Peresmian Sentra Kelautan dan Perikanan Morotai: Meningkatkan Kedaulatan Pangan Laut dan Ekonomi Daerah

29 April 2025 12:00 WIB
trenggono-resmikan-sentra-kelautan-dan-perikanan-morotai-rp-155-m-1745897505062_169.jpeg

Kuatbaca.com - Pada Senin, 28 April 2025, Menteri Kelautan dan Perikanan (MKP) Sakti Wahyu Trenggono meresmikan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) Morotai yang terletak di Maluku Utara. Pembangunan pusat ini menelan anggaran sebesar Rp 115 miliar dan bertujuan untuk memperkuat perekonomian berbasis kelautan sekaligus mendukung kedaulatan pangan laut Indonesia. Pendirian SKPT ini menjadi bagian dari upaya pemerintah untuk memperbaiki infrastruktur perikanan, terutama di wilayah perbatasan yang memiliki potensi sumber daya laut yang luar biasa.

SKPT Morotai tidak hanya berfungsi sebagai pusat aktivitas perikanan, tetapi juga sebagai simbol pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan bagi wilayah tersebut. Dengan adanya fasilitas yang lengkap dan modern, diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan nelayan serta memperkuat sektor perikanan yang menjadi andalan daerah ini. Sentra ini juga diharapkan dapat menjadi model pengelolaan kelautan yang ramah lingkungan dan berbasis pada prinsip keberlanjutan.

1. Fasilitas Lengkap untuk Mendukung Sektor Perikanan

Sentra Kelautan dan Perikanan Morotai dilengkapi dengan berbagai fasilitas canggih yang mendukung aktivitas perikanan, seperti mesin es serpih (ice flake machine), kantor administrasi, seawall, barak nelayan, mess pegawai, gudang logistik, dan yang terpenting, cold storage dengan kapasitas 200 ton.

Cold storage yang berkapasitas besar ini sangat penting untuk menjaga kualitas ikan, khususnya ikan tuna sirip kuning, yang menjadi komoditas utama di wilayah tersebut. Fasilitas cold storage ini dapat menyimpan ikan dengan suhu hingga minus 60 derajat Celsius, yang memungkinkan ikan tetap segar dan siap diekspor.

Pembangunan SKPT Morotai juga melibatkan hibah dari pemerintah Jepang melalui Japan International Cooperation Agency (JICA), dengan nilai sekitar Rp 115,7 miliar. Selain itu, untuk mendukung kelancaran operasional dan meningkatkan kapasitas produksi, SKPT Morotai akan segera melaksanakan pembangunan lanjutan berupa dermaga dan breakwater.

Diharapkan, dengan tambahan fasilitas tersebut, jumlah kapal yang beroperasi di daerah ini akan meningkat menjadi 175 unit, dengan estimasi produksi mencapai 39.100 ton per tahun. Pembangunan ini juga diprediksi dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 1.320 orang, yang akan memperkuat ekonomi lokal.

2. Potensi Perikanan Morotai: Tuna Sirip Kuning Sebagai Andalan

Morotai, yang terletak di ujung utara Indonesia dan berbatasan langsung dengan kawasan Pasifik, memiliki potensi besar di sektor perikanan. Salah satu komoditas unggulan di wilayah ini adalah ikan tuna sirip kuning, yang menjadi produk ekspor penting. Berdasarkan data terbaru, pada tahun 2024, SKPT Morotai berhasil memproduksi 1.382 ton ikan tuna sirip kuning dengan nilai produksi mencapai Rp 65,83 miliar. Hal ini menunjukkan potensi besar yang dimiliki oleh Morotai dalam menghasilkan ikan tuna berkualitas tinggi.

Keunggulan lain dari SKPT Morotai adalah kemampuan untuk mendukung ekspor ikan tuna sirip kuning ke negara-negara seperti Jepang, Singapura, dan negara-negara lainnya yang memiliki permintaan tinggi terhadap produk perikanan Indonesia. Dengan fasilitas cold storage yang memadai, ikan tuna yang disimpan dalam kondisi terbaik dapat langsung diekspor tanpa khawatir kualitasnya menurun. Hal ini tentunya membuka peluang besar bagi Indonesia untuk meningkatkan ekspor dan memperkuat posisi di pasar internasional.

3. Kerjasama Internasional: Dukungan Jepang untuk Pembangunan Perikanan

Peresmian SKPT Morotai ini juga didukung oleh kerjasama internasional yang erat antara Indonesia dan Jepang. Kepala Perwakilan JICA, Sachiko Tadeka, mengungkapkan bahwa proyek pembangunan pelabuhan perikanan ini merupakan bagian dari dukungan fiskal Jepang untuk pengembangan fasilitas perikanan di pulau-pulau terluar Indonesia. Selain Morotai, proyek serupa juga akan dilakukan di enam pulau terluar lainnya.

JICA berkomitmen untuk membantu Indonesia dalam meningkatkan infrastruktur perikanan yang tidak hanya mendukung kebutuhan dalam negeri tetapi juga memperkuat daya saing ekspor produk perikanan Indonesia. Fasilitas cold storage dan rantai dingin yang tersedia di SKPT Morotai, menurut Tadeka, diharapkan dapat meningkatkan kualitas ikan tuna sirip kuning sehingga dapat diproses menjadi sashimi yang siap diekspor langsung ke Jepang, yang merupakan pasar utama produk tersebut.

4. Harapan Masa Depan dan Keberlanjutan Ekonomi Laut Indonesia

Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono, sangat optimis bahwa pembangunan SKPT Morotai ini akan membawa dampak positif yang besar bagi perekonomian Indonesia, khususnya di sektor perikanan. Dengan fasilitas yang memadai dan sistem yang lebih efisien, Trenggono berharap produksi ikan tuna sirip kuning akan terus meningkat, sehingga dapat memenuhi permintaan pasar ekspor yang semakin besar.

Selain itu, SKPT Morotai diharapkan dapat menjadi contoh bagi pengembangan pelabuhan perikanan di seluruh Indonesia, terutama di wilayah-wilayah perbatasan yang memiliki potensi perikanan luar biasa. Pembangunan berkelanjutan dan pengelolaan yang efisien akan memastikan bahwa sumber daya kelautan Indonesia dapat dimanfaatkan secara optimal dan memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat, baik dari segi ekonomi maupun kedaulatan pangan laut.

Fenomena Terkini






Trending