6 Stimulus Ekonomi di Era Prabowo: Strategi Pemerintah Dorong Konsumsi dan Stabilitas Nasional

26 May 2025 09:06 WIB
prabowo-subianto-1747382275843_169.jpeg

Kuatbaca.com - Menjelang pertengahan tahun 2025, pemerintah Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto tengah bersiap meluncurkan paket stimulus ekonomi yang menyasar berbagai sektor vital. Rapat koordinasi yang dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menghasilkan enam kebijakan strategis yang ditujukan untuk meningkatkan daya beli masyarakat dan menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional.

Langkah ini dinilai sangat penting, terutama dalam mengantisipasi perlambatan konsumsi masyarakat pada masa libur sekolah Juni-Juli, yang secara historis merupakan momen fluktuasi dalam pergerakan ekonomi domestik.

1. Stimulus Pertama: Diskon Transportasi Nasional

Salah satu stimulus utama yang akan segera diterapkan adalah pemberian diskon untuk moda transportasi publik. Pemerintah menyiapkan insentif berupa potongan harga tiket kereta api, pesawat, hingga angkutan laut. Diskon ini bertujuan untuk mempermudah mobilitas masyarakat saat libur sekolah, sekaligus mendorong aktivitas pariwisata dalam negeri.

Langkah ini tidak hanya berpotensi meningkatkan sektor transportasi dan pariwisata, tapi juga membawa efek berganda (multiplier effect) terhadap pelaku UMKM, perhotelan, serta ekonomi lokal di berbagai destinasi wisata nusantara.

2. Stimulus Kedua dan Ketiga: Diskon Tol dan Tarif Listrik

Guna menunjang kelancaran perjalanan darat, pemerintah juga menyiapkan diskon tarif tol bagi sekitar 110 juta pengguna kendaraan pribadi. Ini menjadi bagian dari upaya mendorong mobilitas keluarga yang bepergian selama masa liburan tanpa menambah beban pengeluaran rumah tangga.

Sementara itu, stimulus ketiga menyasar langsung sektor rumah tangga melalui diskon tarif listrik sebesar 50% selama bulan Juni dan Juli 2025. Diskon ini ditargetkan bagi 79,3 juta pelanggan listrik berdaya di bawah 1.300 VA, mayoritas merupakan keluarga dari golongan menengah ke bawah. Efisiensi ini akan meningkatkan ruang fiskal rumah tangga untuk konsumsi lain, yang pada akhirnya memperkuat perputaran ekonomi nasional.

3. Stimulus Keempat dan Kelima: Bantuan Sosial dan Subsidi Upah

Tidak hanya menyasar kelas menengah, pemerintah juga memperkuat jaring pengaman sosial melalui penambahan alokasi bantuan pangan dan kartu sembako bagi 18,3 juta keluarga penerima manfaat (KPM). Bantuan ini akan disalurkan selama dua bulan dan diprioritaskan untuk keluarga dengan tingkat kesejahteraan rendah.

Selanjutnya, stimulus kelima berupa Bantuan Subsidi Upah (BSU) diperuntukkan bagi pekerja dengan penghasilan di bawah Upah Minimum Provinsi (UMP) atau Rp 3,5 juta per bulan. Program ini juga mencakup guru honorer yang seringkali belum mendapatkan perlindungan penghasilan memadai. Stimulus ini diharapkan dapat menjaga konsumsi pekerja berpendapatan rendah serta meningkatkan kesejahteraan tenaga pengajar non-PNS di seluruh Indonesia.

4. Stimulus Keenam: Diskon Iuran Jaminan Kecelakaan Kerja

Pemerintah juga memberikan dukungan khusus bagi sektor padat karya melalui perpanjangan program diskon iuran Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK). Kebijakan ini bertujuan mengurangi beban operasional perusahaan di sektor yang banyak menyerap tenaga kerja, sehingga membuka ruang untuk menjaga atau bahkan meningkatkan lapangan kerja di tengah kondisi ekonomi global yang masih tidak pasti.

Dengan subsidi ini, sektor padat karya seperti manufaktur, konstruksi, dan tekstil akan lebih mudah bertahan dan tetap memberikan kontribusi pada pertumbuhan ekonomi nasional serta pengurangan angka pengangguran.

5. Mendorong Pariwisata Lokal dan Konsumsi Domestik

Selain keenam stimulus tersebut, pemerintah juga mendorong keterlibatan aktif pemerintah daerah dalam menyelenggarakan kegiatan wisata dan hiburan lokal selama masa libur sekolah. Tujuannya adalah menghidupkan ekonomi lokal dan mendorong perputaran uang di daerah, bukan hanya terpusat di kota besar.

Dengan strategi ini, diharapkan ada peningkatan konsumsi domestik, peningkatan PAD (pendapatan asli daerah), serta pemerataan pertumbuhan ekonomi hingga ke pelosok. Pemerintah melihat bahwa libur sekolah adalah momentum penting untuk memacu kembali semangat belanja masyarakat, dengan insentif sebagai pemantik utamanya.

Fenomena Terkini






Trending