Fenomena Gelombang Panas yang Mengguncang Dunia

KuatBaca.com - Baru-baru ini, berbagai wilayah di Indonesia mengalami suhu yang sangat panas. Sebuah laporan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menunjukkan bahwa suhu maksimum di antara tanggal 22-28 September 2023 mencapai 35-38 derajat Celsius. Khusus di Jawa Tengah, suhu mencapai puncaknya dengan 38 derajat Celsius, sementara wilayah Jabodetabek memiliki rentang suhu antara 35-37 derajat Celsius.
1. Faktor Penyebab Peningkatan Suhu
Andri Ramdhani, Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG, menjelaskan beberapa alasan di balik lonjakan suhu tersebut. Beberapa faktor penting meliputi perubahan pertumbuhan awan, peralihan musim, dan posisi matahari. Saat ini, cuaca di sebagian besar wilayah Indonesia, terutama di Jawa hingga Nusa Tenggara, didominasi oleh langit yang cerah dengan pertumbuhan awan yang sangat minim pada siang hari. Hal ini membuat penyinaran matahari ke Bumi tidak mengalami hambatan, sehingga suhu menjadi lebih panas.
Iis Widya Harmoko, Koordinator Bidang Data dan Informasi BMKG Jawa Tengah, menambahkan bahwa kondisi suhu panas diperkirakan akan berlangsung hingga akhir Oktober 2023, dengan puncak suhu terjadi pada bulan Oktober. Namun, ia optimis bahwa suhu akan mulai menurun pada November dan Desember.
2. Pemanasan Global: Bukan Hanya Masalah Indonesia
Namun, fenomena gelombang panas bukan hanya dirasakan oleh Indonesia. Banyak wilayah di dunia, termasuk Amerika Serikat, Eropa, dan Asia, juga melaporkan suhu panas yang belum pernah terjadi sebelumnya. National Aeronautics and Space Administration (NASA) mengungkapkan bahwa kenaikan suhu global yang signifikan merupakan hasil dari pemanasan global yang memburuk, yang diperparah oleh fenomena alam seperti El Nino.
Analisis terbaru menunjukkan bahwa suhu Bumi pada bulan Agustus adalah 1,2 derajat Celsius lebih hangat dibandingkan dengan rata-rata musim panas, dengan kombinasi suhu Juli-Agustus 0,23 derajat Celsius lebih tinggi dari musim panas sebelumnya.
3. Rekor Suhu Global
Tidak hanya suhu udara yang mencapai rekor, suhu permukaan laut pun juga melonjak. Pada akhir Juli, Samudera Atlantik Utara mencatat suhu permukaan laut tertinggi sepanjang sejarah sebesar 24,9 derajat Celsius, seperti yang dilaporkan oleh National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA). Rekor sebelumnya, 24,89 derajat Celsius, terjadi pada September 2022.
Andrew Pershing, Wakil Presiden Bidang Sains Climate Central, menggarisbawahi bahwa hampir semua manusia di Bumi telah merasakan dampak dari pemanasan global selama musim panas ini. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Climate Central, 98% populasi dunia mengalami suhu yang lebih tinggi dari biasanya.
4. Implikasi dari Gelombang Panas
Gelombang panas ini bukan hanya sekedar angka-angka; ini memiliki dampak nyata bagi planet kita. Samantha Burgess, Wakil Direktur Copernicus Climate Change Service (C3S), mengatakan bahwa kenaikan suhu udara dan permukaan laut ini memiliki konsekuensi besar bagi manusia dan planet kita. Peristiwa ekstrem yang semakin sering dan intensitasnya semakin meningkat merupakan bukti nyata dari krisis iklim yang kita hadapi. (*)