Kemendag Ungkap Penyebab Runtuhnya Bisnis Ritel: Perubahan Perilaku Belanja Jadi Faktor Kunci

17 April 2025 09:30 WIB
5226d0e1-8b22-4b8d-9258-4f0aca69f353_169.jpg

Kementerian Perdagangan (Kemendag) menanggapi fenomena penutupan sejumlah toko ritel di Indonesia. Menurut Kemendag, perubahan pola belanja masyarakat menjadi salah satu faktor utama yang memengaruhi kelangsungan bisnis ritel di tanah air.

Hal ini disampaikan oleh Direktur Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag, Septo Soepriyatno, dalam konferensi pers Franchise, License, and Business Concept Expo & Conference (IFRA) yang digelar di kawasan Pakubuwono, Jakarta Selatan, pada Rabu (16/4).

Perubahan Gaya Belanja Masyarakat

Septo menjelaskan bahwa dalam lima tahun terakhir, kebiasaan belanja masyarakat mengalami pergeseran signifikan. Bila dulu masyarakat terbiasa berbelanja dalam jumlah besar untuk kebutuhan bulanan, kini tren tersebut bergeser ke belanja harian yang lebih praktis dan sesuai kebutuhan.

“Tren lima tahun terakhir menunjukkan bahwa masyarakat tidak lagi berbelanja bulanan seperti dulu. Saat ini, mereka lebih memilih untuk belanja harian, menyesuaikan dengan kebutuhan,” ungkap Septo.

Transformasi Konsep Pusat Perbelanjaan

Dalam upaya memahami tantangan ini, Kemendag telah berdiskusi dengan berbagai asosiasi terkait, seperti Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo), dan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo).

Dari diskusi tersebut, Septo menekankan bahwa konsep pusat perbelanjaan saat ini harus bertransformasi. Tidak cukup hanya menjadi tempat untuk berbelanja, pusat perbelanjaan juga harus mampu menghadirkan nilai tambah sebagai pusat gaya hidup dan interaksi sosial.

“Kita harus membayangkan mal sebagai tempat untuk lebih dari sekadar belanja. Harus ada pengalaman, interaksi sosial, gaya hidup—mal menjadi destinasi yang menawarkan experience,” tambahnya.

Tantangan Bagi Pengelola Pusat Belanja

Dengan kondisi ini, tantangan besar kini ada di tangan para pengelola pusat perbelanjaan. Mereka dituntut untuk lebih kreatif dalam menarik pengunjung dan menciptakan atmosfer yang relevan dengan kebutuhan serta ekspektasi masyarakat masa kini.

“Kita perlu memikirkan ulang bagaimana pusat perbelanjaan dapat dihidupkan kembali sebagai ruang publik yang menarik, tidak semata-mata tempat bertransaksi,” ujar Septo.

Ritel Besar Berguguran

Sejumlah ritel besar memang telah menghentikan operasional sejumlah gerainya dalam beberapa tahun terakhir. Berdasarkan catatan redaksi, beberapa di antaranya termasuk Matahari, Giant, dan terbaru, Lulu Hypermarket.

Fenomena ini menjadi sinyal bahwa industri ritel Indonesia sedang mengalami titik balik dan membutuhkan adaptasi besar-besaran untuk bisa bertahan di tengah perubahan lanskap konsumen yang dinamis.

kemendag
apindo
appbi
bisnis ritel

Fenomena Terkini






Trending