Zeekend Gelar Forum BRICS, Hubungkan Anak Muda Indonesia ke Kancah Global

Kuatbaca.com - Zeekend menggelar Indonesia’s Accession to BRICS Forum & Panel Discussion di Jakarta, Jumat (28/2/2025). Acara ini berkolaborasi dengan Russian House dan Universitas Bakrie untuk membahas peran serta potensi Indonesia dalam BRICS. Forum ini memberikan kesempatan bagi anak muda Indonesia untuk mendalami dinamika geopolitik global dan tantangan ekonomi dunia, seperti krisis energi, ketegangan perdagangan, serta perubahan sistem keuangan internasional.
Acara ini dibuka oleh Rektor Universitas Bakrie, Prof. Sofia W. Alisjahbana. Menghadirkan Direktorat Pembangunan, Ekonomi dan Lingkungan Hidup Kementerian Luar Negeri Tri Purnajaya, Dosen Universitas Bakrie Asmiati Abdul Malik, dan Deputy Vice-Rector for International Affair Lomonosov Moscow State University Alexey Vazhov yang hadir langsung di forum. Begabung juga akademisi Rusia Irina Z. Yarygina dan Nikita Kuklin melalui video konferensi.
1. Peluang dan Tantangan Ekonomi Global bagi Indonesia
Indonesia melihat BRICS sebagai platform strategis untuk menghadapi tantangan ekonomi global, termasuk ketegangan geopolitik, krisis keuangan, serta transisi energi. Tri Purnajaya menjelaskan bahwa tantangan global semakin kompleks dan membutuhkan upaya kolektif.
"Ketegangan geopolitik, krisis ekonomi, perang antar negara, perlambatan pertumbuhan ekonomi, kerawanan pangan dan energi, serta perubahan iklim menjadi tantangan utama yang harus dihadapi," kata Tri
Sementara itu, Asmiati Abdul Malik menyoroti dampak kebijakan ekonomi AS terhadap tatanan geopolitik dunia.
"Trump baru saja mengatakan bahwa mereka akan menaikkan tarif 100% untuk negara-negara BRICS. Kita lihat dinamika politik yang penuh sandiwara antara AS, Kanada, Cina, dan kemudian kita memiliki satu sandiwara politik dengan Uni Eropa dan Amerika sendiri. Apa yang kita hadapi sekarang pada dasarnya adalah pengetatan kebijakan moneter," jelas Asmiati.
2. Mekanisme Kerja Sama Ekonomi Berbeda dalam BRICS
Irina Z. Yarygina menjelaskan bahwa BRICS tengah mengembangkan sistem keuangan berbasis mata uang nasional untuk mengurangi risiko sanksi AS dan ketergantungan pada dolar.
"Dalam transaksi BRICS, penggunaan dolar AS kini hanya sekitar 20%. Sebagian besar transaksi dilakukan dalam mata uang nasional masing-masing negara, yang diharapkan dapat mengembangkan integrasi ekonomi bersama dengan mitra kami," jelas Irina.
Irina juga menambahkan bahwa BRICS berencana membentuk bank dan institusi keuangan yang akan mendukung aktivitas negara-negara anggotanya dengan mata uang lokal.
"Pengembangan sistem pembayaran internasional kami dalam mata uang lokal adalah salah satu prioritas utama," tambah Irina.
3. Acara yang Menghubungkan Anak Muda dengan Kesempatan Global
CEO Zeekend, Syahrul Khaidar Kamal, menegaskan bahwa Zeekend berkomitmen membangun ekosistem yang menghubungkan generasi muda Indonesia dengan percakapan global.
"Di Zeekend, kami tidak sekadar menciptakan acara, tetapi membangun ekosistem. Kami ingin menciptakan platform di mana anak muda bisa menggali wawasan, memperluas perspektif, dan membangun koneksi dengan pemimpin dunia," ujar Syahrul.
Acara ini mendapat dukungan dari tiga komunitas anak muda, tujuh media partner terkemuka, serta 22 komunitas lainnya. Lebih dari sekadar forum akademik, Zeekend menghadirkan pengalaman berjejaring strategis yang relevan bagi generasi muda.