Peluang Saham BSI: Masih Kemurahan, Potensi Menuju Rp 4.000?

Kuatbaca.com - Saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) dengan kode emiten BRIS saat ini berada di level Rp 2.720 per lembar pada perdagangan Selasa (22/4/2025). Meski sempat terkoreksi secara tahunan, harga ini justru dinilai masih di bawah potensi sebenarnya oleh para pengamat pasar modal. Menurut pandangan beberapa analis perbankan, harga saham BRIS memiliki peluang kuat untuk bergerak naik ke level Rp 3.000 bahkan hingga Rp 4.000 per lembar dalam waktu dekat.
Moch Amin Nurdin, pengamat perbankan yang mengikuti perkembangan BSI sejak awal merger, menilai harga saat ini belum mencerminkan fundamental dan prospek jangka panjang perusahaan. Ia menyebut bahwa valuasi BRIS masih terlalu rendah jika dibandingkan dengan performa bisnisnya yang terus menunjukkan tren positif, terutama dari lini bisnis baru yang tengah naik daun.
1. Bisnis Bank Emas Jadi Pendorong Kuat Potensi Saham
Salah satu faktor utama yang dinilai bisa mendorong kenaikan harga saham BSI adalah ekspansi mereka dalam layanan bank emas atau bullion bank. Konsep bank emas ini menarik perhatian karena didukung oleh tren harga emas global yang terus meningkat sebagai respon dari ketidakpastian ekonomi dunia. BSI sebagai pelopor bank emas di Indonesia berhasil mencatat pertumbuhan signifikan dalam jumlah penjualan maupun saldo emas yang dikelola.
“Bank emas ini kan sedang lagi heboh dan harga emas juga cenderung naik akhir-akhir ini dan ini juga berpengaruh karena gejolak global. Ini pasti akan membawa dampak yang positif buat harga saham BSI,” ungkap Amin.
2. Lonjakan Penjualan dan Saldo Emas BSI
Dari sisi kinerja, data menunjukkan pertumbuhan luar biasa dalam lini bisnis emas BSI. Sampai 31 Maret 2025, pembelian emas mengalami kenaikan drastis hingga 357% secara tahunan. Jika pada semester I-2024 penjualan emas baru menyentuh angka 48,92 kg, maka di semester I-2025 angkanya melonjak ke 223,76 kg.
Selain itu, saldo emas BSI per Maret 2025 tercatat sebesar 621,12 kg, meningkat 118% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Bahkan jika dikonversikan dalam nominal rupiah, nilai saldo emas BSI tumbuh hingga 237% dengan kenaikan mencapai Rp 793 miliar.
“Kalau kita melihat di sini pertumbuhan saldo emas digital, dari Maret tahun lalu ke Maret tahun ini itu naiknya 237%, Rp 793 miliar kenaikannya,” ujar Plt Direktur Utama BSI, Bob Tyasika Ananta dalam konferensi pers di Kantor Pusat BSI, Jakarta.
3. Koreksi Saham Masih Moderat, Peluang Rebound Terbuka
Meskipun saham BRIS sempat terkoreksi sekitar 3,66% secara year-to-date (YTD), koreksi ini masih tergolong moderat jika dibandingkan dengan penurunan harga saham lain di kelompok Himpunan Bank Milik Negara (Himbara). Hal ini menandakan bahwa investor masih menaruh kepercayaan tinggi terhadap prospek jangka panjang BSI, terutama karena dukungan kuat dari kinerja keuangan dan inovasi bisnis yang terus berkembang.
Dengan pasar yang masih menilai BRIS undervalued dan sentimen positif dari sektor emas, saham ini dinilai memiliki ruang cukup lebar untuk mengalami pemulihan harga.
4. Strategi dan Prospek Investasi Jangka Panjang
Melihat arah pertumbuhan bisnis BSI, terutama dalam diversifikasi produk melalui layanan bank emas dan optimalisasi segmen syariah digital, perusahaan ini memiliki posisi strategis untuk menarik investor jangka panjang. Kinerja kuat dari lini pembiayaan dan penghimpunan dana yang solid, dipadukan dengan inovasi produk, menjadi dasar yang kokoh untuk memacu nilai saham ke depan.
Dengan proyeksi harga yang bisa menyentuh Rp 4.000 per lembar, investor yang masuk pada harga saat ini dinilai memiliki peluang keuntungan yang menjanjikan. Namun, seperti semua instrumen investasi, perlu tetap memperhatikan risiko dan memperbarui informasi secara berkala.