Penjualan Kendaraan Turun, Indonesia Kehilangan Nilai Ekonomi hingga Rp 10 Triliun

6 May 2025 16:52 WIB
potret-suasana-giias-2024-pameran-otomotif-terbesar-di-dunia-6.jpeg

Kuatbaca.com - Penurunan penjualan kendaraan bermotor di Indonesia tidak hanya berdampak pada sektor otomotif semata. Menurut Menteri Perindustrian RI Agus Gumiwang Kartasasmita, penurunan tersebut membuat nilai ekonomi nasional hilang hingga Rp 10 triliun pada tahun 2024. Angka ini menjadi alarm bagi para pelaku industri serta pemerintah untuk mencari langkah strategis ke depan.

Dampak Domino Penurunan Penjualan Kendaraan di Indonesia

Agus menjelaskan bahwa penurunan sebesar 3,1 persen dalam penjualan kendaraan bermotor tahun lalu menyebabkan terganggunya rantai pasok industri dari hulu ke hilir. Imbasnya, ekosistem otomotif secara keseluruhan mengalami kerugian besar.

"Penurunan ini berdampak langsung terhadap backward maupun forward linkage dalam sektor otomotif. Akibatnya, Indonesia kehilangan potensi nilai ekonomi sekitar Rp 10 triliun," ujar Agus saat menghadiri acara di kawasan SCBD, Jakarta Selatan, Selasa (6/5/2025).

Dari total Rp 10 triliun kerugian tersebut, sekitar Rp 5,4 triliun berasal dari sektor hulu seperti industri karet, logam, hingga komponen elektronik. Sedangkan Rp 4,6 triliun lainnya hilang di sektor hilir, termasuk perdagangan, layanan servis kendaraan, hingga sektor logistik.

Penurunan Penjualan Mobil Capai Hampir 14 Persen

Jika melihat data dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan mobil secara wholesales atau dari pabrik ke dealer sepanjang 2024 hanya mencapai 865.723 unit, turun tajam sebesar 13,9 persen dibandingkan 2023 yang mencatat 1.005.802 unit.

Sementara itu, penjualan ritel (dealer ke konsumen) juga menyusut sebesar 10,9 persen, dari 998.059 unit di 2023 menjadi 889.680 unit di 2024. Meski begitu, penjualan ini masih sedikit lebih baik dari target revisi Gaikindo, yakni 850 ribu unit untuk tahun itu.

Tantangan Ekonomi, Inflasi, dan Opsen Pajak Jadi Faktor?

Banyak pihak menilai berbagai faktor menjadi penyebab melemahnya penjualan kendaraan bermotor di Tanah Air. Mulai dari melemahnya daya beli masyarakat, tingkat suku bunga yang tinggi, inflasi, hingga berlakunya opsen pajak kendaraan bermotor, turut mempengaruhi keengganan masyarakat untuk membeli kendaraan baru.

Menariknya, meski mengalami penurunan, Indonesia masih menjadi pasar otomotif terbesar di kawasan ASEAN. Dengan populasi mencapai 278 juta jiwa, Indonesia mewakili 25% dari populasi ASEAN dan mencatat penjualan mobil tertinggi di kawasan tersebut.

Potensi Masih Besar, Tapi Butuh Stimulus Baru

Agus Gumiwang menekankan bahwa rasio kepemilikan mobil di Indonesia masih tergolong rendah dibandingkan negara-negara maju. Artinya, potensi pertumbuhan pasar otomotif masih sangat besar, namun perlu dukungan berupa kebijakan dan stimulus yang tepat.

“Potensinya masih sangat besar. Yang perlu kita lakukan adalah menjaga daya beli dan menciptakan iklim usaha yang kondusif bagi produsen dan konsumen,” tegasnya.

Pemerintah bersama pelaku industri tengah mempertimbangkan insentif baru untuk menggenjot kembali permintaan, termasuk wacana pemangkasan pajak, relaksasi pembiayaan, dan percepatan transisi ke kendaraan listrik (EV).

Mobil Bekas Jadi Alternatif, Tapi Bukan Solusi Utama

Di sisi lain, tren penjualan mobil bekas mengalami kenaikan signifikan sepanjang 2024. Banyak konsumen beralih ke pasar mobil bekas karena lebih terjangkau. Namun, fenomena ini juga menjadi tantangan bagi penjualan kendaraan baru, terutama bagi produsen otomotif dalam negeri.

Penurunan penjualan kendaraan bukan sekadar isu penurunan konsumsi, tapi menyentuh banyak sektor dan menggerus nilai ekonomi nasional hingga triliunan rupiah. Untuk mengantisipasi tren penurunan lebih lanjut, pemerintah dan pelaku industri harus bersinergi mencari solusi konkret dan mendorong daya beli masyarakat.

Fenomena Terkini






Trending