Target Produksi Migas Nasional 1 Juta Barel per Hari pada 2030, Pemerintah Tetap Optimis

2 May 2025 11:40 WIB
2952db0d-da19-4ff5-a31d-001f8db56510_169.jpeg

Kuatbaca.com - Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan target ambisius untuk mencapai produksi 1 juta barel minyak per hari (BOPD) pada tahun 2030. Langkah ini merupakan bagian dari visi jangka panjang guna memperkuat ketahanan energi nasional dan mengurangi ketergantungan pada impor bahan bakar minyak.

Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, menegaskan bahwa target ini akan tetap menjadi acuan utama, tanpa rencana revisi meskipun tantangan dalam sektor hulu migas cukup besar. Kementerian ESDM akan berpegang pada Rencana Induk Produksi Migas Nasional yang telah dirancang dan diproyeksikan secara strategis.

1. Dukungan Presiden Jadi Pendorong Utama Realisasi Target

Dalam kunjungannya ke lapangan migas milik Pertamina Hulu Mahakam dan Eni Indonesia di Senipah, Kalimantan Timur, Bahlil menyatakan bahwa instruksi langsung dari Presiden menjadi motivasi kuat bagi seluruh jajaran pemerintah untuk tidak menyerah sebelum berjuang sepenuhnya.

"Kita diperintahkan Bapak Presiden target kita harus 900 ribu hingga 1 juta barel. Maka sebagai prajurit, sebagai pembantu, jangan menyerah sebelum bertarung," ungkap Bahlil dalam wawancara resmi. Ucapan tersebut mencerminkan semangat optimisme sekaligus loyalitas terhadap arahan kepala negara.


2. Produksi Saat Ini Masih Jauh dari Target, Tapi Ada Harapan

Saat ini, produksi minyak Indonesia berada di kisaran 580 ribu barel per hari, sementara target dalam APBN tahun 2025 ditetapkan sebesar 605 ribu barel per hari. Dengan selisih tersebut, upaya ekstra perlu dilakukan untuk mengejar kekurangan produksi selama lima tahun ke depan.

Meski begitu, Bahlil tetap optimistis bahwa target tersebut bisa dikejar dan bahkan dilampaui jika semua pihak bekerja secara sinergis. Pemerintah meyakini bahwa peningkatan produksi tidak hanya bergantung pada eksplorasi baru, tetapi juga melalui optimalisasi lapangan-lapangan lama yang masih memiliki potensi produksi.

3. Pemanfaatan Teknologi Jadi Kunci Efisiensi Produksi

Untuk mencapai target ambisius ini, strategi utama yang akan diterapkan meliputi penerapan teknologi canggih seperti Enhanced Oil Recovery (EOR). Teknologi ini memungkinkan peningkatan produksi dari sumur-sumur yang sebelumnya dianggap tidak ekonomis atau mengalami penurunan drastis.

Bahlil menekankan pentingnya inovasi dalam pengelolaan sumber daya migas. Menurutnya, pemanfaatan teknologi modern di lapangan terbukti mampu memperpanjang umur sumur serta menekan biaya produksi. Hal ini tentu menjadi langkah efektif untuk mendongkrak volume lifting minyak nasional.


4. Dukungan Investor dan Mitra Industri Sangat Dibutuhkan

Selain peran pemerintah, keberhasilan target ini juga bergantung pada komitmen investor dan mitra industri migas. Proyek-proyek besar di sektor hulu, baik yang sudah berjalan maupun yang sedang dalam tahap eksplorasi, perlu mendapat dukungan regulasi dan fiskal yang kompetitif.

Keterlibatan perusahaan-perusahaan migas asing dan domestik seperti Eni, Pertamina Hulu Mahakam, serta perusahaan lain diharapkan terus meningkat, khususnya dalam hal investasi teknologi dan modal kerja. Pemerintah pun berjanji akan terus menciptakan iklim usaha yang kondusif melalui penyederhanaan perizinan dan insentif fiskal.

Fenomena Terkini






Trending