Pemerintah Klaim Produksi Telur dan Ayam Surplus, Tingkatkan Ketahanan Pangan Nasional

10 May 2025 15:19 WIB
peternak-telur-ayam-di-kota-malang-sampaikan-harga-telur-turun-1745914530500_169.jpeg

Kuatbaca - Badan Pangan Nasional (Bapanas) menyatakan bahwa produksi telur dan ayam tahun ini mengalami lonjakan signifikan dibandingkan tahun sebelumnya. Bahkan, surplus produksi tersebut diharapkan dapat mengatasi kebutuhan konsumsi domestik. Pencapaian ini dipandang sebagai hasil dari kerja keras berbagai pihak, khususnya Kementerian Pertanian dalam menjaga ketahanan pangan nasional.

Menurut Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilitas Pangan Bapanas, I Gusti Ketut Astawa, keberhasilan swasembada perunggasan yang melibatkan telur dan daging ayam harus diapresiasi. Angka produksi yang melebihi kebutuhan konsumsi nasional mencerminkan peningkatan yang menggembirakan dalam sektor perunggasan Indonesia.

Data Produksi Telur dan Daging Ayam yang Menggembirakan

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi telur ayam pada 2024 tercatat mencapai 6,34 juta ton, sementara untuk tahun 2025 diperkirakan akan meningkat sekitar 2,78% menjadi 6,52 juta ton. Hal ini melebihi kebutuhan konsumsi nasional yang hanya sekitar 6,22 juta ton. Peningkatan ini menunjukkan optimisme dalam sektor pangan, khususnya dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi masyarakat Indonesia.

Sementara itu, produksi daging ayam ras juga mengalami peningkatan yang signifikan. Pada 2024, produksi daging ayam ras tercatat sebesar 3,83 juta ton. Sedangkan pada 2025, diperkirakan akan meningkat sebesar 10,95% menjadi 4,25 juta ton, yang juga melebihi angka konsumsi yang diperkirakan hanya sebesar 3,87 juta ton.

Menjaga Stabilitas Harga dan Pasokan

Meskipun terdapat surplus produksi telur dan ayam, Bapanas menekankan pentingnya menjaga keseimbangan harga dan stok antara peternak dan konsumen. Untuk itu, Bapanas berencana mengoptimalkan ekosistem pascapanen dan hilir yang akan membantu menjaga kestabilan harga. Langkah-langkah ini dirancang agar keuntungan dari surplus produksi dapat dirasakan oleh seluruh pihak yang terlibat dalam rantai pasokan, baik peternak maupun konsumen.

Bapanas juga mendorong agar surplus telur dan ayam ini dapat dimanfaatkan untuk program-program sosial, seperti program Makan Bergizi Gratis (MBG), yang bertujuan untuk meningkatkan gizi masyarakat sekaligus mengatasi masalah harga yang tidak stabil. Salah satu inisiatif yang diluncurkan adalah kerjasama pasokan telur dan daging ayam dari peternak ke program MBG di Tangerang, yang diharapkan dapat membawa dampak positif bagi peternak lokal.

Harga Telur dan Ayam Alami Penurunan di Peternak

Walaupun produksi yang berlebih berdampak pada penurunan harga di tingkat peternak, pemerintah terus berupaya untuk mengatasi masalah tersebut. Harga telur dan daging ayam sempat mengalami penurunan drastis yang merugikan peternak. Namun, berkat upaya bersama antara Kementerian Pertanian dan para pemangku kepentingan lainnya, harga telur dan ayam kini mulai berangsur membaik.

Agung Suganda, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, menyatakan bahwa meskipun harga telur dan ayam mulai meningkat, harga tersebut masih belum mencapai tingkat normal. Namun, ada harapan bahwa tren perbaikan ini akan terus berlanjut, mengingat harga saat ini sudah jauh lebih baik dibandingkan dengan periode sebelumnya.

Data terbaru dari Panel Harga Pangan Nasional milik Bapanas menunjukkan bahwa harga ayam ras hidup di tingkat pedagang saat ini berada di angka Rp 20.073 per kilogram (kg). Meskipun harga ini masih di bawah harga acuan pembelian (HAP) sebesar Rp 25.000 per kg, angka tersebut menunjukkan adanya perbaikan dibandingkan dengan harga sebelumnya. Begitu pula dengan harga telur ayam yang rata-rata di tingkat peternak berada di angka Rp 24.496 per kg, meskipun masih sedikit di bawah HAP yang tercatat Rp 26.500 per kg.

Di sisi lain, harga daging ayam di tingkat konsumen berada di rata-rata Rp 34.796 per kg, masih sedikit lebih rendah dari HAP yang tercatat Rp 40.000 per kg. Demikian pula dengan harga telur ayam di konsumen yang berada di angka Rp 29.154 per kg, yang juga sedikit lebih rendah dari HAP Rp 30.000 per kg.

Pemerintah menyadari bahwa meskipun surplus produksi telur dan ayam merupakan pencapaian positif, tantangan terbesar tetap terletak pada menjaga keseimbangan harga agar tidak merugikan peternak. Oleh karena itu, langkah-langkah yang terkoordinasi antara peternak, pemerintah, dan pihak swasta sangat penting untuk memastikan harga yang adil dan stabil bagi semua pihak.

Dengan adanya program-program yang memanfaatkan surplus produksi ini, seperti MBG, diharapkan tidak hanya dapat menurunkan tekanan harga, tetapi juga memperbaiki kualitas gizi masyarakat, terutama bagi kalangan kurang mampu. Selain itu, upaya ini juga dapat menjaga keberlangsungan usaha peternakan di Indonesia, yang merupakan salah satu sektor penting dalam ketahanan pangan nasional.

Peningkatan produksi telur dan ayam di Indonesia menunjukkan kemajuan yang signifikan dalam sektor perunggasan. Meskipun harga kedua komoditas ini sempat tertekan akibat surplus, langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah untuk mengelola pasokan dan harga akan membantu mengatasi tantangan tersebut. Dengan sinergi yang baik antara peternak, pemerintah, dan masyarakat, Indonesia diharapkan dapat terus menjaga ketahanan pangan dan menciptakan stabilitas harga yang menguntungkan semua pihak.

Fenomena Terkini






Trending