Pemerintah Indonesia Siapkan Anggaran Rp 249 Triliun untuk Impor Energi dari Amerika Serikat

5 July 2025 10:26 WIB
wakil-menteri-esdm-yuliot-tanjung-1751610997067_169.jpeg

Kuatbaca.com - Pemerintah Indonesia telah menyiapkan anggaran besar senilai US$ 15,5 miliar atau sekitar Rp 249,5 triliun (kurs Rp 16.100) untuk melakukan impor berbagai produk energi dari Amerika Serikat (AS) pada tahun ini. Produk energi yang akan diimpor mencakup Liquefied Petroleum Gas (LPG), minyak mentah (crude oil), serta Liquefied Natural Gas (LNG).

Langkah ini bukan semata untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, namun juga menjadi bagian dari strategi negosiasi Indonesia dengan AS agar bisa menghindari pengenaan tarif impor sebesar 32 persen. Dengan meningkatkan nilai impor, pemerintah berharap dapat memperkuat posisi tawar dalam diskusi perdagangan kedua negara.

1. Lonjakan Signifikan Anggaran Impor Energi ke AS Dibandingkan Tahun Lalu

Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Yuliot Tanjung, mengungkapkan bahwa anggaran impor energi ke Amerika Serikat tahun ini meningkat tajam dibandingkan tahun lalu yang hanya mencapai US$ 4,2 miliar. Kenaikan ini menunjukkan komitmen Indonesia dalam menjaga keseimbangan neraca perdagangan dengan AS sekaligus memenuhi kebutuhan energi domestik.

“Kami menyesuaikan volume impor sebagai bagian dari komitmen perdagangan bilateral antara Indonesia dan Amerika Serikat, sesuai dengan negosiasi yang sedang berlangsung,” jelas Yuliot saat ditemui di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta Pusat, Jumat (4/7/2025).

2. Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Alasan Utama Peningkatan Impor LPG, Minyak, dan LNG

Selain sebagai strategi negosiasi, peningkatan impor energi ini juga didasari oleh kebutuhan domestik yang semakin besar. Yuliot menyampaikan bahwa kebutuhan LPG, minyak mentah, dan LNG dalam negeri terus meningkat sehingga perlu dipenuhi dengan pasokan impor dari AS.

“LPG menjadi salah satu komoditas yang akan kami tingkatkan impor dari Amerika. Begitu juga minyak mentah yang selama ini memang sudah diimpor, namun kini akan dilakukan pencatatan langsung dari sumber AS, tidak lagi melalui negara ketiga,” ujarnya.

Peningkatan volume impor LNG juga menjadi perhatian karena gas alam cair ini semakin banyak digunakan sebagai sumber energi alternatif dan pengganti bahan bakar fosil di berbagai sektor.

3. Impor BBM Masih Dipertimbangkan, Fokus Utama pada Produksi Dalam Negeri

Untuk produk bahan bakar minyak (BBM) seperti bensin dan solar, pemerintah masih melakukan kajian lebih mendalam. Hal ini dikarenakan saat ini Indonesia sedang berupaya meningkatkan kapasitas produksi BBM di dalam negeri, terutama setelah adanya sejumlah proyek perbaikan dan modernisasi kilang minyak.

“Untuk BBM, kami masih melihat perkembangan di dalam negeri. Dengan kemajuan proyek kilang dan upgrade teknologi, kami optimis sebagian besar kebutuhan BBM dapat dipenuhi dari produksi domestik,” ujar Yuliot.

Ini menunjukkan adanya upaya pemerintah untuk mengurangi ketergantungan impor BBM sambil tetap menjaga pasokan energi tetap stabil.

4. Waktu dan Volume Impor Energi AS Menunggu Hasil Negosiasi

Meskipun anggaran besar telah disiapkan, Yuliot mengungkapkan bahwa detail volume impor dan waktu realisasinya masih menunggu hasil final dari negosiasi yang dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian.

“Keputusan mengenai kapan dan berapa besar volume impor energi dari Amerika Serikat akan dilakukan sangat tergantung pada hasil negosiasi,” tambahnya.

Dengan pendekatan ini, pemerintah berharap dapat mencapai kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak serta menjaga stabilitas pasokan energi nasional.

Fenomena Terkini






Trending