Surplus Neraca Perdagangan Indonesia April 2025 Tercatat Terendah Sejak Mei 2020

2 June 2025 14:26 WIB
neraca-perdagangan-september-surplus-us-342-miliar_169.jpeg

Kuatbaca.com - Indonesia mencatat surplus neraca perdagangan pada April 2025, namun jumlahnya menjadi yang terendah dalam lima tahun terakhir. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), surplus neraca perdagangan bulan tersebut hanya sebesar US$ 160 juta, penurunan drastis dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Ini menjadikan April 2025 sebagai bulan dengan surplus terendah sejak Mei 2020, meski tren surplus telah berlangsung selama 60 bulan berturut-turut.

Penurunan ini bukan tanpa alasan. Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, dalam pemaparan resminya di Jakarta (2 Juni 2025), menjelaskan bahwa penurunan surplus disebabkan oleh turunnya nilai ekspor dan melonjaknya impor, terutama dari sektor nonmigas.

“Secara bulanan, surplus bulan April 2025 ini surplus terendah sejak Mei 2020,” ujar Pudji.

1. Impor Naik, Ekspor Turun: Kombinasi yang Memberatkan Neraca

Data yang dirilis menunjukkan bahwa nilai ekspor Indonesia pada April 2025 turun sebesar 10,77% jika dibandingkan dengan Maret 2025. Sebaliknya, nilai impor mengalami kenaikan sebesar 8,80% secara bulanan. Kombinasi ini memberikan tekanan besar pada neraca perdagangan, menyebabkan surplus menyusut tajam.

Dari sisi ekspor, Indonesia masih mengandalkan komoditas andalan seperti bahan bakar mineral, minyak nabati (termasuk kelapa sawit), serta besi dan baja. Total ekspor pada April 2025 tercatat US$ 20,74 miliar, tumbuh 5,76% dibandingkan April 2024. Artinya, jika dibandingkan tahun lalu, performa ekspor masih positif, namun jika dibandingkan bulan sebelumnya, terjadi penurunan cukup signifikan.

“Rendahnya neraca perdagangan Indonesia April 2025 disebabkan oleh penurunan nilai ekspor 10,77% dibandingkan Maret 2025. Sedangkan nilai impornya mengalami peningkatan 8,80% secara bulanan,” jelas Pudji.

2. Lonjakan Impor Nonmigas Jadi Biang Kerok Utama

Salah satu penyebab utama tekanan terhadap neraca perdagangan adalah lonjakan impor barang nonmigas, yang tumbuh hingga 29,86% secara tahunan. Total nilai impor bulan April mencapai US$ 20,59 miliar, dengan porsi nonmigas mencapai US$ 18,07 miliar. Meskipun impor migas justru menurun 15,57% menjadi US$ 2,52 miliar, hal ini belum cukup untuk menutupi tekanan dari sisi nonmigas.

Negara-negara mitra dagang utama seperti Tiongkok, Jepang, dan kawasan ASEAN menjadi sumber utama peningkatan impor Indonesia, terutama untuk barang modal dan bahan baku industri.

3. Komoditas Ekspor Unggulan Masih Tahan Tekanan

Meskipun terjadi penurunan secara bulanan, beberapa sektor ekspor utama tetap menunjukkan kinerja yang solid secara tahunan. Produk industri pengolahan seperti minyak kelapa sawit, logam dasar besi, kimia dasar organik, nikel, dan semikonduktor masih menjadi tulang punggung ekspor nasional. Bahkan, permintaan dari sejumlah negara seperti India dan negara-negara Eropa masih menunjukkan tren positif untuk beberapa komoditas tersebut.

Ekspor nonmigas tercatat memberikan surplus sebesar US$ 1,51 miliar, yang menyelamatkan neraca perdagangan dari defisit. Tanpa kontribusi dari sektor ini, neraca dagang Indonesia kemungkinan besar akan berada dalam kondisi negatif.

Fenomena Terkini






Trending