RI Percepat Hilirisasi Kelapa Demi Dongkrak Ekspor dan Sejahterakan Petani

26 May 2025 11:06 WIB
815c1061-5e26-4274-b600-3c572f1064b9_169.jpeg

Kuatbaca.com - Indonesia mulai memacu hilirisasi kelapa sebagai strategi jangka panjang untuk meningkatkan nilai tambah dan memperkuat posisi sebagai pemain utama ekspor kelapa dunia. Inisiatif ini lahir dari sinergi antara Kementerian Pertanian (Kementan) dengan Koalisi Pemerintah Kabupaten Penghasil Kelapa (KOPEK) guna menjadikan kelapa sebagai komoditas unggulan nasional.

1. Kelapa Indonesia Jadi Primadona Pasar Ekspor Dunia

Dalam beberapa tahun terakhir, permintaan terhadap kelapa dari Indonesia mengalami lonjakan signifikan. Negara-negara seperti China dan Malaysia tercatat sebagai pasar utama yang mengimpor kelapa dalam berbagai bentuk, mulai dari kelapa bulat, kelapa parut kering, santan instan, hingga minyak kelapa murni (VCO).

Tren global yang semakin mengarah pada gaya hidup sehat dan konsumsi produk alami mendorong peningkatan permintaan kelapa dunia. Indonesia sebagai produsen utama tentu tidak ingin kehilangan momentum ini.

2. Arah Strategis Pemerintah: Hilirisasi sebagai Kunci

Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, dalam pertemuan strategis bersama KOPEK menegaskan bahwa hilirisasi industri kelapa menjadi prioritas pembangunan sektor pertanian. Langkah ini juga merupakan tindak lanjut dari arahan langsung Presiden Prabowo Subianto dalam rapat terbatas mengenai percepatan proyek strategis nasional di bidang pertanian.

Dengan hilirisasi, kelapa tidak lagi hanya dijual dalam bentuk mentah, tetapi diolah menjadi berbagai produk bernilai tinggi seperti sabun organik, minuman kesehatan, minyak kelapa murni, hingga briket arang tempurung yang sangat diminati pasar ekspor.

3. Dampak Positif bagi Petani: Harga Kelapa Meroket

Salah satu efek langsung dari peningkatan permintaan ekspor dan penguatan industri hilir adalah naiknya harga kelapa di tingkat petani. Bila sebelumnya harga kelapa hanya sekitar Rp1.300/kg, kini nilainya melonjak hingga menyentuh Rp4.000 hingga Rp7.000/kg di beberapa daerah sentra produksi.

Ini menjadi angin segar bagi petani kelapa yang selama ini mengeluhkan fluktuasi harga dan minimnya perlindungan pasar. Dengan hilirisasi, petani kini bisa menikmati hasil lebih besar dari usaha taninya.


4. Optimalisasi Lahan: Tumpang Sari untuk Dukung Ketahanan Pangan

Selain fokus pada hilirisasi, Kementan juga mendorong konsep tumpang sari di lahan kelapa. Petani diminta tidak hanya mengandalkan kelapa, tetapi juga menanam komoditas lain seperti padi, jagung, cokelat (kakao), atau tanaman pangan lain yang sesuai dengan kondisi agroklimat.

Langkah ini diharapkan tidak hanya meningkatkan produktivitas lahan tetapi juga mempercepat tercapainya swasembada pangan dan meningkatkan pendapatan petani secara berkelanjutan. Menurut Amran, “Petani harus bisa panen kelapa sekaligus panen jagung dan padi. Ini cara cerdas percepat swasembada dan naikkan pendapatan.”

5. Kabupaten Sentra Kelapa Jadi Fokus Pengembangan

Pemerintah juga telah mengidentifikasi 10 kabupaten/kota sentra produksi kelapa di Indonesia sebagai fokus program hilirisasi. Daerah-daerah tersebut antara lain:

  • Indragiri Hilir (Riau)
  • Tanjung Jabung Timur dan Barat (Jambi)
  • Banggai (Sulawesi Tengah)
  • Sumenep (Jawa Timur)
  • Halmahera Utara (Maluku Utara)
  • Banyuasin (Sumatera Selatan)
  • Minahasa Selatan (Sulawesi Utara)
  • Pandeglang (Banten)
  • Padang Pariaman (Sumatera Barat)

Kawasan-kawasan ini akan menjadi pusat pengembangan infrastruktur pengolahan kelapa, pelatihan petani, serta pengembangan model industri berbasis koperasi dan UMKM.

Fenomena Terkini






Trending