Terungkap! Ini Penyebab Harga Kelapa Melambung Tinggi di Pasaran

18 April 2025 17:40 WIB
kelapa-parut-1744345881637_169.jpeg

Kuatbaca.com - Harga kelapa bulat di Indonesia belakangan ini mengalami lonjakan drastis hingga menyentuh angka Rp 25.000 per butir. Kenaikan ini mengejutkan banyak konsumen dan pelaku usaha kecil, karena sebelumnya harga kelapa relatif stabil di kisaran Rp 10.000 hingga Rp 15.000. Lantas, apa sebenarnya penyebab harga kelapa bisa melonjak tajam dalam waktu singkat? Simak penjelasan berikut ini.

1. Lonjakan Ekspor Jadi Pemicu Utama

Kementerian Perdagangan mengungkap bahwa kenaikan harga kelapa disebabkan oleh meningkatnya aktivitas ekspor oleh para pelaku usaha. Menurut Menteri Perdagangan Budi Santoso, harga kelapa di pasar ekspor jauh lebih tinggi dibandingkan harga domestik. Hal ini membuat para eksportir lebih memilih menjual ke luar negeri, sehingga pasokan dalam negeri menipis dan harga pun ikut terdongkrak.

Dalam pernyataannya, Budi menjelaskan bahwa fenomena ini menciptakan ketidakseimbangan suplai dan permintaan. “Karena semua diekspor, akhirnya pasokan dalam negeri menjadi langka, dan harga naik,” ujarnya.

2. Pemerintah Cari Titik Tengah Antara Ekspor dan Kebutuhan Domestik

Menyikapi kondisi ini, Budi menyatakan akan segera mengundang petani, pelaku usaha, dan eksportir untuk duduk bersama mencari solusi. Pemerintah berusaha menjaga keseimbangan antara keuntungan eksportir dan kebutuhan pasar domestik.

“Kalau harga terlalu murah, petani dan eksportir merugi. Tapi kalau terlalu mahal, masyarakat terbebani. Jadi kami akan cari kesepakatan terbaik,” tambahnya.

Langkah ini penting untuk mencegah lonjakan harga kelapa yang berkepanjangan dan merugikan konsumen di dalam negeri.

3. Permintaan Global Meningkat, Produksi Dalam Negeri Digenjot

Sementara itu, Menteri Pertanian Amran Sulaiman juga menyoroti meningkatnya permintaan global terhadap kelapa bulat Indonesia. Indonesia sendiri dikenal sebagai salah satu produsen kelapa terbesar di dunia dengan produksi sekitar 1,8 hingga 1,9 juta ton per tahun.

Untuk merespons lonjakan harga dan permintaan ekspor, Kementerian Pertanian telah menginstruksikan percepatan tanam kelapa. "Kita percepat tanam, kita rehat, dan kita genjot produksi kembali karena demand-nya memang sedang tinggi," kata Amran.

Program percepatan ini merupakan langkah jangka menengah yang diharapkan dapat menstabilkan harga dalam waktu dekat.

4. Harga di Pasar Tradisional Naik Dua Kali Lipat

Dampak dari kelangkaan pasokan sudah terasa hingga ke pasar tradisional. Dalam pantauan di Pasar Rawa Bebek, Jakarta, harga kelapa parut melesat hingga mencapai Rp 25.000 per butir untuk ukuran besar. Padahal dalam kondisi normal, harga kelapa hanya berkisar Rp 10.000 – Rp 15.000 per butir.

Menurut Usin, salah seorang pedagang kelapa di pasar tersebut, harga saat ini naik hampir dua kali lipat. “Kalau yang kecil sekarang Rp 20.000, yang besar bisa Rp 25.000. Dulu yang besar paling Rp 15.000,” jelasnya.

Kenaikan harga ini jelas memberikan beban tambahan bagi para konsumen, terutama pelaku usaha kecil seperti penjual makanan tradisional yang menggunakan kelapa sebagai bahan baku utama.

5. Solusi Jangka Panjang: Keseimbangan Pasar dan Perlindungan Petani

Kondisi melonjaknya harga kelapa ini menunjukkan pentingnya pengaturan yang seimbang antara ekspor dan kebutuhan dalam negeri. Pemerintah tidak bisa melarang ekspor begitu saja karena bisa merugikan petani dan pelaku usaha. Namun, harus ada strategi agar harga tetap stabil di pasar lokal tanpa menekan potensi ekonomi dari perdagangan internasional.

Salah satu solusi jangka panjang yang dapat diterapkan adalah memperluas lahan tanam kelapa, pemberian insentif kepada petani untuk menjaga produksi lokal, serta menerapkan sistem kuota ekspor fleksibel yang menyesuaikan kebutuhan nasional.

6. Bijak Menanggapi Kenaikan Harga

Lonjakan harga kelapa adalah dampak dari dinamika pasar global, bukan semata-mata karena kelangkaan produksi lokal. Sebagai konsumen, kita perlu memahami konteks ini, sementara pemerintah juga harus bergerak cepat agar dampak kenaikan harga tidak berlarut-larut.

Upaya sinergi antara petani, eksportir, pemerintah, dan masyarakat akan sangat menentukan keberhasilan menjaga stabilitas harga kelapa di masa depan. Harapannya, harga kembali normal, petani tetap untung, dan konsumen pun tidak terbebani.

Pantau terus perkembangan harga dan kebijakan pemerintah terkait pangan agar kamu selalu siap menghadapi fluktuasi di pasar.

Fenomena Terkini






Trending