Produksi Telur dan Daging Ayam Nasional Surplus, Pemerintah Siapkan Strategi Hilirisasi

10 May 2025 13:44 WIB
peternak-telur-ayam-di-kota-malang-sampaikan-harga-telur-turun-1745914530500_169.jpeg

Kuatbaca.com - Produksi telur ayam dan daging ayam ras di Indonesia diproyeksikan mengalami peningkatan signifikan pada tahun 2025. Data dari Badan Pangan Nasional (Bapanas) menunjukkan bahwa produksi kedua komoditas tersebut tidak hanya naik dibanding tahun sebelumnya, tetapi juga melampaui kebutuhan konsumsi nasional. Berdasarkan proyeksi terbaru yang dirilis per 22 April 2025, produksi telur ayam tahun ini diperkirakan mencapai 6,52 juta ton, naik 2,78% dari realisasi 2024 yang sebesar 6,34 juta ton. Sementara kebutuhan nasional untuk telur ayam hanya sebesar 6,22 juta ton.

Kondisi serupa terjadi pada daging ayam ras. Pada 2024, total produksi daging ayam tercatat sebanyak 3,83 juta ton. Tahun ini, angkanya diperkirakan melonjak 10,95% menjadi 4,25 juta ton, jauh di atas estimasi kebutuhan nasional yang berada di angka 3,87 juta ton. Ini menunjukkan bahwa Indonesia dalam kondisi swasembada unggas yang cukup kuat, bahkan bisa dikatakan surplus.

1. Pemerintah Fokus pada Stabilitas Harga dan Stok

Meskipun peningkatan produksi adalah kabar baik dari sisi ketahanan pangan, hal ini memunculkan tantangan baru: harga komoditas unggas yang justru mengalami penurunan di tingkat peternak. Pemerintah pun segera mengambil langkah untuk mengatasi ketimpangan antara produksi dan permintaan, khususnya dalam menjaga stabilitas harga dan ketersediaan stok baik di hulu maupun hilir.

Bapanas berencana memperkuat ekosistem pascapanen melalui strategi hilirisasi, termasuk mendorong penyerapan produk oleh berbagai program sosial. Salah satu program yang menjadi sorotan adalah Makan Bergizi Gratis (MBG). Program ini diharapkan bisa menjadi saluran efektif untuk menyerap surplus produksi sekaligus menjaga harga di tingkat peternak tetap kompetitif.

2. Kolaborasi Pemerintah dan Asosiasi Peternak

Dalam rangka memastikan penyaluran surplus produksi berjalan optimal, pemerintah menggandeng sejumlah asosiasi peternakan seperti PINSAR Petelur Nasional dan PINSAR Indonesia. Kolaborasi ini ditujukan untuk mendukung penyediaan pasokan telur dan ayam ke Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di daerah-daerah, dimulai dari Tangerang. Kerja sama ini menjadi bagian dari upaya jangka panjang untuk menciptakan keberlanjutan di sektor peternakan rakyat.

Program MBG sendiri diharapkan tidak hanya bermanfaat bagi masyarakat penerima bantuan, tetapi juga menjadi alat kontrol harga yang efektif bagi peternak. Dengan distribusi yang terorganisir, pemerintah berharap stok tidak menumpuk di kandang peternak, sehingga bisa menekan potensi kerugian karena harga yang jatuh.

3. Harga Telur dan Ayam Masih di Bawah Harga Acuan

Meskipun pemerintah telah melakukan berbagai upaya, harga telur dan ayam di pasaran masih berada di bawah Harga Acuan Pembelian (HAP). Berdasarkan data dari Panel Harga Pangan Nasional, harga ayam ras hidup saat ini berada di kisaran Rp 20.073 per kilogram, sementara HAP ditetapkan pada Rp 25.000 per kilogram. Sedangkan harga telur ayam di tingkat peternak rata-rata Rp 24.496 per kilogram, lebih rendah dari HAP yang sebesar Rp 26.500 per kilogram.

Untuk harga di konsumen, daging ayam tercatat rata-rata Rp 34.796 per kilogram dari HAP Rp 40.000, dan telur ayam Rp 29.154 per kilogram dibanding HAP Rp 30.000. Artinya, meski kondisi sudah mulai membaik dibanding beberapa bulan lalu, kestabilan harga belum sepenuhnya pulih.

4. Harapan Perbaikan Harga dan Keberlanjutan Sektor Perunggasan

Pemerintah mengakui bahwa harga di tingkat peternak memang sempat mengalami penurunan tajam. Namun kini mulai menunjukkan tren positif. Meski belum mencapai angka ideal, perbaikan ini dianggap sebagai hasil kerja sama antara pemerintah, asosiasi peternak, dan stakeholder lainnya dalam mendorong kestabilan pasar.

Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Agung Suganda, menyebut bahwa tren kenaikan harga ini merupakan sinyal baik bagi industri perunggasan nasional. Menurutnya, sinergi antar lembaga dan pelaku industri akan terus diperkuat agar hasil produksi tidak hanya melimpah, tetapi juga mampu memberikan keuntungan yang layak bagi peternak.

Fenomena Terkini






Trending