Produksi Telur dan Daging Ayam Nasional Surplus, Pemerintah Pastikan Stok Aman

10 May 2025 13:08 WIB
peternak-telur-ayam-di-kota-malang-sampaikan-harga-telur-turun-1745914530500_169.jpeg

Kuatbaca.com - Tahun 2025 menjadi tahun yang cukup menggembirakan bagi sektor peternakan unggas Indonesia. Pemerintah, melalui Badan Pangan Nasional (Bapanas), menyampaikan bahwa produksi telur dan daging ayam tahun ini mengalami peningkatan signifikan dibandingkan tahun sebelumnya. Tak hanya itu, produksi yang tercatat juga melebihi kebutuhan konsumsi nasional, sehingga Indonesia berada dalam kondisi surplus perunggasan.

Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilitas Pangan Bapanas, I Gusti Ketut Astawa, menyebut pencapaian ini sebagai bentuk nyata dari keberhasilan swasembada pangan, khususnya dalam sektor unggas. Menurutnya, hal ini tidak terlepas dari peran aktif Kementerian Pertanian dalam meningkatkan produktivitas para peternak di seluruh Indonesia.

1. Data Produksi Telur dan Daging Ayam Tahun 2025

Berdasarkan data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS), produksi telur ayam ras tahun 2024 tercatat sebesar 6,34 juta ton. Tahun ini, diproyeksikan angka tersebut naik 2,78% menjadi 6,52 juta ton. Jumlah ini jauh melampaui total kebutuhan konsumsi nasional yang hanya sekitar 6,22 juta ton.

Sementara itu, produksi daging ayam ras juga menunjukkan pertumbuhan yang lebih signifikan. Pada tahun 2024, produksi mencapai 3,83 juta ton. Di tahun 2025, angkanya diperkirakan melonjak hingga 4,25 juta ton—atau naik sekitar 10,95%. Padahal, kebutuhan konsumsi hanya berada pada angka 3,87 juta ton. Fakta ini menunjukkan bahwa Indonesia kini memiliki kapasitas lebih dalam hal produksi protein hewani.

2. Dampak Surplus Produksi Terhadap Harga Peternak

Meskipun data produksi memperlihatkan kondisi yang positif, nyatanya kelebihan pasokan ini juga membawa tantangan tersendiri di lapangan. Salah satu dampaknya adalah penurunan harga ayam dan telur di tingkat peternak. Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, Agung Suganda, mengakui bahwa harga sempat turun drastis akibat stok melimpah yang tidak terserap maksimal.

"Harga ayam di tingkat peternak sempat anjlok. Begitu juga dengan telur. Tapi kami terus berupaya bersama berbagai pihak untuk menstabilkan harga," ujar Agung.

Kini, harga perlahan mulai menunjukkan perbaikan, meskipun masih belum mencapai harga acuan pembelian (HAP) yang ditetapkan pemerintah. Misalnya, harga ayam hidup di tingkat peternak saat ini berada di kisaran Rp 20.073/kg, masih di bawah HAP Rp 25.000/kg. Begitu juga dengan harga telur ayam yang berada di kisaran Rp 24.496/kg, masih di bawah HAP Rp 26.500/kg.

3. Strategi Pemerintah Hadapi Kelebihan Produksi

Untuk menghadapi tantangan surplus ini, Bapanas mengambil sejumlah langkah strategis. Salah satunya adalah penguatan ekosistem pascapanen dan hilirisasi produk. Pemerintah ingin memastikan bahwa hasil produksi peternak dapat terserap lebih optimal melalui saluran-saluran distribusi dan konsumsi alternatif, termasuk lewat program Makan Bergizi Gratis (MBG).

Program MBG yang menyasar satuan pelayanan pemenuhan gizi (SPPG) di berbagai daerah diharapkan mampu menjadi solusi penyerapan kelebihan produksi. Salah satu pilot project dilakukan di Tangerang dengan melibatkan PINSAR Petelur Nasional dan PINSAR Indonesia untuk memasok telur dan daging ayam ke fasilitas MBG. Langkah ini tidak hanya menstabilkan harga di tingkat peternak, tetapi juga mendukung program peningkatan gizi masyarakat.

Fenomena Terkini






Trending