Terungkap! LG Didepak dari Proyek Baterai Rp 164 Triliun, Digantikan Huayou dari China

Kuatbaca.com - Polemik terkait hengkangnya LG dari megaproyek baterai mobil listrik (EV Battery) di Indonesia akhirnya menemui titik terang. Pemerintah Indonesia menyatakan bahwa bukan LG yang memilih mundur, melainkan pemerintah yang secara resmi meminta LG keluar dari proyek senilai US$ 9,8 miliar atau sekitar Rp 164 triliun. Keputusan ini diambil lantaran LG dinilai terlalu lama dalam tahap negosiasi tanpa menunjukkan kemajuan nyata.
1. Surat Resmi Kementerian ESDM: LG Diminta Keluar
Pernyataan ini disampaikan oleh Menteri Investasi sekaligus Kepala BKPM, Rosan Perkasa Roeslani, yang mengungkap bahwa Kementerian ESDM menerbitkan surat resmi pada 31 Januari 2025 untuk meminta LG hengkang dari proyek tersebut. Surat itu ditujukan kepada LG Chem dan LG Energy Solution, dua entitas asal Korea Selatan yang terlibat dalam pengembangan ekosistem baterai listrik di Indonesia.
“Sebetulnya bukan mereka yang keluar, tapi kita yang minta mereka keluar karena negosiasinya terlalu lama,” ungkap Rosan di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (23/4/2025).
2. Negosiasi Berlarut-Larut Sejak 2020, Proyek Mandek
Proyek ini pertama kali disepakati pada akhir 2020, namun dalam lima tahun terakhir, tidak ada realisasi signifikan dari pihak LG. Menurut pemerintah, hal ini tidak sejalan dengan semangat percepatan industrialisasi dan pengembangan ekosistem kendaraan listrik nasional.
“Negosiasi sudah 5 tahun, masa proyek besar kayak begini dibiarkan mandek? Maka pemerintah memutuskan langkah tegas,” ujar Rosan.
3. Huayou dari China Siap Gantikan LG
Setelah LG resmi didepak, posisi mereka dalam proyek strategis ini langsung digantikan oleh Huayou, perusahaan asal China yang memang sudah menyatakan minat untuk terlibat sejak akhir 2024. Huayou dinilai memenuhi kriteria karena memiliki teknologi baterai yang sudah siap, serta komitmen investasi yang konkret.
“Huayou siap menggantikan LG, dan mereka sudah punya teknologi yang memadai untuk masuk ke fase implementasi proyek,” tambah Rosan.
4. Perubahan Investor Tak Ganggu Proyek Strategis
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia sebelumnya juga menegaskan bahwa pergantian investor ini tidak akan mempengaruhi roadmap atau tujuan besar dari Indonesia Grand Package, yaitu menjadikan Indonesia sebagai pusat produksi baterai EV dan kendaraan listrik dunia.
Proyek ini tetap berjalan dengan struktur dan target awal, termasuk pembangunan infrastruktur, fasilitas produksi, dan hilirisasi industri nikel.
5. Komitmen Pemerintah untuk Industri EV Tetap Kuat
Langkah pemerintah mendepak LG dinilai sebagai sinyal ketegasan dan keseriusan dalam menjalankan agenda transisi energi dan industrialisasi hijau. Proyek baterai ini menjadi bagian penting dari upaya menurunkan emisi karbon, sekaligus mendongkrak ekonomi nasional melalui ekspor produk bernilai tambah.
6. Indonesia Butuh Mitra Cepat dan Komitmen Tinggi
Keputusan ini menandakan bahwa Indonesia tidak ingin proyek-proyek strategis hanya menjadi janji di atas kertas. Pemerintah kini mencari mitra yang memiliki:
- Komitmen realisasi investasi jangka pendek
- Kesiapan teknologi
- Keselarasan dengan tujuan nasional energi bersih
Huayou menjadi pilihan ideal karena telah memiliki rekam jejak dalam proyek-proyek baterai di berbagai negara, termasuk Afrika dan Asia.
Langkah Tegas Pemerintah, Jalan Terbuka untuk Industri Baterai RI
Pencoretan LG dari proyek baterai senilai Rp 164 triliun bukan tanda kemunduran, tapi langkah strategis untuk mempercepat pembangunan ekosistem EV nasional. Dengan menggandeng Huayou, Indonesia menunjukkan keseriusannya dalam mewujudkan ambisi menjadi pemain utama dalam industri baterai dan kendaraan listrik dunia. Ke depan, kolaborasi yang solid, kecepatan eksekusi, dan transfer teknologi akan menjadi kunci sukses transformasi energi Indonesia.