Penangkapan di Hari Bhayangkara

Kuatbaca - Tepat pada peringatan Hari Bhayangkara ke-79, suasana di Aceh Timur berubah mencekam. Tim gabungan dari Bareskrim Polri dan Polres Aceh Timur berhasil membongkar penyelundupan narkotika jenis sabu dalam jumlah besar. Operasi itu bukan sekadar penggerebekan biasa. Di baliknya, terkuak fakta mengejutkan: jaringan ini melibatkan seorang mantan kepala desa sekaligus eks calon legislatif daerah. Tak tanggung-tanggung, sebanyak 45 bungkus sabu berhasil diamankan dari dua orang kurir yang kini telah ditahan.
Jaringan Narkoba Bertopeng Tokoh Masyarakat
Nama Baihaqi alias Boy kini masuk dalam daftar buronan polisi. Ia bukan sosok asing di masyarakat Aceh Timur. Sebelumnya dikenal sebagai seorang Geuchik (kepala desa), Boy juga sempat mencalonkan diri sebagai anggota DPRD. Namun di balik citranya sebagai tokoh masyarakat, tersingkap wajah gelapnya sebagai dalang dalam penyelundupan sabu lintas negara.
Berdasarkan hasil interogasi dua tersangka yang lebih dulu ditangkap, Boy adalah pihak yang memberikan perintah kepada mereka untuk mengambil sabu dari perairan Pantai Idi Cut, titik yang kerap menjadi jalur masuk barang haram dari Malaysia. Para kurir dijanjikan bayaran sebesar Rp45 juta untuk menjalankan tugas tersebut—angka yang cukup menggiurkan, meski berisiko tinggi.
Modus Lama, Jalur Laut Masih Jadi Andalan
Dalam operasi ini, aparat berhasil menangkap dua kurir bernama Khairul dan Teuku alias Ponde. Keduanya ditangkap saat sedang melintas di Jalan Alue Puteh–Blang Geulumpang, Aceh Timur, dengan membawa dua karung dan satu tas berisi sabu. Penangkapan ini menambah daftar panjang kasus penyelundupan narkoba melalui jalur laut yang kerap terjadi di wilayah Aceh.
Wilayah pesisir timur Aceh memang menjadi salah satu titik rawan penyelundupan narkotika dari Malaysia. Jalur laut yang panjang dan minim pengawasan memungkinkan jaringan narkoba internasional memanfaatkan daerah ini sebagai pintu masuk ke wilayah Indonesia. Dalam kasus ini, 45 bungkus sabu diselundupkan melalui kapal, lalu diserahkan kepada kurir lokal di pinggir pantai untuk dibawa ke tempat penampungan sementara.
Investigasi Berawal dari Informasi Warga
Kasus ini terungkap berkat informasi masyarakat yang melaporkan adanya aktivitas mencurigakan di wilayah pesisir. Laporan tersebut segera ditindaklanjuti oleh Subdirektorat IV Direktorat Tindak Pidana Narkoba Bareskrim, yang langsung melakukan koordinasi dengan Satgas NIC serta Bea Cukai Aceh. Penyelidikan pun dilakukan secara intensif hingga akhirnya operasi gabungan digelar dan membuahkan hasil signifikan.
Selain sabu, tim gabungan juga menyita dua unit sepeda motor yang digunakan pelaku untuk mengangkut barang, serta beberapa telepon genggam yang diyakini menjadi alat komunikasi utama jaringan tersebut. Barang bukti ini kini menjadi kunci dalam penelusuran jejak Baihaqi alias Boy dan kemungkinan jaringan yang lebih luas di baliknya.
Keterlibatan mantan pejabat desa dalam kasus narkoba ini menimbulkan kekhawatiran serius di tengah masyarakat. Warga resah karena tokoh yang semestinya menjadi teladan justru menjadi bagian dari sindikat perusak generasi muda. Fenomena ini juga mencerminkan bagaimana jaringan narkoba mampu menyusup ke dalam lapisan struktural masyarakat, termasuk politik lokal.
Sementara itu, aparat keamanan terus memperkuat pengawasan di wilayah perbatasan laut dan memperketat patroli di titik-titik rawan penyelundupan. Namun upaya ini tetap menghadapi tantangan, terutama karena para pelaku sering memanfaatkan celah hukum dan kelemahan pengawasan di daerah-daerah terpencil.
Hingga kini, Baihaqi alias Boy masih dalam status buronan. Tim Bareskrim bersama Polres Aceh Timur terus mengejar keberadaannya, termasuk menelusuri kemungkinan keterlibatan pihak lain yang mungkin membantu pelariannya. Pihak kepolisian juga menelusuri jejak transaksi dan komunikasi yang terhubung ke pelaku utama demi mengungkap jaringan di balik penyelundupan sabu ini.
Kasus ini menjadi pengingat bahwa perang terhadap narkoba belum selesai. Keberhasilan aparat mengungkap 45 bungkus sabu hanyalah satu babak dari pertarungan panjang melawan peredaran narkotika yang kian licin dan sistematis. Di tengah ancaman narkoba yang terus berkembang, peran masyarakat dalam memberikan informasi dan menjaga lingkungannya tetap menjadi senjata paling ampuh yang dimiliki bangsa ini.