Perang India–Pakistan Memanas, Ini Dampak Nyatanya Terhadap Ekonomi Indonesia

Kuatbaca.com - Ketegangan militer antara India dan Pakistan yang kembali memanas bukan hanya menimbulkan kekhawatiran geopolitik, tetapi juga berpotensi menimbulkan dampak serius bagi perekonomian global, termasuk ekonomi Indonesia. Konflik bersenjata ini dapat mengganggu rantai pasok, menekan ekspor, memperlemah nilai tukar rupiah, hingga menyulitkan manuver kebijakan moneter dan fiskal nasional.
1. India dan Pakistan, Pasar Ekspor Strategis bagi Indonesia
India saat ini merupakan mitra dagang terbesar keempat Indonesia setelah China, Amerika Serikat, dan Jepang. Negara ini menyerap sekitar 9% dari total ekspor Indonesia, khususnya untuk komoditas utama seperti batu bara, CPO (minyak kelapa sawit), dan produk kimia.
Sementara Pakistan, meski kontribusinya lebih kecil—sekitar 1,9% dari total ekspor—masih menjadi pasar penting, terutama untuk CPO dan batu bara. Perang yang memanas tentu membuat permintaan dari kedua negara bisa turun drastis dalam waktu singkat.
2. Gangguan Rantai Pasok Global, Ancaman Nyata bagi Pertumbuhan
Menurut Deni Friawan, Peneliti Senior CSIS, perang India–Pakistan dapat memperparah kondisi rantai pasokan global yang selama ini sudah terganggu akibat ketegangan perdagangan dan logistik pasca-COVID-19 dan konflik lainnya. Jika rantai distribusi barang terganggu, maka ekspor Indonesia bisa terhambat ke wilayah Asia Selatan dan bahkan ke kawasan lain yang terhubung secara logistik.
3. Dampak Keuangan: Rupiah Tertekan, Modal Asing Kabur
Ketegangan militer juga berdampak ke pasar keuangan global. Deni memperingatkan adanya potensi flight to safety, di mana investor global menarik dananya dari pasar negara berkembang termasuk Indonesia, dan memindahkannya ke instrumen investasi yang lebih aman seperti obligasi AS atau emas.
Akibatnya, Indonesia bisa mengalami capital outflow atau arus keluar modal asing. Ini akan menekan nilai tukar rupiah, memperbesar tekanan terhadap Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas moneter, terutama di tengah situasi utang jatuh tempo yang cukup besar pada 2025.
4. Strategi Diversifikasi Ekspor Asia Selatan Terhambat
Menurut Bhima Yudhistira, Direktur Eksekutif CELIOS, konflik berkepanjangan antara India dan Pakistan juga bisa mengganggu upaya Indonesia melakukan diversifikasi pasar ekspor. Asia Selatan sejatinya menjadi wilayah alternatif yang potensial bagi Indonesia di tengah situasi perang dagang AS–China. Namun, jika kawasan ini dilanda ketidakstabilan, maka upaya tersebut otomatis terhambat.
5. Sektor Komoditas Paling Rentan Terkena Dampak
Komoditas seperti CPO, batu bara, produk kimia dan tekstil, yang selama ini menjadi andalan ekspor Indonesia ke India dan Pakistan, diprediksi akan terdampak paling besar. Jika pelabuhan atau jalur distribusi terganggu, permintaan domestik di kedua negara turun, atau kebijakan perdagangan berubah akibat perang, maka Indonesia akan kehilangan pangsa pasar secara signifikan.
6. Skenario Terburuk: Ekspor Anjlok, Pertumbuhan Ekonomi Tertahan
Jika konflik berlangsung dalam jangka panjang, penurunan ekspor akan berkontribusi pada melambatnya pertumbuhan ekonomi nasional. Mengingat kontribusi ekspor terhadap PDB Indonesia cukup besar, dampak ini bisa terasa pada penurunan devisa negara, melemahnya neraca perdagangan, dan berpotensi memperbesar defisit transaksi berjalan.
7. Butuh Strategi Mitigasi: Diversifikasi Pasar dan Penguatan Domestik
Menghadapi situasi ini, pemerintah Indonesia perlu:
- Mempercepat diversifikasi pasar ekspor ke kawasan yang relatif stabil seperti Timur Tengah, Afrika, dan Asia Tengah.
- Mengoptimalkan pasar dalam negeri untuk menyerap kelebihan pasokan ekspor yang tak terserap akibat konflik.
- Menjaga stabilitas nilai tukar melalui koordinasi BI dan Kemenkeu agar tidak terjadi lonjakan inflasi akibat pelemahan rupiah.
8. Stabilitas Politik Regional Jadi Kunci
Krisis India–Pakistan membuktikan bahwa konflik regional bisa berdampak luas pada ekonomi global. Oleh karena itu, Indonesia sebagai negara dengan pengaruh diplomatik di kawasan perlu ikut mendorong resolusi damai melalui jalur internasional, seperti ASEAN atau PBB, guna menjaga kestabilan ekonomi kawasan.
Konflik Asia Selatan, Ancaman Nyata bagi Ekspor dan Rupiah
Ketegangan India–Pakistan bukanlah konflik yang jauh dari Indonesia. Dengan hubungan dagang yang erat dan keterkaitan dalam sistem keuangan global, perang di Asia Selatan berpotensi menggoyang fondasi ekonomi Indonesia, terutama di sektor ekspor, nilai tukar, dan kepercayaan investor asing.