Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Kuartal I 2025 Hanya 4,87%, Ini Analisis Lengkapnya

5 May 2025 21:14 WIB
potret-menko-perekonomian-airlangga-bicara-tentang-tarif-resiprokal-as-1744012854444_169.jpeg

1. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Masih Tumbuh, Tapi Melambat

Kuatbaca.com - Indonesia mencatatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 4,87% pada kuartal pertama tahun 2025. Angka ini dihitung berdasarkan produk domestik bruto (PDB) atas dasar harga konstan sebesar Rp 3.264,5 triliun, sedangkan atas dasar harga berlaku mencapai Rp 5.665,9 triliun. Dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year on year/YoY), pertumbuhan ini menunjukkan adanya peningkatan, meski jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya (kuartal IV 2024), justru terjadi penurunan sebesar 0,98%.

2. Posisi Indonesia di Panggung Ekonomi G20 dan Asia Tenggara

Meskipun angka 4,87% bukan yang tertinggi, Indonesia masih menempati posisi kedua tertinggi di antara negara-negara G20, setelah Tiongkok yang mencatatkan pertumbuhan sebesar 5,4%. Ini menunjukkan daya tahan ekonomi Indonesia di tengah ketidakpastian global. Di kawasan Asia Tenggara, Indonesia masih unggul dibandingkan Malaysia (4,4%), Singapura (3,8%), dan Spanyol (2,9%). Namun, pertumbuhan Indonesia masih berada sedikit di bawah Vietnam, yang semakin konsisten menunjukkan performa impresif di bidang ekonomi.

3. Pemerintah Optimis Kuartal Berikutnya Lebih Kuat

Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, menyatakan optimisme bahwa pertumbuhan ekonomi akan menguat pada kuartal-kuartal selanjutnya. Salah satu alasan di balik keyakinan ini adalah penyerapan anggaran belanja negara yang mulai menunjukkan pergerakan positif. Belanja pemerintah diperkirakan akan menjadi salah satu pendorong utama pertumbuhan, terutama dengan berbagai program pembangunan dan insentif yang sedang digulirkan.

4. Konsumsi Rumah Tangga Masih Jadi Motor Utama Ekonomi

Berdasarkan data BPS, konsumsi rumah tangga menjadi penyumbang terbesar terhadap struktur PDB, yaitu mencapai 54,53%, dengan pertumbuhan sebesar 4,89%. Hal ini tak lepas dari momen liburan, Ramadan, dan menjelang Idulfitri pada akhir Maret 2025 yang mendorong masyarakat untuk berbelanja dan meningkatkan aktivitas konsumsi.

Kondisi ini menunjukkan bahwa sektor konsumsi domestik tetap menjadi tulang punggung perekonomian nasional, meski di tengah tekanan global dan tantangan domestik.

5. Investasi Melambat, Pemerintah Diminta Antisipasi

Komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) yang biasanya mencerminkan investasi fisik seperti pembangunan infrastruktur, hanya tumbuh 2,12%, meski kontribusinya terhadap PDB cukup besar yaitu 28,03%. Perlambatan ini mengindikasikan adanya kehati-hatian dari investor untuk mengucurkan dana dalam proyek-proyek baru, mungkin karena menunggu kepastian pasca pemilu dan dinamika kebijakan fiskal.

Hal ini menjadi peringatan dini bagi pemerintah untuk menciptakan iklim investasi yang lebih kondusif agar PMTB bisa kembali tumbuh lebih cepat.

6. Konsumsi Pemerintah Justru Terkontraksi

Menariknya, pengeluaran pemerintah justru mengalami kontraksi sebesar -1,38% secara tahunan. Penurunan ini sebagian besar disebabkan oleh tidak adanya pengeluaran besar terkait pemilu, berbeda dengan tahun lalu yang diwarnai belanja tinggi untuk kepentingan politik nasional. Dampaknya, kontribusi konsumsi pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi malah negatif, sebesar -0,08%.

Namun, kondisi ini diperkirakan bersifat sementara dan akan membaik di kuartal mendatang seiring mulai berjalan proyek-proyek anggaran.

7. Ekspor Tumbuh Impresif, Wisman Beri Dampak Positif

Salah satu komponen yang tumbuh paling tinggi adalah sektor ekspor, dengan pertumbuhan sebesar 6,78%. Peningkatan ini dipicu oleh naiknya ekspor barang nonmigas serta lonjakan kunjungan wisatawan mancanegara (wisman). Industri pariwisata yang kembali menggeliat memberikan kontribusi signifikan terhadap devisa negara sekaligus mendorong sektor jasa lainnya.

Ekspor bahkan memberikan kontribusi pertumbuhan sebesar 0,83%, lebih tinggi dibanding PMTB. Ini menjadi indikator positif bahwa Indonesia mulai kembali menguat di pasar internasional.

8. Proyeksi dan Tantangan ke Depan

Meskipun angka 4,87% masih dalam kategori sehat, pemerintah harus terus waspada dan responsif terhadap berbagai tantangan, mulai dari fluktuasi harga komoditas, ketidakpastian geopolitik, hingga potensi resesi global. Pemerintah juga diharapkan dapat mengakselerasi realisasi anggaran dan mempercepat proyek strategis nasional agar momentum pertumbuhan ekonomi tetap terjaga.

Dengan potensi yang besar pada sektor konsumsi, investasi, dan ekspor, Indonesia memiliki peluang untuk menembus pertumbuhan di atas 5% pada kuartal-kuartal mendatang, asalkan kebijakan ekonomi dijalankan secara tepat dan konsisten.

Fenomena Terkini






Trending