Kuatbaca - Dalam sebuah malam yang tak terlupakan, Al Hilal mencetak sejarah besar dengan menyingkirkan Manchester City dari ajang Piala Dunia Antarklub 2025. Laga yang digelar di babak 16 besar ini menjadi panggung bagi drama tujuh gol yang memunculkan pemenang tak terduga.
Pertandingan antara Al Hilal dan Manchester City sejak awal menunjukkan intensitas tinggi. Kedua tim saling jual beli serangan, memperlihatkan level permainan yang nyaris seimbang, meski secara di atas kertas City jauh lebih diunggulkan. Tim asuhan Pep Guardiola sempat unggul dalam penguasaan bola dan tempo permainan, namun Al Hilal tak gentar menghadapi tekanan.
Hasil imbang 2-2 di waktu normal menggambarkan seberapa besar determinasi yang ditunjukkan wakil Arab Saudi tersebut. Saat laga memasuki babak perpanjangan waktu, tensi semakin memuncak. Dan di menit ke-112, sebuah momen brilian dari Marcos Leonardo menjadi pembeda—golnya memastikan kemenangan Al Hilal dengan skor akhir 4-3.
Hampir tak ada yang menyangka Al Hilal bisa mengalahkan juara bertahan Liga Champions Eropa. Manchester City datang ke turnamen ini sebagai favorit utama, membawa skuad bertabur bintang seperti Joao Cancelo, Bernardo Silva, dan Julian Alvarez. Namun di lapangan, nama besar bukan jaminan.
Kemenangan ini pun terasa seperti dongeng. Bagaimana tidak? Klub asal Riyadh yang sempat diremehkan justru mampu memaksa Manchester City angkat koper lebih awal. Untuk City, ini menjadi noda pahit dalam sejarah mereka di turnamen dunia antarklub, sekaligus mengakhiri rekor sempurna Pep Guardiola dalam ajang ini.
Simone Inzaghi, pelatih kepala Al Hilal, memainkan peran penting dalam kesuksesan ini. Mantan pelatih Inter Milan itu memimpin timnya dengan strategi matang, keberanian, dan semangat juang tinggi. Bagi Inzaghi, kemenangan ini lebih dari sekadar hasil pertandingan; ini adalah bukti bahwa kerja keras dan keyakinan bisa menaklukkan rintangan sebesar apa pun.
Ia menggambarkan kemenangan timnya seperti menaklukkan Gunung Everest tanpa bantuan oksigen—sebuah prestasi luar biasa yang hampir mustahil tercapai. Analogi itu terasa pas, mengingat kualitas dan reputasi Manchester City yang nyaris tak tertandingi dalam beberapa tahun terakhir.
Inzaghi juga menyoroti kerapian permainan Al Hilal, baik saat menguasai bola maupun ketika bertahan. Ia menilai anak asuhnya tampil sempurna secara teknis, disiplin dalam struktur permainan, dan tak kenal lelah sepanjang 120 menit laga.
Setelah melewati hadangan Manchester City, Al Hilal akan berhadapan dengan Fluminense, wakil dari Brasil, di babak perempat final. Laga ini tak kalah berat, mengingat Fluminense juga dikenal sebagai tim yang memiliki filosofi permainan menyerang dan teknik tinggi.
Namun dengan mental dan momentum yang kini dimiliki Al Hilal, bukan tidak mungkin kejutan demi kejutan akan terus mereka hadirkan. Semangat mereka kini tengah membara, dan kepercayaan diri seluruh tim meningkat drastis setelah mencatat kemenangan monumental ini.
Lebih dari sekadar mengalahkan klub top Eropa, kemenangan ini menjadi simbol bangkitnya sepak bola Asia dan kawasan Timur Tengah. Al Hilal telah menunjukkan bahwa mereka tidak hanya bisa bersaing, tetapi juga mampu mendominasi dalam situasi tertentu. Ini menjadi pesan kepada dunia bahwa dominasi klub-klub Eropa dalam turnamen global tidak lagi mutlak.
Dengan masuknya banyak pemain dan pelatih berkualitas ke liga-liga Timur Tengah, terutama Saudi Pro League, transformasi kualitas perlahan terlihat. Dan Al Hilal kini menjadi representasi paling nyata dari perubahan tersebut.
Kemenangan ini bukan hanya milik Al Hilal. Ini adalah kemenangan bagi semangat underdog, kerja keras, dan keyakinan bahwa dalam sepak bola, segalanya bisa terjadi. Piala Dunia Antarklub 2025 baru saja memulai babak paling mengejutkannya—dan dunia kini menyaksikan kebangkitan sang raksasa dari Timur.