Insiden Kembali Terjadi di Stadion Kanjuruhan Usai Laga Arema vs Persik Kediri

12 May 2025 11:54 WIB
bus-tim-persik-1746971170835_169.jpeg

Kuatbaca.com - Stadion Kanjuruhan, yang baru saja digunakan untuk pertandingan Liga 1 antara Arema FC dan Persik Kediri pada Minggu, 11 Mei 2025, kembali menjadi sorotan setelah terjadinya insiden yang melibatkan suporter. Pertandingan tersebut berakhir dengan kemenangan Persik Kediri 3-0, namun situasi di luar lapangan tidak seaman yang diharapkan. Usai laga, rombongan bus yang membawa tim Persik Kediri diserang oleh sekelompok orang yang tidak dikenal.

Peristiwa ini kembali menambah daftar panjang insiden kekerasan yang terjadi setelah pertandingan sepak bola di Indonesia, yang turut melibatkan suporter yang emosional. Insiden ini sangat disayangkan mengingat tragedi yang pernah terjadi di stadion yang sama pada 2022, di mana banyak nyawa melayang akibat kerusuhan dan tindakan represif pihak berwenang.

1. Kronologi Serangan terhadap Bus Rombongan Persik Kediri

Setelah pertandingan selesai pada sore hari, sekitar pukul 18.15 WIB, bus yang membawa tim Persik Kediri hendak meninggalkan Stadion Kanjuruhan menuju tempat penginapan mereka. Namun, saat bus berada di area sekitar stadion, sekelompok orang mulai mengepung kendaraan tersebut dan melancarkan serangan dengan melemparkan batu berukuran besar. Serangan ini menyebabkan kaca bus pecah dan beberapa anggota tim mengalami luka ringan, termasuk pelatih Divaldo Alves yang terluka di bagian kepala, serta asisten pelatih yang juga mengalami cedera.

Beruntung, meskipun bus mengalami kerusakan, tim Persik Kediri akhirnya bisa melanjutkan perjalanan mereka dan sampai di hotel dengan selamat. Kejadian ini tentu saja menambah kekhawatiran tentang keselamatan para pemain dan staf yang seharusnya mendapat perlindungan selama perjalanan mereka pasca pertandingan.

2. Tanggapan Pihak Arema FC dan Permintaan Maaf

Pihak manajemen Arema FC segera merespon kejadian ini dengan meminta maaf kepada tim Persik Kediri atas insiden yang terjadi. Erwin Hardiono, perwakilan dari Arema FC, mengungkapkan rasa penyesalan yang mendalam dan menegaskan bahwa kejadian tersebut tidak mencerminkan sikap yang seharusnya ada dalam dunia sepak bola. Arema FC sebagai tuan rumah merasa bertanggung jawab dan berharap kejadian ini tidak menodai citra positif dunia sepak bola Indonesia, yang seharusnya menjadi ajang sportivitas dan kebersamaan.

Meskipun permintaan maaf telah disampaikan, banyak pihak yang masih merasa kecewa dengan kekerasan yang terjadi di luar lapangan. Hal ini menunjukkan bahwa ada banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh berbagai pihak untuk menciptakan atmosfer sepak bola yang aman dan damai, baik di dalam maupun di luar stadion.

3. Komentar Pemain Persik Ze Valente yang Menyentil Keterlambatan Pembelajaran

Pemain Persik Kediri, Ze Valente, sempat memberikan komentar terkait insiden tersebut melalui media sosial. Dalam unggahannya, pemain asal Portugal ini menyindir bahwa dunia sepak bola Indonesia sepertinya tidak pernah belajar dari insiden-insiden kekerasan yang terjadi sebelumnya. Meski kemudian unggahannya dihapus, pernyataan tersebut mencerminkan rasa frustasi yang dialami oleh para pemain yang terlibat dalam situasi seperti ini.

Ze Valente menekankan bahwa meskipun banyak insiden kekerasan yang terjadi, tampaknya belum ada perubahan signifikan dalam budaya suporter yang bisa merusak atmosfer pertandingan. Sebagai seorang pemain, ia berharap agar kejadian-kejadian seperti ini tidak terulang di masa depan dan agar dunia sepak bola Indonesia bisa lebih menghargai prinsip fair play dan sportivitas.

4. Refleksi Insiden Kanjuruhan dan Harapan untuk Masa Depan Sepak Bola Indonesia

Kejadian kekerasan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan ini kembali membuka luka lama dari tragedi Kanjuruhan pada 2022 yang menewaskan lebih dari 130 suporter. Tragedi tersebut menjadi salah satu insiden sepak bola paling mengerikan di dunia, dan seharusnya menjadi titik balik bagi sepak bola Indonesia untuk lebih serius dalam menangani masalah suporter dan pengelolaan pertandingan.

Banyak pihak yang berharap agar insiden serupa tidak terulang di masa depan. Sebagai negara dengan penggemar sepak bola yang sangat besar, Indonesia perlu melakukan pembenahan dalam hal pengelolaan stadion, pengamanan pertandingan, serta memberikan edukasi yang lebih baik kepada suporter tentang pentingnya menghargai pertandingan dan pemain. Sepak bola harus menjadi ajang yang mempertemukan orang-orang dengan semangat persaudaraan, bukan kekerasan.

kriminal

Fenomena Terkini






Trending