Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2025: Masih di Bawah 5 Persen

19 May 2025 12:44 WIB
imf-pangkas-proyeksi-pertumbuhan-ekonomo-indonesia-jadi-47-1745477387509_169.jpeg

Kuatbaca.com- Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2025 diperkirakan masih akan bertahan di bawah angka 5 persen. Berdasarkan analisis sejumlah lembaga keuangan nasional, angka pertumbuhan diproyeksikan berada di kisaran 4,93% sepanjang tahun, dengan estimasi pertumbuhan kuartal kedua mencapai 4,92%. Angka ini mencerminkan adanya tantangan struktural dan tekanan dari faktor eksternal yang masih membayangi perekonomian Indonesia.

Meskipun pertumbuhan ini terbilang moderat, namun masih menunjukkan ketahanan perekonomian nasional di tengah ketidakpastian global. Konsumsi rumah tangga dan investasi tetap menjadi motor utama penggerak aktivitas ekonomi domestik, meskipun tidak sekuat yang diharapkan.

1. Kuartal Pertama Diwarnai Perlambatan Belanja dan Investasi

Di kuartal pertama 2025, laju pertumbuhan ekonomi tercatat sebesar 4,87%, sedikit lebih rendah dibandingkan target awal pemerintah. Dua sektor utama, yaitu investasi dan belanja pemerintah, menjadi faktor penyumbang perlambatan tersebut. Penundaan pencairan anggaran serta kehati-hatian pelaku usaha dalam menggelontorkan modal baru turut mempengaruhi lambatnya akselerasi pertumbuhan ekonomi di awal tahun.

Namun, dari sisi perdagangan internasional, Indonesia menunjukkan sinyal positif. Neraca perdagangan masih mengalami surplus, ditopang oleh ekspor komoditas unggulan seperti batu bara, nikel, dan kelapa sawit. Stabilitas ini membantu menjaga ketersediaan devisa dan menopang nilai tukar rupiah.

2. Permintaan Domestik Jadi Pilar Utama Perekonomian

Meskipun investasi belum sepenuhnya pulih, permintaan domestik tetap menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia. Konsumsi rumah tangga terus memberikan kontribusi signifikan terhadap PDB. Hal ini mencerminkan tingkat keyakinan masyarakat yang masih relatif stabil meski tekanan harga kebutuhan pokok terus berfluktuasi.

Pemerintah diharapkan dapat mempercepat penyaluran anggaran, terutama untuk sektor-sektor strategis seperti infrastruktur, kesehatan, dan pendidikan. Percepatan ini diyakini mampu memberi efek ganda (multiplier effect) terhadap sektor riil dan memperkuat daya beli masyarakat.

3. Faktor Global Masih Jadi Tantangan

Situasi ekonomi global masih menjadi variabel penting yang memengaruhi kinerja ekonomi Indonesia. Ketegangan geopolitik, dinamika harga komoditas, serta negosiasi perdagangan antara negara-negara besar seperti Amerika Serikat dan Tiongkok turut memberi dampak terhadap ekspor dan stabilitas nilai tukar. Harga komoditas yang cenderung melemah diprediksi menjadi tekanan tersendiri pada kuartal kedua dan seterusnya.

Namun demikian, cadangan devisa yang tetap kuat dan inflasi yang terkendali menjadi modal penting bagi Indonesia untuk menjaga stabilitas makroekonomi. Pemerintah dan otoritas moneter terus memantau situasi global dan menyesuaikan kebijakan agar tetap responsif terhadap perubahan yang terjadi.

4. Proyeksi Inflasi dan Nilai Tukar Masih Stabil

Selain pertumbuhan ekonomi, indikator penting lain seperti inflasi dan nilai tukar rupiah juga mendapat perhatian khusus. Inflasi tahun ini diperkirakan akan bertahan pada level sekitar 2,38%, jauh di bawah batas atas target inflasi tahunan Bank Indonesia. Ini menunjukkan bahwa tekanan harga masih relatif rendah, terutama dari sisi pangan dan energi.

Sementara itu, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diprediksi akan stabil di kisaran Rp 16.500 hingga akhir 2025. Stabilitas ini sangat krusial untuk menjaga daya beli masyarakat serta memberi kepastian bagi dunia usaha dalam menjalankan rencana bisnis mereka di tengah kondisi global yang penuh tantangan.

Fenomena Terkini






Trending