Menghadapi Dampak Perang Dagang AS-China: Peluang dan Tantangan untuk Ekonomi Indonesia

13 April 2025 15:20 WIB
anggota-dpr-ri-sekaligus-dosen-pascasarjana-ilmu-hukum-universitas-borobudur-bambang-soesatyo-bamsoet-memberikan-kuliah-umum-p-1744521999294.jpeg

Kuatbaca.com-Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China telah menciptakan ketegangan yang meluas di pasar global. Sebagai negara dengan perekonomian terbesar di dunia, dampak dari pertikaian dagang ini tentu tidak hanya dirasakan oleh AS dan China, tetapi juga oleh negara-negara lain, termasuk Indonesia. Dalam kesempatan terbaru, Bambang Soesatyo (Bamsoet), anggota DPR RI dan Dosen Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Borobudur, mengungkapkan pandangannya mengenai dampak perang dagang ini terhadap ekonomi Indonesia, sekaligus mengajukan solusi untuk meminimalkan dampak negatifnya dan memanfaatkan peluang yang ada.


1. Dampak Negatif Perang Dagang Terhadap Ekonomi Indonesia

Perang dagang antara AS dan China membawa dampak yang cukup kompleks bagi Indonesia. Salah satu dampaknya adalah penurunan volume ekspor, terutama untuk produk-produk yang selama ini menjadi andalan Indonesia di pasar global. Bamsoet menyoroti bahwa salah satu tantangan terbesar yang dihadapi Indonesia adalah rencana kenaikan tarif impor sebesar 32% terhadap produk Indonesia yang masuk ke AS. Jika kebijakan ini diterapkan, produk-produk Indonesia akan menjadi lebih mahal dan kurang kompetitif di

pasar AS, yang selama ini merupakan salah satu pasar ekspor utama.

Tak hanya itu, Indonesia juga akan merasakan fluktuasi nilai tukar yang semakin tidak stabil, serta penurunan daya saing produk Indonesia di pasar internasional. Hal ini tentu dapat memperburuk posisi Indonesia di pasar global, mengingat persaingan yang semakin ketat di tengah ketidakpastian ekonomi global.


2. Strategi untuk Meminimalkan Dampak dan Memanfaatkan Peluang

Meskipun dampak negatif dari perang dagang ini tidak bisa dihindari, Bamsoet menyebutkan bahwa Indonesia masih memiliki banyak peluang untuk bangkit dan meraih keuntungan. Salah satu langkah penting yang bisa diambil adalah dengan diversifikasi pasar ekspor. Indonesia tidak boleh bergantung hanya pada satu pasar utama, seperti AS, tetapi harus memperluas hubungan dagang dengan negara-negara lain di ASEAN, Timur Tengah, Afrika, serta Eropa dan negara-negara BRICS.

Dengan memperluas pasar ekspor, Indonesia dapat mengurangi risiko yang ditimbulkan oleh fluktuasi hubungan perdagangan dengan AS dan China. Selain itu, peningkatan daya saing produk Indonesia melalui inovasi dan reformasi regulasi juga menjadi hal yang sangat penting. Bamsoet menekankan pentingnya investasi dalam riset dan pengembangan (R&D) untuk menciptakan produk yang lebih berkualitas dan kompetitif, sehingga bisa bersaing di pasar global.


3. Memanfaatkan Perubahan Aliran Perdagangan Global

Perang dagang antara AS dan China juga membawa dampak pada perubahan aliran perdagangan global. Banyak perusahaan di AS yang berusaha mencari alternatif untuk menghindari tarif yang lebih tinggi terhadap barang-barang yang berasal dari China. Ini membuka peluang besar bagi Indonesia untuk mengisi kekosongan yang ditinggalkan China di pasar global.

Indonesia, yang kaya akan sumber daya alam, memiliki potensi untuk menjadi pemasok utama bagi berbagai produk yang dibutuhkan AS. Produk-produk seperti barang pertanian, perkebunan, dan barang konsumsi lainnya bisa menjadi alternatif yang menarik bagi perusahaan-perusahaan AS yang ingin mengurangi ketergantungan mereka pada produk China. Di samping itu, Indonesia juga bisa menarik investasi asing yang sebelumnya berfokus pada China, terutama di sektor manufaktur.


4. Diplomasi Ekonomi: Kunci untuk Menghadapi Krisis Global

Selain langkah-langkah strategis dalam meningkatkan daya saing dan diversifikasi pasar, Bamsoet juga menekankan pentingnya diplomasi ekonomi yang cerdas. Pemerintah Indonesia harus memanfaatkan masa penundaan kenaikan tarif impor yang diberikan oleh AS selama 90 hari untuk mengoptimalkan negosiasi melalui saluran diplomasi. Salah satu cara yang bisa ditempuh adalah dengan merundingkan penyesuaian tarif atau bahkan kompensasi dalam bentuk peningkatan impor produk AS ke Indonesia.

Selain itu, memperkuat hubungan diplomatik dengan negara-negara ASEAN dan G20 juga dapat meningkatkan posisi tawar Indonesia di pasar global. Bamsoet juga menyoroti pentingnya kerja sama internasional untuk menyuarakan kepentingan bersama, guna menciptakan lingkungan perdagangan yang lebih stabil dan saling menguntungkan bagi semua pihak.

Perang dagang antara AS dan China memang membawa tantangan besar bagi ekonomi Indonesia, namun dengan strategi yang tepat, Indonesia bisa meminimalkan dampak negatif dan bahkan meraih keuntungan. Diversifikasi pasar ekspor, inovasi produk, serta diplomasi ekonomi yang cerdas adalah langkah-langkah yang bisa diambil untuk memperkuat posisi Indonesia di pasar global. Dengan pendekatan yang proaktif dan strategis, Indonesia memiliki peluang besar untuk bertahan dan tumbuh dalam iklim perdagangan global yang semakin kompleks.

Fenomena Terkini






Trending