Rumor Investasi Danantara di Merger Grab-GOTO Picu Kekhawatiran Persaingan Usaha

8 June 2025 19:04 WIB
danantara-1740123997555_169.jpeg

Kuatbaca - Belakangan ini, kabar mengenai rencana Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) yang dikabarkan berminat menanamkan modal dalam PT Goto Gojek-Tokopedia Tbk (GOTO) semakin menguat. Langkah ini muncul setelah kesepakatan merger yang akan mempertemukan GOTO dengan perusahaan layanan transportasi asal Malaysia, Grab. Namun, rumor investasi ini justru menimbulkan keprihatinan tersendiri mengenai masa depan persaingan usaha dalam industri transportasi digital Indonesia.

Merger antara dua raksasa layanan transportasi dan e-commerce ini sejatinya bertujuan untuk menggabungkan kekuatan agar mampu bersaing di tingkat regional. Namun, kehadiran Danantara yang berencana mengambil posisi sebagai investor minoritas dalam perusahaan hasil merger ini dianggap bisa menimbulkan potensi konflik kepentingan sekaligus memperbesar risiko monopoli pasar.

Intervensi Pemerintah Bisa Mengancam Persaingan Sehat

Salah satu kritik yang paling tajam datang dari kalangan pengamat ekonomi digital, yang menyoroti bahwa keterlibatan Danantara sebagai badan investasi yang berafiliasi dengan pemerintah berpotensi mengurangi persaingan usaha. Dalam kondisi ideal, kehadiran investor yang juga memiliki peran regulator dalam ekosistem bisnis semestinya dihindari agar tidak menimbulkan intervensi yang merugikan kompetitor.

Menurut pandangan para analis, apabila Danantara berperan ganda sebagai investor sekaligus bagian dari pengambil keputusan, maka persaingan usaha akan terancam terkikis. Hal ini dikarenakan pengaruh dan kekuatan yang dimiliki oleh Danantara dapat digunakan untuk mengatur dan mengontrol jalannya bisnis dalam ekosistem transportasi digital, sehingga pemain lain yang ingin masuk atau bertahan di pasar bisa merasa terhambat.

Dampak Negatif Bagi Pelaku Usaha dan Potensi Hambatan Regulasi

Kehadiran Danantara dalam merger ini juga dinilai dapat membuat perusahaan lain yang selama ini bersaing di industri digital menjadi ragu untuk melanjutkan ekspansi atau bahkan masuk ke pasar Indonesia. Mereka akan khawatir jika kehadiran investor yang dekat dengan pemerintah ini akan membuat persaingan menjadi tidak sehat, bahkan terkesan seperti melawan arus pengaturan yang dibuat oleh negara.

Selain itu, ada pula pertanyaan kritis terkait bagaimana rencana investasi ini berdampak terhadap regulasi yang selama ini ditegakkan oleh Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU). Ada kekhawatiran bahwa investasi tersebut bisa dimanfaatkan untuk menghindari atau melonggarkan pengawasan ketat terkait persaingan usaha yang adil. Kondisi ini tentu bisa berpotensi menimbulkan kekacauan iklim usaha di sektor yang sedang berkembang pesat ini.

Keseriusan Merger dan Nilai Valuasi yang Fantastis

Sebelumnya, merger antara Grab dan GOTO telah menjadi perhatian publik dan pelaku industri, terutama dengan target penyelesaian kesepakatan yang diperkirakan terjadi pada kuartal kedua tahun 2025. Dengan valuasi gabungan yang diperkirakan mencapai sekitar US$7 miliar atau setara dengan Rp114 triliun, merger ini menandai salah satu transaksi terbesar dalam sektor teknologi dan transportasi digital di Indonesia.

Nilai sebesar ini menunjukkan besarnya potensi pasar yang dimiliki oleh gabungan dua perusahaan tersebut, sekaligus menegaskan posisi strategis yang akan mereka kuasai di kawasan Asia Tenggara. Namun di balik besarnya nilai transaksi, muncul pula pertanyaan tentang bagaimana langkah ini akan memengaruhi keseimbangan kompetisi dan pilihan konsumen di pasar domestik.

Hingga saat ini, belum ada pernyataan resmi dari pihak Danantara maupun GOTO terkait rumor investasi ini. Sementara Grab Indonesia pun memilih untuk tidak berkomentar, menjaga sikap netral di tengah spekulasi yang beredar luas di publik dan media.

Ketiadaan respon resmi menambah tanda tanya besar mengenai sejauh mana keseriusan rencana investasi ini dan bagaimana mekanisme yang akan dijalankan agar merger dan investasi tersebut tidak mengganggu iklim persaingan usaha yang sehat di Indonesia.

Kabar mengenai investasi Danantara di perusahaan hasil merger Grab dan GOTO membawa perhatian baru terhadap kompleksitas industri transportasi digital di Indonesia. Di satu sisi, penggabungan kekuatan bisnis ini dapat mendorong inovasi dan efisiensi layanan, namun di sisi lain muncul tantangan besar untuk menjaga persaingan yang adil dan terbuka.

Indonesia sebagai pasar dengan pertumbuhan teknologi digital yang sangat dinamis harus mampu mengelola investasi dan merger besar agar tidak menimbulkan monopoli atau praktik bisnis yang merugikan konsumen dan pelaku usaha lain. Pemerintah dan regulator diharapkan dapat mengambil langkah yang tepat demi menjaga iklim usaha yang sehat dan berkelanjutan di era digital ini.

Fenomena Terkini






Trending