Lippo Karawaci Catat Laba Bersih Rp 169 Miliar di Awal 2025, Ini Strategi di Baliknya

Kuatbaca.com - PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) membuka tahun 2025 dengan kinerja keuangan yang impresif. Pada kuartal I 2025, emiten properti dan layanan kesehatan ini sukses mencatatkan laba bersih sebesar Rp 169 miliar, berbanding terbalik dari kerugian Rp 179 miliar di periode yang sama tahun sebelumnya. Pencapaian ini menjadi sinyal positif bagi investor dan pasar akan kemampuan perseroan dalam menjalankan strategi pemulihan dan efisiensi.
1. Kinerja Operasional Menguat, EBITDA Sentuh Rp 375 Miliar
Sepanjang kuartal pertama 2025, EBITDA LPKR tercatat mencapai Rp 375 miliar, mencerminkan penguatan dari segi operasional. Sementara itu, posisi likuiditas tetap sehat dengan saldo kas sebesar Rp 2,77 triliun, meningkat dari Rp 2,62 triliun tahun lalu. Ini menunjukkan perusahaan mampu menjaga arus kas di tengah tantangan ekonomi dan perubahan pasar properti.
2. Efisiensi Biaya Bunga Jadi Kunci Peningkatan Laba
Salah satu penyebab utama pertumbuhan laba bersih adalah penurunan signifikan pada biaya bunga, yang tercatat turun hingga 71% YoY menjadi Rp 93 miliar. Keberhasilan ini tak lepas dari pelunasan obligasi senilai Rp 1,04 triliun dan pinjaman bank sebesar Rp 740 miliar, yang secara langsung memperkuat struktur permodalan perusahaan dan menurunkan beban keuangan.
3. Segmen Properti Menyumbang Rp 1,26 Triliun Pra-Penjualan
Dalam tiga bulan pertama 2025, pra-penjualan properti Lippo Karawaci mencapai Rp 1,26 triliun, atau sekitar 20% dari target tahunan. Produk hunian tapak yang terjangkau masih mendominasi, menyumbang 80% dari total angka penjualan. Ini menegaskan bahwa permintaan terhadap hunian terjangkau tetap tinggi di pasar Indonesia.
4. Proyek Unggulan Dapat Respons Positif
Beberapa proyek yang menjadi andalan perusahaan seperti Cendana Homes, XYZ Livin, dan Waterfront Uptown menunjukkan performa yang menjanjikan. Fase baru proyek seperti Park Serpong Fase 4 dan Seri Blackslate di Makassar mencatat tingkat penerapan tinggi, yakni 96% dan 88%.
Di segmen properti lainnya, penjualan residensial Lippo Karawaci (Holdco) menyumbang Rp 792 miliar, unit komersial Rp 71 miliar, apartemen bertingkat Rp 28 miliar, tanah kavling Rp 18 miliar, serta lahan pemakaman di San Diego Hills sebesar Rp 31 miliar.
5. Kinerja Anak Usaha Lippo Cikarang Juga Tumbuh
Anak usaha LPKR, PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK), mencatatkan pra-penjualan sebesar Rp 323 miliar. Menariknya, rumah tapak dan ruko mendominasi angka tersebut dengan kontribusi lebih dari 96%, menunjukkan keberhasilan strategi fokus pada properti residensial terjangkau.
6. Segmen Gaya Hidup Juga Berkontribusi Positif
Selain dari properti, segmen gaya hidup juga memberikan kontribusi signifikan dengan pendapatan Rp 322 miliar, naik 13% YoY. Laba kotor tumbuh 34% menjadi Rp 239 miliar, sementara EBITDA dari segmen ini melonjak 59% ke angka Rp 106 miliar.
7. Komitmen Terhadap Pertumbuhan Berkelanjutan
CEO Lippo Indonesia, John Riadi, menegaskan bahwa hasil positif ini merupakan buah dari strategi yang fokus pada penyediaan hunian terjangkau dan disiplin finansial.
“Strategi kami dalam menyediakan hunian berkualitas bagi masyarakat berpenghasilan menengah terbukti efektif. Upaya pengurangan utang juga mulai membuahkan hasil dengan penurunan biaya bunga,” ujar John dalam keterangan resminya.
Ia juga menambahkan bahwa LPKR berkomitmen untuk memperluas akses hunian layak di Indonesia sekaligus menjaga keberlanjutan bagi seluruh pemangku kepentingan.
Kinerja kuartal I 2025 menjadi pembuktian bahwa Lippo Karawaci tidak hanya pulih dari kerugian sebelumnya, tetapi juga semakin agresif dalam menata ulang portofolio bisnisnya. Dengan fokus pada hunian terjangkau, pengurangan utang, dan efisiensi biaya, LPKR menunjukkan bahwa mereka siap menghadapi tantangan ekonomi tahun ini sekaligus memperkuat posisi sebagai pemain utama di industri properti Indonesia.