Masih Ada 780 Ribu Rumah Tangga di Indonesia yang Belum Teraliri Listrik

Kuatbaca.com - Meskipun Indonesia telah merdeka selama lebih dari 80 tahun, kenyataan bahwa masih ada sekitar 780 ribu rumah tangga yang belum memiliki akses listrik menjadi perhatian serius pemerintah. Hal ini disampaikan oleh Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Jisman Hutajulu, dalam sebuah acara penting di Jakarta baru-baru ini. Data tersebut menunjukkan bahwa tantangan besar masih ada dalam upaya pemerataan akses energi listrik di seluruh penjuru nusantara.
1. Fokus Pemerintah untuk Menyediakan Listrik Bagi Wilayah Terpencil
Pemerintah menegaskan bahwa penyediaan listrik bagi rumah tangga yang belum tersambung menjadi prioritas utama ke depan. Namun, untuk mewujudkan hal ini, pemerintah harus menyiapkan anggaran yang tidak sedikit. Saat ini, terdapat roadmap yang telah dirancang dengan perkiraan biaya sekitar Rp 50 triliun untuk menjangkau dan melistriki rumah-rumah yang belum terlayani. Ini bukan sekadar angka, melainkan komitmen nyata untuk memastikan setiap warga negara bisa menikmati layanan listrik yang andal dan berkelanjutan.
2. Tantangan di Daerah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar (3T)
Salah satu hambatan utama adalah kondisi geografis dan sosial ekonomi di daerah-daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar). Tercatat ada sekitar 5.700 desa yang belum terlayani oleh PT PLN (Persero), perusahaan listrik negara yang menjadi tulang punggung distribusi listrik nasional. Desa-desa tersebut seringkali sulit dijangkau dan membutuhkan solusi khusus yang tidak hanya terpaku pada pembangunan infrastruktur, tetapi juga pengelolaan yang mampu menjaga kontinuitas pasokan listrik.
3. Peran PLN dan Pentingnya Subsidi Listrik untuk Masyarakat Kurang Mampu
Dalam upaya memperluas jangkauan listrik, peran PLN sangat vital. Selama ini, program mandiri dari berbagai pihak yang mencoba menjangkau desa terpencil seringkali hanya bersifat sementara dan tidak berkelanjutan. PLN hadir sebagai solusi yang mampu memberikan layanan listrik yang lebih stabil dan dapat dipertanggungjawabkan dalam jangka panjang. Selain itu, subsidi listrik juga menjadi aspek penting agar masyarakat kurang mampu dapat menikmati listrik dengan harga terjangkau. Sayangnya, subsidi ini baru diberikan kepada rumah tangga yang sudah teraliri listrik, sehingga mereka yang belum tersambung belum merasakan manfaatnya.
Jisman menekankan bahwa tantangan terbesar bukan hanya soal memasang instalasi listrik, tetapi bagaimana menjaga agar listrik terus mengalir dan tidak kembali padam. Ia mengibaratkan kondisi ini seperti pepatah "habis terang terbitlah gelap," yang tentu harus diubah menjadi "habis gelap terbitlah terang." Pemerintah dan PLN harus bekerja sama memastikan bahwa setiap program listrik berjalan dengan baik dan memberikan manfaat yang berkelanjutan bagi masyarakat. Dengan tekad dan strategi yang matang, harapan untuk menghapus "kegelapan" dari rumah-rumah di pelosok negeri akan semakin nyata.
Upaya pemerintah dalam memperluas akses listrik merupakan langkah krusial bagi kemajuan sosial dan ekonomi bangsa. Dengan listrik yang merata, aktivitas pendidikan, kesehatan, dan produktivitas masyarakat di daerah terpencil dapat meningkat secara signifikan. Semoga target Indonesia menjadi negara dengan akses listrik menyeluruh dapat segera terwujud dalam waktu dekat.