Serangan Brutal di Kharkiv: Rusia Lancarkan Gelombang Serangan Drone, Puluhan Luka dan Korban Jiwa Berjatuhan

11 June 2025 11:46 WIB
serangan-drone-rusia-ke-ukraina-di-kharkiv-reuters-1749350543843_169.jpeg

Kuatbaca - Konflik antara Rusia dan Ukraina kembali memanas dengan serangan udara terbaru yang mengguncang kota Kharkiv, Ukraina Timur Laut. Dua orang dilaporkan tewas, sementara sedikitnya 54 orang mengalami luka-luka dalam serangan yang digambarkan sebagai salah satu yang paling intens dalam beberapa pekan terakhir. Gelombang kekerasan ini sekali lagi menunjukkan bahwa bayangan perang masih jauh dari kata berakhir.

Kharkiv Jadi Sasaran Utama Serangan Malam Hari

Kharkiv, kota terbesar kedua di Ukraina yang terletak hanya puluhan kilometer dari perbatasan Rusia, telah menjadi pusat serangan udara yang terus meningkat sejak awal bulan. Dalam serangan terbaru, wilayah ini dihujani serangan oleh drone militer Rusia yang diarahkan ke permukiman penduduk sipil. Sebanyak 17 serangan pesawat nirawak tercatat menghantam dua distrik utama kota tersebut dalam waktu semalam.

Akibatnya, beberapa bangunan tempat tinggal, termasuk rumah dan apartemen bertingkat, rusak parah. Sebagian bangunan bahkan dilalap api, dan sejumlah warga terperangkap di dalam puing-puing yang runtuh. Tim penyelamat bekerja keras sepanjang malam untuk mengevakuasi korban, dan hingga pagi hari, proses pencarian korban yang mungkin masih tertimbun terus berlangsung.

Anak-Anak Ikut Menjadi Korban

Yang paling memilukan dari serangan ini adalah keterlibatan anak-anak di antara para korban luka. Setidaknya delapan anak harus dilarikan ke rumah sakit dengan berbagai cedera akibat ledakan dan reruntuhan. Banyak dari mereka sedang berada di rumah ketika serangan berlangsung, yang terjadi secara mendadak dan tanpa peringatan dini.

Trauma psikologis dipastikan akan menghantui anak-anak ini untuk waktu yang lama. Ledakan yang datang di tengah malam menghancurkan rasa aman yang biasanya mereka rasakan di lingkungan rumah sendiri. Orang tua, yang beberapa di antaranya kehilangan anggota keluarga, kini berjuang keras untuk memberikan rasa tenang bagi anak-anak mereka.

Serangan yang Terus Meningkat Meski Ada Seruan Damai

Meskipun tekanan internasional terhadap Rusia untuk menghentikan invasi terus menguat, termasuk dari Amerika Serikat dan negara-negara Eropa, kenyataannya situasi di lapangan justru semakin memburuk. Serangan drone dan rudal dilaporkan meningkat dalam jumlah dan intensitas dalam beberapa hari terakhir.

Sementara itu, seruan dari pemerintah Ukraina untuk tindakan nyata dari para sekutu Barat terus menggema. Ukraina menuntut lebih dari sekadar dukungan moral atau kecaman diplomatik. Mereka mendesak pengiriman bantuan militer dan teknologi pertahanan yang dapat digunakan untuk menangkis serangan-serangan udara dari Rusia, yang dinilai sudah terlalu jauh melampaui batas.

Harapan untuk gencatan senjata kembali redup setelah upaya diplomasi terbaru yang digelar di Turki gagal mencapai kesepakatan. Rusia tetap pada pendiriannya untuk menolak gencatan senjata tanpa syarat. Di sisi lain, Ukraina bersikeras mempertahankan wilayahnya dan menolak menyerah atas tuntutan Rusia yang mengarah pada pelepasan sebagian wilayah mereka.

Meski tidak membuahkan hasil signifikan, kedua negara sepakat untuk melakukan pertukaran tahanan perang, serta mengembalikan jenazah prajurit yang gugur. Setidaknya ada lebih dari seribu tahanan yang ditukar dalam kesepakatan tersebut, memberikan sedikit kelegaan bagi keluarga para tentara di kedua belah pihak.

Bagi warga Kharkiv, hari-hari belakangan terasa seperti mimpi buruk yang tak berkesudahan. Serangan pada hari Rabu menjadi salah satu yang terparah setelah serangan besar pada akhir pekan sebelumnya yang menewaskan empat orang dan melukai lebih dari 50 lainnya. Bangunan apartemen dan rumah-rumah warga menjadi sasaran utama, menunjukkan pola serangan yang tampaknya disengaja untuk menghancurkan kehidupan sipil.

Di tengah semua ini, Ukraina tak tinggal diam. Mereka meningkatkan serangan drone ke wilayah Rusia, menargetkan fasilitas militer dan infrastruktur penting. Namun, eskalasi ini juga mengundang kekhawatiran akan konflik yang semakin meluas, dengan potensi dampak kemanusiaan yang jauh lebih besar.

Perang Rusia-Ukraina yang telah berlangsung lebih dari tiga tahun belum menunjukkan tanda-tanda akan mereda. Dengan serangan yang terus dilancarkan dan diplomasi yang menemui jalan buntu, masyarakat sipil tetap menjadi pihak yang paling menderita. Dunia pun kini menanti langkah nyata dari para pemimpin global—apakah akan terus menjadi penonton, atau akhirnya turun tangan untuk menegakkan perdamaian yang sesungguhnya.

kriminal

Fenomena Terkini






Trending