KuatBaca.com - Kondisi ekonomi di Pasar Tanah Abang, salah satu pusat perbelanjaan ikonik di Jakarta, saat ini memprihatinkan. Menurut Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki, ada kemungkinan omzet pedagang di pasar ini mengalami penurunan secara permanen.
1. Produk Lokal Terkikis Dengan Produk Impor Murah
Salah satu faktor utama penurunan omzet adalah daya saing produk lokal yang semakin terkikis oleh produk impor murah. Meski ada beberapa momen, seperti Lebaran dan Idul Adha, di mana pedagang merasakan peningkatan penjualan, namun secara keseluruhan, angka omzet tetap menunjukkan tren negatif.
Selama kunjungan ke Pasar Tanah Abang, Teten mengatakan bahwa berdasarkan diskusinya dengan PD Pasar Jaya, rata-rata penurunan omzet pedagang mencapai lebih dari 50%.
Pada awalnya, Teten menduga bahwa penurunan omzet disebabkan oleh ketidaksiapan pedagang untuk beradaptasi ke era digital. Namun, fakta di lapangan menunjukkan bahwa banyak pedagang di Tanah Abang telah beralih ke penjualan daring (online). Ironisnya, meski sudah bertransformasi, mereka tetap menghadapi kesulitan bersaing dengan produk impor yang harganya jauh lebih murah.
Teten menjelaskan bahwa persoalan ini bukan hanya seputar persaingan offline versus online. Masalah utamanya adalah ketidakmampuan produk lokal bersaing dengan produk impor murah yang dijual secara daring.
2. Regulasi Produk di Platform Digital
Menteri Teten juga menyatakan bahwa pemerintah saat ini tengah mempertimbangkan regulasi lebih lanjut terkait produk-produk yang dijual di platform-platform digital, baik domestik maupun internasional. Hal ini bertujuan untuk memastikan barang-barang yang dijual sesuai dengan standar dan regulasi yang berlaku di Indonesia.
Sebagai tambahan, beberapa pedagang di Pasar Tanah Abang menuturkan bahwa kondisi pasar semakin sepi. Awing, salah seorang pedagang, mengungkapkan bahwa omzetnya telah menurun sekitar 50% sejak pandemi Covid-19 melanda. Hal serupa juga diungkapkan oleh pramuniaga di salah satu kios di lantai tiga pasar, yang mengatakan bahwa hampir tidak ada pembeli yang datang dalam tiga bulan terakhir.
Teten, yang terkejut melihat kondisi sepi pembeli, mengatakan bahwa kualitas produk di toko-toko tersebut sangat bagus. Hal ini dikuatkan oleh pernyataan sang pramuniaga yang mengatakan bahwa walaupun produk mereka bagus, namun pasarannya tetap merosot.
Kondisi saat ini menegaskan bahwa ada urgensi bagi pemerintah untuk segera bertindak. Tanah Abang bukan hanya simbol kebanggaan Jakarta, tetapi juga representasi dari daya saing produk lokal di tengah gempuran produk impor. Adalah tugas pemerintah untuk memastikan bahwa pasar tradisional seperti Tanah Abang tetap bertahan dan terus berkembang di masa depan. (*)