Tensi Perang Dagang AS-China Meningkat, Boeing Tarik Pesawat 737 MAX dari China

Kuatbaca.com - Produsen pesawat terkemuka asal Amerika Serikat, Boeing, mulai menarik kembali pesawat jet 737 MAX dari fasilitas perakitannya di Zhoushan, China. Penarikan ini menandai babak baru dalam ketegangan hubungan dagang antara China dan Amerika Serikat yang semakin memanas akibat kebijakan tarif balasan antar kedua negara.
Sebuah pesawat Boeing 737 MAX yang sebelumnya berada di fasilitas penyelesaian akhir Zhoushan telah terbang kembali ke AS melalui Guam dan diperkirakan menuju pabrik utama Boeing di Seattle. Langkah ini menjadi sinyal bahwa hubungan dagang strategis dalam industri penerbangan mulai terganggu serius.
1. Penolakan Diam-Diam Maskapai China terhadap Produk Boeing
Maskapai-maskapai di China secara perlahan menunjukkan sikap penolakan terhadap pengiriman pesawat Boeing baru. Meskipun tidak ada larangan resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah China, beberapa maskapai dilaporkan menunda atau bahkan membatalkan rencana penyewaan pesawat dari Boeing.
Salah satu jet yang ditarik kembali bahkan sempat terlihat menggunakan corak Xiamen Airlines, maskapai yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh China Southern. Penarikan ini memperkuat dugaan bahwa terdapat ketidakyakinan dari pihak China terhadap keberlanjutan kerja sama di tengah eskalasi perang dagang.
2. Situasi Sulit Boeing di Tengah Ketegangan Global
Boeing kini berada di persimpangan jalan. Perusahaan ini sedang berusaha memulihkan reputasinya setelah krisis keselamatan yang menimpa 737 MAX beberapa tahun lalu dan pembekuan operasional akibat pandemi. Kini, tensi dagang kembali menghantam lini bisnis internasional mereka, khususnya di pasar China, yang sebelumnya menyumbang sekitar seperempat dari total pengiriman pesawat Boeing secara global.
Fasilitas Zhoushan sendiri diresmikan pada tahun 2018 sebagai upaya Boeing memperkuat kehadirannya di Asia. Namun, situasi geopolitik yang tidak menentu membuat keberadaan pabrik ini kini kembali dipertanyakan efektivitasnya.
3. China Perketat Impor Pesawat dan Suku Cadang AS
Meski belum ada pernyataan terbuka, sinyal perlambatan impor pesawat dan suku cadang dari AS tampaknya semakin jelas. Beberapa sumber menyebutkan bahwa maskapai di China telah menerima instruksi informal untuk menghentikan pembelian suku cadang buatan Amerika. Namun, pelaku industri perawatan pesawat di China mengaku belum mengalami kendala dalam mengimpor komponen dari AS.
Langkah ini dinilai sebagai bentuk pembalasan China terhadap kebijakan tarif Presiden Donald Trump, yang kembali menjabat dan memberlakukan tarif tinggi terhadap berbagai produk China. Sementara itu, Kementerian Luar Negeri China memilih bungkam dan menyerahkan komentar kepada “otoritas yang berwenang”, tanpa merinci lebih lanjut.
4. Efek Domino terhadap Industri Penerbangan Global
Ketegangan dagang ini bukan hanya berdampak pada Boeing, tetapi juga menimbulkan kekhawatiran di kalangan pemasok suku cadang dan mitra bisnis di seluruh dunia. Industri penerbangan modern sangat bergantung pada rantai pasok global, dan pembatasan seperti ini berpotensi memicu krisis distribusi komponen.
Pengamat industri menyebut bahwa meskipun belum ada pelarangan eksplisit, langkah Boeing menarik kembali pesawat dari China adalah langkah antisipatif untuk menghindari kerugian lebih besar di masa depan. Selain itu, informasi yang beredar menyebutkan ada maskapai yang secara diam-diam membatalkan kontrak sewa, memperkuat dugaan bahwa perang dagang benar-benar mengganggu stabilitas pasar penerbangan internasional.
Kehilangan akses ke pasar China adalah pukulan besar bagi Boeing. Dengan kompetitor utama mereka, Airbus, masih aktif memasok ke China tanpa hambatan berarti, Boeing berisiko kehilangan pangsa pasar strategis jika situasi ini berlanjut dalam jangka panjang.
Kembalinya jet-jet 737 MAX ke Seattle bisa menjadi langkah awal dari restrukturisasi strategi pemasaran dan distribusi Boeing secara global. Tidak menutup kemungkinan bahwa perusahaan ini akan mulai mencari pasar alternatif di Asia Tenggara atau Timur Tengah, di mana ketegangan geopolitik tidak terlalu intensif.