Produksi Beras Indonesia Diprediksi Tembus 34 Juta Ton, Tertinggi di ASEAN

Kuatbaca - Indonesia diprediksi akan mencapai produksi beras tertinggi di ASEAN pada musim tanam 2024/2025. Menurut laporan terbaru dari Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA), produksi beras nasional diperkirakan akan mencapai 34,6 juta ton. Angka ini menunjukkan kenaikan signifikan, dengan tambahan sekitar 600 ribu ton dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang tercatat sebanyak 33 juta ton.
Peningkatan yang Menjaga Kemandirian Pangan
Kenaikan produksi beras ini menjadi kabar baik bagi Indonesia, mengingat sebelumnya negara ini sempat menghadapi krisis pasokan beras yang mendorong impor dalam jumlah besar. Pada 2023, Indonesia tercatat sebagai pengimpor beras terbesar kelima di dunia, dengan jumlah impor mencapai 3,06 juta ton. Negara ini mayoritas mengimpor beras dari Thailand dan Vietnam. Namun, dengan prediksi meningkatnya produksi beras dalam negeri, Indonesia kini memiliki peluang untuk mengurangi ketergantungan pada impor dan lebih mandiri dalam hal pangan.
Kenaikan 600 ribu ton ini mengindikasikan stabilitas produksi beras Indonesia, yang kini diperkirakan akan menjadi yang terbesar di kawasan ASEAN. Dengan angka produksi tersebut, Indonesia berhasil mengungguli negara-negara tetangga dalam hal hasil produksi beras.
Posisi Indonesia di Peta Produksi Beras ASEAN
Dalam laporan yang sama, negara-negara ASEAN lainnya juga mencatatkan angka produksi beras yang signifikan, namun Indonesia tetap berada di posisi teratas. Vietnam, yang selama ini menjadi pesaing utama Indonesia dalam produksi beras, diprediksi akan menghasilkan 26,5 juta ton beras. Thailand, negara yang sering dianggap sebagai eksportir beras terbesar di Asia Tenggara, diperkirakan hanya akan memproduksi sekitar 20,1 juta ton beras. Sementara itu, negara-negara lainnya seperti Filipina, Kamboja, Laos, dan Malaysia jauh tertinggal dengan produksi yang masing-masing hanya berada di angka 12 juta ton, 7,3 juta ton, 1,8 juta ton, dan 1,75 juta ton.
Pencapaian Indonesia yang menempati posisi teratas ini tidak hanya menggambarkan ketahanan pangan yang semakin baik, tetapi juga menunjukkan pentingnya sektor pertanian beras dalam perekonomian nasional. Kementerian Pertanian Indonesia terus bekerja keras untuk memastikan ketahanan pangan melalui peningkatan kapasitas produksi dalam negeri.
Dampak Positif pada Ekspor Beras Indonesia
Sebelumnya, Indonesia merupakan salah satu pasar utama bagi negara-negara eksportir beras seperti Thailand dan Vietnam. Namun, dengan meningkatnya produksi beras domestik, Indonesia kini memiliki peluang untuk mengurangi ketergantungannya pada impor. Hal ini berpotensi mengubah lanskap pasar beras global, mengingat Indonesia merupakan konsumen besar beras yang sebelumnya memerlukan impor dalam jumlah signifikan.
Peningkatan produksi beras ini juga berdampak pada pengurangan tekanan pada pasar internasional, terutama bagi negara-negara eksportir seperti Thailand dan Vietnam. Pasokan beras dari Indonesia yang semakin meningkat dapat mengurangi kebutuhan negara-negara ini untuk mengekspor beras dalam jumlah besar, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi harga beras global.
Thailand, yang selama ini menjadi salah satu eksportir utama beras ke Indonesia, kini menghadapi penurunan signifikan dalam ekspor beras. Pada kuartal pertama 2025, ekspor beras Thailand diperkirakan turun hingga 30%, mencapai hanya 2,1 juta ton. Pada tahun 2025, ekspor beras Thailand diperkirakan akan merosot lebih jauh menjadi 7,5 juta ton, sebuah penurunan yang cukup tajam dari tahun sebelumnya.
Penurunan ekspor ini sebagian besar disebabkan oleh penurunan harga gabah domestik yang mencapai 30% pada Februari 2025, yang memicu protes besar dari para petani Thailand. Tekanan ini semakin diperburuk dengan meningkatnya produksi beras Indonesia yang mulai menyuplai kebutuhan dalam negeri tanpa harus bergantung pada impor.
Vietnam, yang pada tahun 2023 berhasil mengekspor lebih dari 8 juta ton beras, kini juga merasakan dampak dari perubahan pasar. Dengan meningkatnya produksi beras di Indonesia, Vietnam kini menghadapi tekanan yang besar. Pasar utama mereka, Indonesia, yang sebelumnya menjadi salah satu tujuan ekspor beras terbesar, kini mulai mengurangi ketergantungannya pada beras impor. Hal ini menyebabkan Vietnam harus mencari pasar alternatif untuk mempertahankan posisi mereka sebagai eksportir beras utama.
Vietnam kini berusaha memperluas pasar ekspor mereka ke Timur Tengah dan Afrika, serta fokus pada ekspor beras premium untuk mengatasi persaingan harga yang semakin ketat. Meskipun begitu, proyeksi menunjukkan bahwa ekspor beras Vietnam pada 2025 akan turun sekitar 17%, mencapai 7,5 juta ton.
Peningkatan produksi beras di Indonesia merupakan hasil dari kebijakan yang mendukung sektor pertanian, termasuk program-program yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas petani dan memperbaiki infrastruktur pertanian. Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Pertanian, terus berupaya untuk meningkatkan kapasitas produksi dalam negeri dan mengurangi ketergantungan pada impor beras.
Dengan meningkatnya produksi beras dan berkurangnya ketergantungan pada impor, Indonesia kini berada di jalur yang lebih baik menuju ketahanan pangan yang lebih mandiri. Ke depan, diharapkan produksi beras Indonesia terus meningkat, yang tidak hanya akan menciptakan kestabilan harga pangan domestik tetapi juga memperkuat posisi Indonesia dalam peta perdagangan beras global.
Pencapaian produksi beras Indonesia yang diprediksi akan mencapai 34,6 juta ton pada musim tanam 2024/2025 menunjukkan kemajuan signifikan dalam ketahanan pangan nasional. Selain meningkatkan hasil pertanian dalam negeri, hal ini juga mempengaruhi dinamika perdagangan beras di ASEAN dan global, di mana Indonesia kini mampu mengurangi ketergantungan pada impor dan memperkuat posisinya sebagai produsen utama beras di kawasan ini. Ke depan, dengan terus mendukung sektor pertanian, Indonesia berpotensi untuk terus mempertahankan dan bahkan meningkatkan capaian produksi berasnya.