Bagaimana Fire Whirl 'Tornado Api' Perparah Kebakaran di Bromo

KuatBaca.com -Kemunculan fenomena fire whirl atau tornado api memperparah kebakaran yang terjadi di Gunung Bromo, Jawa Timur. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut fire whirl merupakan kejadian langka dan membahayakan.
"Fenomena yang terjadi di wilayah Bromo dan cukup viral dimana terlihat ada pusaran api saat terjadi kebakaran lahan itu dinamakan fire whirl," kata Plt Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG Andri Ramdhani kepada wartawan, Senin (11/9).
"Fire whirl merupakan salah satu fenomena meteorologi yang jarang terjadi namun cukup membahayakan atau merusak dan sulit diprediksi kejadiannya. Kemunculan fire whirl ini berbentuk seperti pusaran api dan asap serta mirip dengan tornado kecil," jelasnya.
Kebakaran lahan di Gunung Bromo diduga dipicu percikan api dari flare yang digunakan oleh pengunjung untuk foto prewedding pada Rabu (6/9). Api kemudian menyebar dan sulit dipadamkan.
Selagi upaya pemadaman dikerahkan, muncul pusaran api bak tornado di tengah kebakaran lahan Bromo. Dilansir detikJatim, salah seorang relawan bernama Sismiko mengatakan peristiwa tornado api itu terjadi pada Minggu (10/9). Saat itu angin memang sangat kencang.
1. Terjadinya Tornado Api
Tornado api sebenarnya bukanlah tornado sama sekali. Seperti dikutip dari Live Science, tornado sejati terbentuk ketika tiga elemen utama bertabrakan: udara hangat dan lembab di dekat tanah, ketidakstabilan atmosfer yang mendorong pergerakan vertikal udara, dan bentrokan bagian depan udara yang berfungsi mendorong udara lembab ke atas.
Namun, tornado api tidak terbentuk oleh kondisi atmosfer yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh udara panas dan kering yang naik dengan cepat dari tanah.
Dalam hal ini, fire whirl memiliki lebih banyak kesamaan dengan angin puyuh atau dust devil, yang biasanya terbentuk pada hari-hari yang panas dan cerah ketika tanah memanaskan udara di sekitarnya.
Plt Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG Andri Ramdhani menjelaskan fire whirl terjadi pada kebakaran dengan beberapa kondisi. Salah satunya dalam kondisi panas ekstrem.
"Fire whirl umumnya didahului dengan terjadinya kebakaran atau adanya api besar yang memicu peningkatan suhu udara secara spontan. Proses pembakaran menghasilkan udara panas yang naik secara cepat," ujar Andri.
Kondisi lain, yakni ketidakstabilan atmosfer. Dia menyebut atmosfer yang labil memungkinkan terjadinya proses pengangkatan udara panas atau api besar menjadi naik.
"Yang kemudian menyebabkan penurunan tekanan di permukaan, sehingga udara dingin di sekitarnya tertarik untuk mengisi ruang kosong yang terbentuk," ujarnya.
Angin kencang, kata Andri, juga menjadi pemicu pergerakan api. Kecepatan angin dapat dipicu faktor cuaca ataupun kebakaran itu sendiri.
"Kecepatan angin yang kencang ini dapat terjadi dari kebakaran itu sendiri maupun dari faktor cuaca di sekitarnya. Perbedaan suhu pun akan menciptakan gradien tekanan udara yang nantinya akan memperkuat perputaran," jelasnya.
Andri mengatakan berbagai kondisi itu menyebabkan api kebakaran lahan di Bromo naik sehingga seperti tornado. Dia menilai hal ini menyulitkan proses pemadaman.
"Kombinasi dari kondisi ini, udara panas dari sumber kebakaran dapat naik dan berputar membentuk kolom udara hingga ke ketinggian tertentu dan dapat menyebar secara cepat dan luas sehingga menyulitkan proses pemadaman," kata Andri.
2. Api berhasil dipadamkan
Setelah enam hari api berkobar, pada hari ini, Selasa (12/9), petugas gabungan berhasil memadamkan kebakaranBromo. Upaya pemadaman juga dilakukan dengan water bombing. Fokus pemadaman berada di wilayah BlokWatangan dan sekitarnya.
"Water bombing untuk memadamkan kebakaran di Gunung Bromo dilakukan ratusan kali sejak Bromo terbakar. Titik api kawasan Bromo di Malang, Probolinggo dan Pasuruan sudah padam," lapor Kabid Kedaruratan dan Logistik Kabupaten Malang Sadono Irawan.
Pengambilan air dilakukan helikopter water bombing dari wilayah Wringinanom, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang. Helikopter kemudian bergerak menuju titik api yang membakar kawasan Gunung Bromo.(*)