Pendapatan Petani Indonesia Masih Jadi Tantangan Besar

9 June 2025 14:02 WIB
intip-buruh-tani-tandur-padi-di-kudus-meski-musim-kemarau_169.jpeg

Kuatbaca - Kementerian Pertanian (Kementan) kembali membuka fakta yang cukup mengejutkan tentang kondisi pendapatan petani di Indonesia. Meski sektor pertanian menjadi tumpuan hidup sebagian besar masyarakat, pendapatan rata-rata petani masih tergolong rendah, yaitu sekitar Rp 3,7 juta per bulan. Angka ini dinilai tidak sebanding dengan peran penting petani dalam rantai pasok pangan nasional.

Kepala Pusat Pendidikan Pertanian Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian, Idha Widi Arsanti, mengungkapkan bahwa angka tersebut berasal dari perhitungan total distribusi keuntungan dari produksi padi nasional. Dengan luas lahan mencapai 11 juta hektare dan produksi padi sekitar 30 juta ton, total keuntungan yang dihasilkan dalam satu kali musim tanam bisa mencapai Rp 360 triliun.

Namun dari total keuntungan itu, hanya sekitar Rp 146 triliun yang mengalir ke kantong para petani. Jika angka ini dibagi rata ke sekitar 29 juta petani di Indonesia, maka setiap petani hanya menerima Rp 3,7 juta per bulan. Kondisi ini jelas menunjukkan ketimpangan yang cukup besar jika dibandingkan dengan pendapatan pihak lain dalam rantai produksi pertanian, seperti perusahaan pupuk, pengusaha penggilingan padi, atau lembaga penyimpanan beras.

Ketimpangan Keuntungan di Rantai Pasok Pertanian

Menurut Idha, ketimpangan ini terjadi karena keuntungan produksi tidak sepenuhnya dinikmati petani, melainkan tersebar ke berbagai pelaku usaha lain yang terkait dalam rantai pasok pertanian. Mulai dari perusahaan pupuk, Perum Bulog, hingga para penggilingan padi, semuanya turut mengambil bagian dari keuntungan tersebut.

Situasi ini menimbulkan pertanyaan besar soal keadilan dalam pembagian hasil produksi pertanian. Petani, yang seharusnya menjadi aktor utama dalam menyediakan pangan bagi bangsa, justru mendapat bagian yang relatif kecil dibandingkan pelaku lain yang terlibat.

Program Brigade Pangan: Solusi Inovatif untuk Petani Muda

Menjawab permasalahan tersebut, Kementan sudah menyiapkan berbagai program untuk meningkatkan kesejahteraan petani, terutama menargetkan generasi muda agar mau kembali ke sektor pertanian. Salah satu inisiatif terbaru adalah program Brigade Pangan, yang mengajak anak muda bergabung dan mengelola lahan pertanian secara kolektif.

Dalam program ini, satu kelompok Brigade Pangan terdiri dari sekitar 15 orang yang akan mengelola lahan seluas 200 hektare secara bersama-sama. Dengan model seperti ini, skala usaha menjadi lebih besar dan efisien, memungkinkan hasil pertanian dan keuntungan yang didapat juga meningkat signifikan.

Idha menegaskan bahwa cara bertani tradisional dengan lahan kecil-kecil dan sistem yang kurang efisien membuat pendapatan petani sulit berkembang. Oleh karena itu, mengelola lahan secara kolektif dengan skala yang lebih besar menjadi kunci agar pendapatan petani bisa meningkat secara signifikan.

Modernisasi Pertanian dengan Dukungan Alsintan

Selain mengumpulkan petani muda dalam kelompok besar, Kementan juga memberikan dukungan berupa alat dan mesin pertanian (alsintan). Modernisasi alat ini diharapkan mampu memangkas biaya produksi hingga 50 persen serta menggandakan produktivitas petani.

Dengan penggunaan teknologi dan peralatan yang lebih canggih, pekerjaan di lahan pertanian menjadi lebih efisien, sehingga biaya operasional bisa ditekan dan hasil panen meningkat. Inovasi ini diyakini menjadi salah satu jalan terbaik untuk mendorong petani mendapatkan penghasilan yang lebih layak dan berkelanjutan.

Hasil dari program Brigade Pangan yang sudah berjalan menunjukkan hasil yang menggembirakan. Beberapa petani muda yang tergabung dalam program tersebut dilaporkan sudah mampu mendapatkan penghasilan rata-rata mencapai Rp 10 juta per bulan. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata pendapatan petani yang hanya Rp 3,7 juta per bulan sebelumnya.

Kementan berharap dengan skema ini, pendapatan petani bisa meningkat secara signifikan dan merata. Selain itu, keterlibatan generasi muda dalam bertani diharapkan dapat membawa inovasi baru serta semangat untuk membangun sektor pertanian yang lebih maju dan berkelanjutan di Indonesia.

Transformasi di sektor pertanian yang kini mulai diarahkan kepada modernisasi dan pengelolaan usaha secara kolektif bukan hanya soal peningkatan pendapatan semata. Ini juga merupakan upaya strategis untuk memastikan ketahanan pangan nasional tetap terjaga, sekaligus memberikan masa depan yang lebih cerah bagi para petani.

Peningkatan kesejahteraan petani tentu akan berpengaruh pada peningkatan produktivitas dan kualitas hasil pertanian. Dengan dukungan pemerintah dan semangat petani muda, Indonesia bisa membangun sektor pertanian yang lebih tangguh dan kompetitif di era modern ini.

Fenomena Terkini






Trending