Inflasi Indonesia pada April 2025: Kenaikan Tarif Listrik dan Harga Emas Penyebab Utama

Kuatbaca.com - Inflasi Indonesia pada bulan April 2025 tercatat sebesar 1,17% secara bulanan (month-to-month), menunjukkan adanya kenaikan harga barang dan jasa di sejumlah sektor. Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan bahwa inflasi kali ini dipengaruhi oleh sejumlah komoditas yang mengalami lonjakan harga, terutama tarif listrik dan harga emas perhiasan. Meskipun demikian, terdapat beberapa komoditas pangan yang mengalami penurunan harga, yang membantu menyeimbangkan laju inflasi tersebut.
1. Kenaikan Tarif Listrik Dominasi Inflasi
Salah satu faktor utama yang mendorong inflasi di Indonesia pada April 2025 adalah kenaikan tarif listrik. Menurut BPS, tarif listrik memberi kontribusi signifikan terhadap inflasi dalam kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga. Kenaikan tarif listrik ini mencatatkan kontribusi inflasi sebesar 0,97%, yang menjadi penyumbang terbesar dalam komponen inflasi tersebut. Kenaikan biaya listrik ini juga memengaruhi banyak sektor, terutama rumah tangga dan usaha kecil yang sangat bergantung pada konsumsi energi listrik.
2. Emas Perhiasan Berikan Andil Inflasi
Selain tarif listrik, harga emas perhiasan juga berperan besar dalam inflasi bulan ini. BPS mencatatkan bahwa harga emas perhiasan memberikan andil inflasi sebesar 0,16%. Kenaikan harga emas sering kali menjadi indikator ketidakstabilan ekonomi global dan domestik, yang mendorong masyarakat untuk berinvestasi dalam bentuk logam mulia. Meskipun emas perhiasan bukan komoditas yang dikonsumsi sehari-hari, lonjakan harganya tetap memiliki dampak signifikan terhadap inflasi.
3. Beberapa Komoditas Pangan Mengalami Deflasi
Namun, tidak semua komoditas mengalami kenaikan harga. Beberapa komoditas pangan, seperti cabai rawit dan daging ayam ras, justru mengalami deflasi atau penurunan harga. BPS mencatat bahwa cabai rawit mengalami deflasi sebesar 0,08%, diikuti oleh daging ayam ras dengan deflasi 0,06%, dan telur ayam ras yang juga turun harganya sebesar 0,04%. Penurunan harga komoditas pangan ini sedikit banyak membantu mengurangi laju inflasi di bulan April.
4. Inflasi Tertinggi Pada Komponen Harga yang Diatur Pemerintah
Komponen harga yang diatur oleh pemerintah juga turut memberikan dampak signifikan terhadap inflasi bulan ini. Kenaikan harga pada komponen ini tercatat sebesar 5,21%, yang memberikan kontribusi inflasi sebesar 0,98%. Komoditas yang mendominasi kenaikan harga pada kelompok ini adalah tarif listrik, tarif angkutan udara, dan tarif kereta api. Tarif angkutan udara dan kereta api sering kali dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah terkait dengan biaya operasional dan subsidi yang diberikan kepada penyedia layanan.
5. Komponen Inti dan Komponen Harga Bergejolak
Selain komponen yang diatur pemerintah, inflasi juga dipengaruhi oleh komponen inti dan komponen harga bergejolak. Komponen inti, yang mencakup harga barang dan jasa yang tidak terpengaruh oleh kebijakan pemerintah, mencatatkan inflasi sebesar 0,31%. Inflasi pada komponen inti ini memberikan andil inflasi sebesar 0,20%, yang dipengaruhi oleh kenaikan harga emas perhiasan dan mobil. Di sisi lain, komponen harga bergejolak mengalami deflasi sebesar 0,04%, yang memberikan kontribusi deflasi sebesar 0,01%. Penurunan harga pada komoditas seperti cabai rawit, daging ayam ras, telur ayam ras, wortel, dan jagung manis membantu menurunkan laju inflasi pada sektor ini.
6. Pandangan BPS tentang Inflasi April 2025
Menurut Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, meskipun inflasi bulanan pada April 2025 sedikit lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya, kenaikan harga di sektor perumahan, listrik, dan bahan bakar rumah tangga tetap menjadi faktor utama yang mendorong inflasi bulan ini. Pudji juga menambahkan bahwa meskipun beberapa komoditas mengalami deflasi, sektor-sektor tertentu yang mengatur harga seperti tarif listrik dan emas perhiasan tetap memengaruhi inflasi secara signifikan.
“Inflasi bulanan pada April 2025 dipengaruhi oleh beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga, tetapi deflasi pada beberapa komoditas pangan sedikit banyak membantu menyeimbangkan laju inflasi,” ungkap Pudji di Kantor BPS, Jakarta Pusat.