Bagnaia Masih Kalah Saing dari Marquez, Marco Melandri Buka Suara

Kuatbaca.com - Musim MotoGP 2025 menjadi salah satu musim paling kompetitif dalam sejarah, terutama dengan kehadiran Marc Marquez di Ducati Lenovo Team. Rider asal Spanyol itu tampil impresif sejak awal musim, memenangi 6 dari 10 seri yang telah digelar. Sementara itu, rekan setimnya, Francesco Bagnaia, justru terlihat kesulitan menjaga konsistensi dan ketajamannya dalam persaingan papan atas.
Meski berstatus juara dunia bertahan, Bagnaia belum mampu menyaingi dominasi Marquez. Bahkan di sirkuit-sirkuit favoritnya seperti Mugello dan Assen, Bagnaia justru harus mengakui keunggulan rider berjuluk The Baby Alien tersebut. Satu-satunya kemenangan Bagnaia musim ini terjadi di MotoGP Amerika Serikat, dan itu pun saat Marquez gagal finis akibat kecelakaan.
Kondisi ini memunculkan tanda tanya besar: apakah Bagnaia memang menurun performanya, atau justru Marquez yang terlalu cepat? Bagi sebagian pengamat, tekanan berada satu tim dengan pembalap sekaliber Marquez bisa menjadi beban mental tersendiri bagi Pecco — sapaan akrab Bagnaia.
Menanggapi situasi ini, mantan pembalap MotoGP asal Italia, Marco Melandri, ikut buka suara dan memberikan saran kepada Bagnaia agar segera keluar dari bayang-bayang Marquez.
1. Fokus pada Gaya Balap Sendiri, Bukan Marquez
Menurut Melandri, Bagnaia tidak mengalami penurunan performa secara teknis dibanding tahun lalu. Sebaliknya, justru kehadiran Marc Marquez dalam satu garasi membuat tekanan psikologis semakin tinggi. Ia menyarankan agar Bagnaia kembali fokus pada kekuatannya sendiri dan tak terlalu banyak membandingkan dengan Marquez.
Dalam sebuah wawancara dengan GP One, Melandri menyebut bahwa kecepatan Marquez memang luar biasa, tapi bukan berarti Bagnaia tak bisa mengejarnya. Hanya saja, diperlukan pendekatan berbeda dalam hal teknis, terutama menyangkut pengereman.
Bagnaia dinilai terlalu agresif dalam menggunakan rem belakang, yang justru membuat kestabilan motor berkurang saat memasuki tikungan. Sebaliknya, Marquez lebih halus dan taktis, memulai pengereman dengan lembut sehingga motor tetap "duduk" stabil di lintasan.
Gaya balap seperti itu bukan sesuatu yang bisa ditiru begitu saja, karena membutuhkan perubahan mendalam dalam kebiasaan berkendara. Namun jika Bagnaia bisa beradaptasi, peluangnya menyaingi Marquez masih terbuka.
2. Perbedaan Teknik Rem Jadi Faktor Penentu
Melandri menjelaskan bahwa salah satu masalah utama Bagnaia ada pada teknik pengereman. Dalam video analisis, terlihat jelas bahwa Marquez menggunakan teknik pengereman belakang terlebih dahulu secara halus, sehingga membuat distribusi beban motor tetap stabil. Teknik ini membuat motornya tetap melekat di aspal, mengurangi risiko tergelincir, dan menjaga kecepatan di tikungan.
Sementara itu, Bagnaia cenderung melakukan pengereman secara mendadak dan lebih berat, khususnya pada bagian depan. Hal ini membuat bagian belakang motornya sedikit terangkat dan mengurangi efisiensi saat masuk ke tikungan tajam.
Kondisi seperti ini memang tidak mudah diperbaiki, karena sudah menjadi karakteristik gaya balap seorang pembalap. Namun, dalam persaingan yang sangat ketat seperti saat ini, perubahan kecil pada teknik bisa menentukan posisi podium.
Melandri menyarankan agar Ducati memberikan lebih banyak dukungan teknis dan analisis kepada Bagnaia agar ia dapat beradaptasi dengan cepat, tanpa kehilangan gaya khasnya.
3. Tekanan Psikologis di Dalam Tim Ducati
Berbagi garasi dengan pembalap sekelas Marc Marquez bukan perkara mudah. Bagi Bagnaia, situasi ini menghadirkan tekanan tersendiri, baik dari sisi performa maupun ekspektasi publik. Jika tidak dikelola dengan baik, tekanan semacam ini bisa menggerus kepercayaan diri dan merusak ritme yang sudah dibangun.
Bagnaia juga kini dihadapkan pada fakta bahwa setiap kesalahannya akan langsung terlihat karena dibandingkan dengan Marquez, yang nyaris sempurna di beberapa seri awal musim. Ini menjadi ujian mental yang besar, dan tidak semua pembalap bisa menghadapinya.
Banyak yang berharap Ducati mampu menjaga keseimbangan antara kedua pembalapnya. Jangan sampai kompetisi internal justru merusak atmosfer tim yang selama ini dikenal solid.
Jika tidak ditangani secara strategis, dominasi Marquez bisa saja menggerus status Bagnaia sebagai andalan utama Ducati, baik dari sisi branding maupun hasil di trek.
4. Masih Ada Peluang Bangkit di Paruh Kedua Musim
Meskipun tertinggal, musim MotoGP 2025 belum berakhir. Masih banyak seri yang tersisa, dan peluang Bagnaia untuk bangkit masih terbuka lebar. Asalkan ia bisa memperbaiki masalah teknis dan menata kembali mental bertandingnya, ia bisa kembali ke jalur kemenangan.
Dengan dukungan penuh dari tim Ducati dan pengalaman sebagai juara dunia, Bagnaia punya semua modal untuk bersaing di papan atas. Kuncinya adalah mengatasi tekanan internal dan belajar dari keunggulan Marquez, tanpa kehilangan jati dirinya.
Ke depan, MotoGP akan menyambangi sirkuit-sirkuit menantang seperti Silverstone, Aragon, dan Mandalika. Di lintasan-lintasan tersebut, kemampuan adaptasi Bagnaia akan diuji — apakah ia bisa membalas dominasi Marquez, atau justru makin tertinggal.
Musim ini bukan hanya tentang kecepatan, tapi juga tentang siapa yang paling cepat belajar dan beradaptasi. Dan dalam hal itu, Bagnaia masih punya waktu untuk membalikkan keadaan.