Transaksi Tunai Mulai Terpinggirkan: Tren Cashless Mendominasi Gerai di Jakarta

11 June 2025 10:48 WIB
ilustrasi-uang-tunai_43.jpeg

Di tengah pesatnya adopsi teknologi digital, gaya berbelanja masyarakat Indonesia turut berubah. Transaksi non-tunai kini semakin mendominasi, bahkan membuat sebagian pelaku usaha memilih untuk sepenuhnya meninggalkan penggunaan uang fisik.

Fenomena ini terlihat jelas di kawasan Jembatan Penyeberangan Multiguna (JPM) Dukuh Atas, Jakarta Selatan. Sejumlah gerai ternama seperti toko roti, kios crepe, hingga kedai es krim di kawasan ini diketahui hanya menerima pembayaran digital—baik melalui QRIS, kartu debit, maupun kartu kredit.

Saat disambangi pada Selasa (10/6), para penjaga toko mengonfirmasi bahwa mereka sudah tidak melayani pembayaran tunai. Alasan utamanya, perubahan perilaku konsumen yang kini lebih mengandalkan metode pembayaran digital.

Kebijakan Bergeser, Tunai Ditanggalkan

Salah satu pegawai kedai es krim yang berlokasi di JPM mengungkap bahwa pada awal operasional, toko mereka sempat menerima semua metode pembayaran, termasuk tunai. Namun, seiring berjalannya waktu, mayoritas pelanggan lebih memilih transaksi melalui QRIS atau kartu debit. Hal itu mendorong manajemen untuk beralih sepenuhnya ke sistem cashless.

“Dulu awal buka kita masih terima uang tunai. Tapi karena hampir semua pembeli pakai pembayaran digital, ya kita ikuti aja. Sekarang 100% non-tunai,” ujar sang penjaga gerai.

Hal serupa terjadi di gerai roti jaringan nasional yang berada di area Stasiun Sudirman. Tanpa memberikan rincian lebih lanjut, pegawainya menyebut bahwa sistem pembayaran non-tunai merupakan kebijakan pusat yang wajib diikuti semua cabang.

Konsumen: Praktis, Tanpa Ribet Kembalian

Dari sisi konsumen, pergeseran ini justru dianggap sebagai kemudahan. Hanachi (35), seorang penumpang yang ditemui di sekitar Stasiun Sudirman, mengaku sudah lama beralih ke transaksi digital. Baginya, membayar dengan QRIS atau kartu debit jauh lebih praktis dibanding harus membawa uang tunai dan repot menyimpan kembalian, terutama dalam bentuk uang logam pecahan kecil.

“Sekarang warung pinggir jalan sampai tukang kopi keliling aja bisa pakai QRIS. Jadi kalau ada yang nggak terima, saya malah heran. Kayak nggak ikut zaman,” katanya.

Ia menambahkan bahwa recehan seperti Rp100 atau Rp200 kerap kali tidak terpakai. “Kalau kita belanja sepuluh kali dan kehilangan kembalian terus, kan lumayan juga. Lebih baik pakai QRIS biar pas dan nggak ribet,” jelasnya.

Uang Tunai Masih Sah, Tapi Tak Lagi Populer

Meskipun secara hukum uang tunai masih diakui sebagai alat pembayaran yang sah di Indonesia, kenyataannya praktik di lapangan mulai bergeser. Meningkatnya kenyamanan dan efisiensi dari transaksi digital membuat banyak pelaku usaha—baik besar maupun kecil—lebih memilih sistem cashless.

“Sekarang saya jarang sekali bawa uang tunai. Selain merepotkan soal kembalian, rasanya uang tunai juga sudah mulai tidak terlalu relevan,” tutup Hanachi.

Tren ini menandakan bahwa Indonesia sedang menuju era ekonomi digital yang lebih matang, meski tantangan soal inklusi keuangan dan kesiapan infrastruktur di berbagai daerah masih menjadi pekerjaan rumah.

transaksi digital
cashless
perilaku konsumen

Fenomena Terkini






Trending