Trump Batalkan Rencana Pecat Jerome Powell, Pasar Finansial AS Merespons Positif

23 April 2025 09:52 WIB
1341adb1-0602-496c-993e-3355a5001880_169.jpg

Kuatbaca.com - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, akhirnya memutuskan untuk tidak melanjutkan niatnya memecat Ketua Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell. Keputusan ini muncul setelah sebelumnya Trump secara terbuka melayangkan kritik tajam terhadap Powell karena tidak kunjung menurunkan suku bunga acuan. Keputusan tersebut disampaikan Trump kepada wartawan di Ruang Oval Gedung Putih.

“Saya tidak berniat memecatnya,” ujar Trump pada Rabu (23/4/2025), menjawab kekhawatiran pasar yang telah bergejolak sejak akhir pekan Paskah. Ia menambahkan, “Saya ingin melihatnya sedikit lebih aktif untuk menurunkan suku bunga.”

1. Respons Pasar Finansial Langsung Positif

Pernyataan Trump itu langsung membawa angin segar bagi Wall Street. Setelah mengalami tekanan yang cukup berat akibat ketegangan antara Gedung Putih dan The Fed, indeks saham berjangka melonjak hampir 2% saat pembukaan perdagangan Selasa malam. Investor merespons positif sinyal redanya konflik antara pemerintah dan otoritas moneter, yang sebelumnya menimbulkan ketidakpastian besar di pasar keuangan global.

Ketegangan antara Trump dan Powell memang sempat memicu aksi jual di pasar saham, obligasi, dan melemahkan dolar AS. Ancaman pemecatan Powell dinilai sebagai sinyal buruk bagi independensi The Fed, yang selama ini dianggap sebagai pilar utama stabilitas ekonomi global.


2. Trump Dorong Penurunan Suku Bunga

Meskipun membatalkan niat memecat Powell, Trump tetap melanjutkan tekanannya agar The Fed segera menurunkan suku bunga. Ia menilai bahwa saat ini adalah waktu yang tepat untuk memberikan pelonggaran moneter guna mendorong pertumbuhan ekonomi.

“Kami pikir ini saat yang tepat untuk menurunkan suku bunga, dan kami ingin melihat ketua kami datang lebih awal atau tepat waktu, bukannya terlambat,” tegas Trump. Menurutnya, keterlambatan dalam merespons kondisi ekonomi bisa menjadi hambatan bagi pemulihan penuh, apalagi di tengah ketidakpastian global.

3. Konflik Lama Antara Trump dan Powell

Ketegangan antara keduanya bukanlah hal baru. Trump sebelumnya menunjuk Powell sebagai ketua The Fed, namun tak lama setelah itu ia mulai frustrasi dengan keputusan Powell yang menaikkan suku bunga secara bertahap. Kenaikan tersebut dianggap menahan laju pertumbuhan ekonomi, terutama di tengah ambisi Trump untuk mempercepat ekspansi ekonomi AS.

Selama masa jabatan pertamanya, Trump bahkan sempat mempertimbangkan untuk memberhentikan Powell, namun niat itu urung dilaksanakan setelah para penasihat seniornya mengingatkan bahwa langkah tersebut dapat merusak kredibilitas The Fed dan mengguncang stabilitas pasar.

4. Kekhawatiran Terhadap Inflasi dan Kebijakan Tarif

Meskipun The Fed telah menurunkan suku bunga ke kisaran 4,25%–4,50% pada akhir tahun lalu, mereka belum melakukan perubahan dalam dua pertemuan kebijakan terakhir. Para pembuat kebijakan di The Fed masih berhati-hati karena khawatir kebijakan tarif baru yang diluncurkan oleh Trump bisa memicu kembali tekanan inflasi.

Ketua The Fed dan timnya juga masih mempertahankan target inflasi sebesar 2%. Mereka menilai bahwa tekanan inflasi masih cukup tinggi dan berpotensi memburuk jika kebijakan fiskal, termasuk tarif impor, tidak dikendalikan dengan hati-hati.

Fenomena Terkini






Trending