Saham Perbankan Sempat Melemah, Bos BCA Ungkap Dampak Langsung dari Kebijakan Tarif Trump

23 April 2025 20:48 WIB
presiden-direktur-pt-bank-central-asia-tbk-jahja-setiaatmadja_169.jpeg

Kuatbaca.com - Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA), Jahja Setiaatmadja, mengungkap alasan di balik pelemahan saham sektor perbankan yang sempat terjadi awal April 2025. Menurutnya, gejolak tersebut dipicu oleh kebijakan tarif tinggi yang diumumkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, yang membuat pasar saham global, termasuk Indonesia, langsung bereaksi.

1. Saham Bank Tertekan Akibat Kejutan Tarif Trump

Jahja menjelaskan bahwa pelemahan tidak hanya dialami oleh BCA, tetapi juga dialami seluruh saham perbankan utama di Indonesia, seperti Bank Mandiri, BRI, BNI, hingga CIMB Niaga. Penyebab utamanya adalah pengumuman mendadak Trump soal tarif impor balasan sebesar 32% kepada negara-negara dengan neraca dagang yang dianggap merugikan AS, termasuk Indonesia.

“Saat libur Lebaran, Trump umumkan tambahan tarif secara tiba-tiba. Indonesia terkena imbasnya, dan ketika pasar saham kita buka, langsung terjadi aksi jual,” kata Jahja dalam konferensi pers virtual, Rabu (23/4/2025).

2. Investor Panik dan Lakukan Aksi Jual Cepat

Pada saat pengumuman kebijakan tarif, pasar saham Indonesia masih libur Lebaran, sehingga saat pasar dibuka kembali pada 8–9 April, reaksi pasar cukup ekstrem. Banyak investor langsung melakukan aksi jual karena ketidakpastian dampak ekonomi dari kebijakan baru tersebut.

“Naluri investor adalah jual dulu saat ada ketidakpastian, apalagi belum ada kepastian mitigasi risikonya. Baik investor domestik maupun asing, semua bereaksi sama,” jelas Jahja.

3. Saham-Saham Bank Sempat Terjun Bebas

Data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan penurunan harga signifikan pada saham-saham perbankan:

  • BBCA turun dari Rp 8.500 (27 Maret) ke Rp 7.775 (8 April)
  • BBRI dari Rp 4.050 ke Rp 3.640
  • BBNI dari Rp 4.240 ke Rp 4.030
  • CIMB Niaga dari Rp 1.695 ke Rp 1.600

Penurunan ini berlangsung serentak sebagai efek domino dari kekhawatiran investor terhadap stabilitas makroekonomi pasca kebijakan perdagangan AS.

4. Fundamental Kuat, Saham Perbankan Rebound

Namun kepanikan ini tidak berlangsung lama. Jahja menyebut setelah harga saham mencapai titik terendah (bottom), investor mulai melihat kembali fundamental perusahaan, terutama bank-bank besar yang tetap mencetak kinerja positif. Hal ini mendorong terjadinya rebound atau pemulihan harga saham secara bertahap.

5. Kondisi Terkini: Saham-Saham Bank Kembali Menguat

Kini, saham perbankan sudah mulai menguat kembali setelah investor menilai respons pemerintah dan otoritas cukup solid. Penutupan perdagangan terbaru menunjukkan:

  • BBCA naik ke Rp 8.725
  • BBRI menguat ke Rp 3.760
  • BBNI berada di Rp 4.150
  • CIMB Niaga menguat ke Rp 1.855

Kondisi ini menandakan bahwa pasar mulai merespons positif upaya stabilisasi yang dilakukan Bank Indonesia dan sektor fiskal.

6. Perbankan Masih Jadi Pilar Stabilitas Ekonomi

Jahja menegaskan bahwa meskipun pasar saham sangat rentan terhadap gejolak eksternal seperti perang dagang atau tarif, fundamental sektor perbankan Indonesia masih sangat kuat. Likuiditas, rasio kredit bermasalah (NPL), dan pertumbuhan pembiayaan tetap terjaga. Ini yang menjadi modal penting bagi pemulihan harga saham jangka menengah.

Ketegangan Dagang Memicu Kepanikan, Tapi Fundamental Bank Indonesia Jadi Penyelamat

Pelemahan saham perbankan awal April 2025 merupakan bukti betapa sensitifnya pasar terhadap kebijakan geopolitik dan ekonomi global. Meski sempat panik, investor kembali percaya setelah melihat fundamental kuat yang dimiliki bank-bank besar seperti BCA. Hal ini menunjukkan bahwa strategi jangka panjang tetap menjadi pegangan utama investor rasional, dan sektor keuangan Indonesia masih menjadi tulang punggung ketahanan ekonomi nasional.

Fenomena Terkini






Trending