Indonesia tengah menghadapi lonjakan signifikan produk impor asal Tiongkok, yang dipicu oleh memanasnya tensi perdagangan global. Salah satu penyebabnya adalah kebijakan tarif baru dari Amerika Serikat terhadap berbagai negara, termasuk China. Akibatnya, produk-produk yang sebelumnya dikirim ke pasar AS kini mulai dialihkan ke negara lain—termasuk Indonesia.
Wakil Menteri Perindustrian, Faisol Riza, mengungkapkan bahwa tanpa langkah proteksi yang memadai, produk dalam negeri bisa terdesak oleh serbuan barang impor, terutama dari China yang kini kehilangan sebagian akses pasar ke Amerika Serikat.
“Tanpa proteksi yang tepat, barang-barang dari Tiongkok yang tak lagi bisa masuk ke AS mulai membanjiri pasar kita. Ini ancaman nyata bagi industri nasional,” ujar Faisol dalam rapat kerja bersama Komisi VII DPR RI, Rabu (12/6/2025) di Jakarta.
Selain tekanan dari lonjakan impor, sektor industri nasional juga terpukul oleh lemahnya permintaan global. Hal ini tercermin dari Purchasing Manager’s Index (PMI) manufaktur Indonesia yang pada Juni 2025 tercatat turun ke level 46,9, menandakan kondisi kontraksi.
“PMI kita terus turun karena permintaan ekspor melemah. Sentimen pasar global lesu, dan ketidakpastian kebijakan perdagangan semakin menekan industri,” jelas Faisol.
Sektor industri padat karya seperti tekstil, elektronik rumah tangga, serta komponen otomotif menjadi yang paling terdampak akibat pelemahan permintaan dari pasar internasional.
Faisol juga menyoroti kenaikan tajam impor produk agro dari China ke Indonesia. Pada periode yang sama, ekspor produk agro Tiongkok ke Amerika Serikat justru anjlok hingga US$ 1,17 miliar (sekitar Rp 18,95 triliun), sementara ke Indonesia meningkat sebesar US$ 477 ribu (sekitar Rp 7,72 miliar), atau naik 30%.
“Ini jadi peringatan bagi kita semua. Harus ada langkah strategis dalam membaca dampak trade diversion dan menyusun langkah penguatan industri dalam negeri,” ujarnya.
Terdapat tujuh kelompok komoditas utama dari China yang mengalami peningkatan signifikan ke Indonesia:
Selain sektor agro, Wamenperin juga menyinggung tingginya ketergantungan Indonesia terhadap impor baja dan aluminium dari China. Dalam situasi global yang penuh ketidakpastian, ketergantungan ini dikhawatirkan akan menjadi persoalan struktural jangka panjang jika tidak segera ditangani.
Faisol pun mendesak agar pemerintah segera menyusun kebijakan penguatan industri dalam negeri guna meminimalisir dampak ketergantungan yang berlarut-larut terhadap produk asing.