Kondisi Pasar Jatinegara: Pasar Tertua Jakarta yang Kini Sepi Pengunjung

6 January 2025 16:17 WIB
pasar-mester-2_43.jpeg

Kuatbaca - Pasar Jatinegara, yang juga dikenal dengan nama Pasar Mester, adalah salah satu pasar tertua yang ada di Jakarta. Sebagai pusat niaga yang telah berdiri sejak lama, pasar ini memiliki nilai sejarah yang tinggi. Namun, meskipun sejarah panjangnya, kini Pasar Jatinegara terlihat sepi pembeli, bahkan kondisi pasar ini terbilang sangat berbeda dibandingkan dengan masa kejayaannya.

Pasar Jatinegara terletak di kawasan Jakarta Timur, tepatnya di Jalan Mataram Raya, yang berseberangan dengan pasar hewan dan mal Cityplaza Jatinegara. Saat memasuki area pasar, pengunjung akan disuguhkan dengan berbagai macam toko pribadi dan pedagang kaki lima yang memenuhi sisi kanan dan kiri jalan. Mereka menawarkan berbagai barang kebutuhan rumah tangga, perlengkapan bayi, hingga alas kaki. Namun, suasana di sekitar pasar tampak kurang ramai, terutama jika dibandingkan dengan keramaian pasar-pasar lain di Jakarta.

Bangunan Pasar yang Terbagi Beberapa Lantai

Bangunan utama Pasar Jatinegara yang dikelola oleh PD Pasar Jaya terdiri dari beberapa lantai dengan dominasi warna oranye dan sentuhan warna hijau, putih, dan biru pada bagian bangunan. Lantai semi-basement menjadi area untuk los basah yang menjual bahan-bahan pokok seperti sayur-mayur, ikan, dan daging. Di sisi lain lantai ini, terdapat toko-toko yang lebih fokus menjual produk aksesoris, seperti ikat pinggang dan tas.

Pada lantai dasar pasar, sebagian besar toko menjual berbagai jenis pakaian dan kebutuhan fashion lainnya. Lantai pertama juga didominasi oleh produk tekstil, dengan toko-toko yang menawarkan berbagai pilihan pakaian untuk pengunjung. Sementara itu, lantai kedua lebih banyak menyediakan toko sepatu dan alas kaki. Di lantai tiga, pasar ini memiliki sejumlah toko yang menyediakan jasa jahit.

Namun, meskipun bangunan pasar ini masih tetap bertahan dengan berbagai toko yang beroperasi, kondisi pasar terlihat sangat sepi. Pada pagi hari, tepatnya sekitar pukul 10.30 WIB, hanya terlihat sedikit pengunjung yang berjalan-jalan di sekitar pasar. Sebagian besar yang ada adalah pegawai toko dan kuli angkut yang memenuhi kawasan tersebut, yang memberikan kesan bahwa pasar ini tidak lagi menjadi pilihan utama bagi masyarakat Jakarta dalam berbelanja.

Sejarah Panjang Pasar Jatinegara

Pasar Jatinegara memiliki sejarah panjang yang menarik, yang dimulai sejak abad ke-17. Dikenal sebelumnya dengan nama "Meester Passer", pasar ini pertama kali dikembangkan oleh seorang guru agama Kristen keturunan Portugis, Meester Cornelis Senen, pada tahun 1661. Dia membeli sebidang tanah di dekat aliran Kali Ciliwung dan mengubah area tersebut menjadi pusat perdagangan. Seiring berjalannya waktu, nama "Meester" pun mengalami perubahan pelafalan menjadi "Mester", yang lebih mudah diucapkan oleh masyarakat sekitar.

Setelah Indonesia merdeka, dan seiring berjalannya waktu, nama Mester berubah menjadi Jatinegara yang berarti 'Negara Sejati'. Pasar ini pun terus berkembang menjadi pusat niaga yang cukup penting di Jakarta pada masanya. Namun, seiring dengan perkembangan kota dan perubahan pola belanja masyarakat, Pasar Jatinegara mulai kehilangan daya tariknya.

Sepinya Pengunjung dan Penyebabnya

Keadaan sepi pengunjung yang terlihat di Pasar Jatinegara bukan tanpa alasan. Salah satu faktor utama adalah perubahan pola belanja masyarakat Jakarta yang lebih memilih pusat perbelanjaan modern seperti mal-mal besar yang menawarkan pengalaman belanja yang lebih nyaman dan lengkap. Pasar tradisional seperti Jatinegara yang lebih mengandalkan sistem transaksi langsung dan kurang nyaman, semakin ditinggalkan pengunjung.

Selain itu, faktor kebersihan dan kenyamanan juga menjadi perhatian utama bagi banyak pembeli. Pasar Jatinegara yang lebih tua dengan bangunan yang sudah mulai usang, seakan kurang menarik bagi masyarakat modern yang menginginkan lingkungan yang bersih dan rapi. Kehadiran toko-toko yang tutup, terutama di lantai-lantai atas, semakin menambah kesan sepi dan kurang bergairah.

Meskipun demikian, Pasar Jatinegara tetap memiliki potensi untuk kembali bangkit. Salah satu cara untuk menarik minat pengunjung adalah dengan memperbaiki fasilitas yang ada, memberikan kenyamanan lebih bagi pengunjung, serta meningkatkan kualitas produk yang dijual di pasar. Selain itu, revitalisasi pasar dengan menggabungkan elemen-elemen modern tanpa menghilangkan keaslian pasar tradisional bisa menjadi langkah yang tepat untuk menarik minat kembali masyarakat.

Meskipun Pasar Jatinegara kini mengalami penurunan pengunjung, pasar ini tetap memiliki potensi besar sebagai pusat niaga yang kaya akan sejarah. Sebagai salah satu pasar tertua di Jakarta, keberadaannya merupakan bagian dari identitas dan warisan budaya kota ini. Diperlukan upaya yang lebih serius dari pihak pemerintah dan pengelola pasar untuk mengembalikan kejayaan Pasar Jatinegara, baik melalui revitalisasi bangunan maupun peningkatan kualitas pelayanan.

Dengan langkah-langkah yang tepat, Pasar Jatinegara dapat kembali menjadi salah satu tujuan belanja yang menarik bagi warga Jakarta, sekaligus tetap mempertahankan nilai sejarah dan tradisi yang dimilikinya. Dengan demikian, Pasar Jatinegara akan terus menjadi simbol kebudayaan Jakarta, meskipun tantangan zaman terus berubah.

Fenomena Terkini






Trending