Rote Ndao Disiapkan Jadi Sentra Garam Nasional, Target Swasembada 2027

Oleh Wasis Sapto
11 June 2025 15:40 WIB
kementerian-kelautan-dan-perikanan-kkp-tengah-membangun-tambak-garam-raksasa-di-rote-ndao-nusa-tenggara-timur-ntt-1749615827422_169.jpeg

Kuatbaca.com - Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) tengah bersiap menjadikan Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur (NTT), sebagai pusat industri garam nasional. Proyek tambak garam skala besar ini digadang-gadang akan menopang ambisi besar Indonesia untuk mencapai swasembada pangan, khususnya garam, pada tahun 2027.

Langkah ini tidak main-main. Direktur Sumber Daya Kelautan KKP, Frista Yorhanita, menyampaikan bahwa Rote Ndao akan dikembangkan menjadi kawasan industri garam terpadu, dari proses hulu hingga ke hilir. Artinya, kawasan ini tidak hanya menjadi tempat produksi, tetapi juga pengolahan dan distribusi garam ke berbagai daerah.

“Rencananya kita akan membuka tambak garam dengan luasan antara 10 ribu hingga 13 ribu hektar,” ujar Frista dalam konferensi pers di kantor KKP, Jakarta, Rabu (11/6/2025). Pemerintah juga akan menyuntikkan teknologi modern untuk meningkatkan efisiensi produksi dan kualitas hasil panen.

Tak hanya tambak, pemerintah juga akan membangun pabrik-pabrik pengolahan garam di kawasan tersebut. Tujuannya agar hasil garam dari Rote Ndao dapat langsung diproses sesuai standar industri, baik untuk konsumsi rumah tangga maupun kebutuhan industri.

Iklim Rote Ndao Dinilai Ideal, Menyaingi Australia

Pemilihan Rote Ndao sebagai lokasi pengembangan industri garam bukanlah keputusan sembarangan. Wilayah ini dipilih karena memiliki karakteristik geografis dan iklim yang mirip dengan Australia—salah satu negara penghasil garam terbaik di dunia. Kunci keberhasilan produksi garam di Australia adalah cuaca kering, luas lahan, dan kualitas air laut yang tinggi.

Hal ini ternyata dimiliki juga oleh Rote Ndao. “Kami menemukan area yang sangat luas, sekitar 10–13 ribu hektar, dengan status tanah milik negara. Aktivitas manusianya belum begitu banyak, jadi kualitas air lautnya masih terjaga,” terang Frista.

KKP juga telah melakukan studi kualitas air di wilayah ini, dan hasilnya menunjukkan bahwa kondisi di Rote Ndao mendukung produksi garam berkualitas tinggi. Bahkan, terdapat danau di sekitar kawasan yang bisa digunakan sebagai bahan baku tambahan.

Dengan kombinasi iklim, kualitas air, dan dukungan teknologi, Frista optimistis bahwa hasil produksi garam di Rote Ndao bisa menyaingi produksi Australia. “Kami berharap output-nya nanti juga bisa menyerupai kualitas garam Australia,” imbuhnya.

Target Produksi Minimal 200 Ton per Hektar

Pemerintah menargetkan produksi garam dari tambak raksasa ini mencapai minimal 200 ton per hektar dalam satu siklus produksi. Jika dikalikan dengan luasan tambak, potensi produksi garam nasional dari kawasan ini bisa mencapai 2–2,6 juta ton per siklus.

Angka ini sangat signifikan, mengingat selama bertahun-tahun Indonesia masih bergantung pada impor garam untuk memenuhi kebutuhan industri makanan, farmasi, dan tekstil. Dengan pengembangan kawasan industri garam di Rote Ndao, ketergantungan ini diharapkan bisa dikurangi bahkan dihilangkan sama sekali.

Selain aspek produksi, pengembangan ini juga diharapkan membuka lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal. Industri garam bisa mendorong pertumbuhan ekonomi baru di kawasan timur Indonesia yang selama ini belum tersentuh banyak industri besar.

“Ini sejalan dengan visi Presiden Prabowo untuk membangun dari wilayah terluar dan memperkuat ketahanan pangan serta industri dalam negeri,” kata Frista.

Dukungan Infrastruktur dan Investasi Rp 2 Triliun

Untuk merealisasikan proyek ambisius ini, pemerintah menyiapkan anggaran jumbo mencapai Rp 2 triliun. Dana tersebut akan dialokasikan untuk pembangunan tambak, pengolahan, jalan distribusi, hingga infrastruktur pendukung lainnya.

Dengan investasi besar ini, KKP juga berharap sektor swasta ikut terlibat dalam pengelolaan kawasan industri garam. Pemerintah membuka peluang kerja sama dalam bentuk BUMN atau skema KPBU (Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha).

Sementara itu, pemerintah memastikan bahwa seluruh proses pembangunan akan mengikuti prinsip keberlanjutan, tanpa merusak ekosistem laut atau lingkungan sekitar. Analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) akan menjadi syarat utama dalam setiap proses pembangunan di kawasan tersebut.

Jika semua berjalan sesuai rencana, Rote Ndao akan menjadi pionir kawasan industri garam terintegrasi pertama di Indonesia dan sekaligus simbol swasembada garam nasional.

Fenomena Terkini






Trending