Perusahaan minyak dan gas asal Malaysia, Petroliam Nasional Berhad (Petronas), mengungkapkan pengalaman serta tantangan yang dihadapi saat berinvestasi di wilayah timur Indonesia. Meski pernah mundur karena kendala operasional, Petronas tetap melihat kawasan ini sebagai area dengan potensi besar yang layak digarap.
Kepala Divisi Investasi Internasional Petronas, Muhammad Yusof Abdullah, mengisahkan bahwa pihaknya pertama kali masuk ke Indonesia Timur pada 2009 melalui kerja sama dengan China National Offshore Oil Corporation (CNOOC) untuk proyek eksplorasi migas di Palumara Tenggara.
"Kami membentuk perusahaan patungan bersama CNOOC, namun sayangnya proyek tersebut tidak berjalan sukses. Setelah itu, kami mengambil langkah mundur dari kawasan Indonesia Timur," ujar Yusof dalam sesi diskusi di IPA Convex 2025, Rabu (21/5), di ICE BSD, Tangerang.
Menurut Yusof, keputusan itu diambil karena sejumlah tantangan besar yang dihadapi, seperti lokasi yang sangat terpencil, kedalaman laut yang ekstrem, kesulitan akses, serta kompleksitas operasional yang tinggi.
Meski sempat menghentikan aktivitas di kawasan timur, Petronas kembali menunjukkan minat pada 2019–2020 melalui kemitraan dengan perusahaan migas asal Spanyol, Repsol. Proyek ini dilakukan di blok Sakakemang, dan menunjukkan adanya potensi sumber daya yang menjanjikan.
"Kami melihat blok tersebut memiliki cadangan migas yang besar dan belum banyak dijelajahi. Meskipun penuh tantangan, kami yakin potensinya layak untuk digarap," jelasnya.
Namun demikian, investasi di kawasan timur Indonesia masih dihadapkan pada berbagai risiko, terutama menyangkut akses pendanaan dan tingginya biaya operasional. Yusof menyebut bank cenderung berhati-hati dalam memberikan pembiayaan, terlebih karena wilayah tersebut dinilai berisiko tinggi dan belum terbukti secara komersial.
"Selama bertahun-tahun kami memilih untuk menjauh karena meskipun ada pertumbuhan di sana, belum ada keyakinan penuh terhadap potensi migas yang bisa dihasilkan," tutup Yusof.
Kendati demikian, pernyataan Petronas dalam forum ini mengindikasikan peluang terbuka bagi Indonesia Timur untuk kembali menjadi destinasi strategis investasi migas jika tantangan-tantangan tersebut dapat diatasi dengan dukungan kebijakan dan infrastruktur yang memadai.