga. Mobil di depan bisa membantu ‘belah angin’, sehingga suhu mobil di belakang lebih stabil,” ungkap Mark.
Di Formula E, strategi seperti ini sudah menjadi bagian dari taktik balapan. Bahkan kadang lebih baik menahan diri dan menunggu momen yang tepat dibanding langsung memimpin sejak awal, terutama di sirkuit bersuhu tinggi seperti Jakarta.
Salah perhitungan dalam pengelolaan suhu bisa membuat tim kehilangan poin penting. “Satu detik saja overheat, performa bisa langsung drop. Itulah yang jadi fokus utama kami saat balapan di sini,” tambah Mark.
3. Jaguar Bawa Teknologi Balap ke Level Selanjutnya
Jaguar TCS Racing memang dikenal sebagai salah satu tim paling inovatif di Formula E. Penggunaan sistem pendingin dengan es kering ini hanyalah satu contoh dari pendekatan teknologi tinggi yang mereka usung.
Selain itu, sistem manajemen energi yang digunakan juga sudah berbasis AI dan machine learning untuk memprediksi performa baterai, suhu lintasan, hingga potensi derate. Semua data ini dipantau di pit stop dan dikomunikasikan langsung ke pebalap.
Kondisi ini menunjukkan bahwa di dunia balap mobil listrik, faktor teknologi dan data sama pentingnya dengan skill mengemudi. Kemenangan bukan hanya ditentukan oleh kecepatan, tapi juga oleh presisi teknis dan pengelolaan energi yang cerdas.
Bagi penggemar otomotif di Indonesia, fakta bahwa mobil Formula E di Jakarta bisa “dikasih es” mungkin terdengar lucu. Namun, inilah realita balapan modern—di mana cuaca bisa jadi lawan berat selain kompetitor.
4. Balapan Listrik, Cuaca Panas, dan Masa Depan Otomotif
Ajang Formula E Jakarta 2025 sekaligus menjadi bukti bahwa mobil listrik punya tantangan tersendiri di daerah tropis. Namun, tim-tim besar seperti Jaguar TCS Racing sudah menunjukkan bahwa dengan pendekatan yang tepat, semua bisa diatasi.
Lebih dari itu, gelaran ini juga membuka mata publik bahwa masa depan mobil listrik bukan hanya ramah lingkungan, tapi juga sarat teknologi dan ketahanan tinggi. Bahkan di suhu ekstrem Jakarta sekalipun.
Kita mungkin menyaksikan mobil melaju mulus di lintasan Ancol, tapi di balik layar ada kerja keras teknisi dan insinyur untuk memastikan semuanya bekerja sempurna termasuk menyuplai es untuk menjaga suhu mobil tetap dingin.
Dan dengan terus berkembangnya teknologi balap listrik, bukan tak mungkin ke depan kita akan melihat sistem pendingin otomatis yang lebih efisien dan tidak perlu es batu lagi.