Industri Indonesia Terancam! Serbuan Produk China Bikin Sektor Dalam Negeri Kian Terpuruk

Kuatbaca.com - Gejolak global akibat perang dagang antara Amerika Serikat dan China berdampak serius pada perekonomian Indonesia. Produk-produk asal Tiongkok kini membanjiri pasar Tanah Air dan menimbulkan tekanan besar bagi industri dalam negeri yang sedang berjuang mempertahankan daya saing. Pemerintah diminta segera bertindak sebelum industri nasional kehilangan momentum dan tergilas oleh arus impor.
1. Perang Dagang AS-China Buka Celah Ekspor Baru ke Indonesia
Setelah Presiden AS mengumumkan kenaikan tarif impor terhadap sejumlah produk dari China, Negeri Tirai Bambu mulai kehilangan akses pasar besar mereka. Sebagai strategi, banyak barang-barang yang semula ditujukan ke AS kini dialihkan ke pasar negara lain, termasuk Indonesia. Akibatnya, pasar dalam negeri pun dibanjiri oleh produk China dalam berbagai sektor.
Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza menyatakan bahwa tanpa regulasi protektif yang memadai, Indonesia menjadi korban dari fenomena trade diversion ini. Barang-barang dari China yang kehilangan pasar ekspor kini mencari "rumah baru" di Indonesia, dan membuat produk dalam negeri semakin sulit bersaing, baik dari segi harga maupun volume.
2. PMI Manufaktur Jeblok, Permintaan Ekspor Turun Drastis
Dampak dari masuknya produk asing dan lesunya pasar global tercermin dalam Purchasing Manager’s Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang merosot ke angka 46,9 pada Juni 2025. Angka ini menunjukkan bahwa sektor manufaktur sedang dalam fase kontraksi, dengan permintaan baru yang stagnan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
Faktor penyebabnya antara lain ketidakpastian kebijakan perdagangan global, pelemahan ekonomi mitra dagang, dan kelebihan pasokan dari negara-negara besar seperti China. Jika kondisi ini terus berlanjut, dikhawatirkan akan berdampak langsung terhadap tenaga kerja di sektor industri, termasuk potensi meningkatnya gelombang PHK massal.
3. Tekanan Terbesar Menimpa Industri Padat Karya
Sejumlah sektor industri disebut berada dalam kondisi paling rentan. Di antaranya adalah industri tekstil, elektronik rumah tangga, komponen otomotif, serta sektor padat karya lainnya yang sangat bergantung pada permintaan ekspor. Dengan membanjirnya barang impor dan melemahnya pasar ekspor, kelangsungan operasional pabrik-pabrik pun terancam.
Tak hanya berdampak pada produktivitas, situasi ini juga memicu kekhawatiran mengenai kelangsungan lapangan kerja di sektor-sektor tersebut. Jika tidak ada intervensi kebijakan segera dari pemerintah, maka efek domino berupa penutupan usaha dan meningkatnya pengangguran akan sulit dihindari.
4. Impor Produk Agro China Melejit, Industri Lokal Terdesak
Salah satu sorotan utama dalam lonjakan impor adalah sektor produk agro dari China. Data pemerintah menunjukkan bahwa impor produk agro meningkat 30% atau setara US$ 477 ribu (Rp 7,72 miliar) pada periode terbaru. Padahal di saat bersamaan, ekspor produk agro China ke AS justru menurun drastis sebesar US$ 1,17 miliar (Rp 18,95 triliun).
Kondisi ini menunjukkan bahwa Indonesia kini menjadi target utama pasar pengganti bagi China. Pemerintah pun harus mencermati struktur impor nasional agar tidak justru mematikan potensi sektor pertanian dan agroindustri dalam negeri yang seharusnya bisa tumbuh lebih kompetitif.
5. Daftar Komoditas China yang Impornya Meningkat ke RI
Berikut adalah beberapa kategori produk asal China yang mengalami peningkatan tajam dalam impor ke Indonesia:
- HS 03: Ikan dan krustasea → naik lebih dari 100%
- HS 18: Produk kakao dan olahannya → naik lebih dari 100%
- HS 09: Kopi, teh, dan rempah-rempah → naik 53,42%
- HS 48: Kertas dan karton → naik 28,52%
- HS 19: Sereal, tepung, susu, dan pastry → naik 24,91%
- HS 44: Produk kayu dan arang kayu → naik 22,46%
- HS 23: Limbah makanan & pakan ternak → naik 11,17%
Data ini jadi sinyal keras bagi pemerintah untuk segera mengambil langkah. Jika tidak ada pembatasan impor strategis dan penguatan terhadap sektor produksi lokal, maka Indonesia akan semakin terjebak dalam ketergantungan produk luar negeri.
6. Ketergantungan Impor Baja dan Aluminium Jadi Masalah Struktural
Selain sektor agro, pemerintah juga menyoroti ketergantungan tinggi terhadap baja dan aluminium dari China. Di tengah ketidakpastian global, ketergantungan ini bisa berubah menjadi masalah struktural jangka panjang jika tidak segera diatasi. Indonesia membutuhkan strategi substitusi impor melalui peningkatan kapasitas produksi dalam negeri dan inovasi teknologi industri.
Wamenperin mendorong adanya perumusan kebijakan nasional yang bisa memperkuat daya saing industri lokal, termasuk pemberian insentif, perlindungan tarif, serta pembatasan impor komoditas tertentu demi menjaga keseimbangan pasar domestik.
Industri Nasional Butuh Proteksi, Bukan Kompetisi Asimetris
Kondisi saat ini memperlihatkan bahwa Indonesia berada di persimpangan penting. Tanpa perlindungan dan kebijakan pro-industri, produk lokal akan terus tergerus dan kehilangan daya saing. Serbuan produk China bukan hanya ancaman jangka pendek, tetapi juga tantangan struktural bagi masa depan industri nasional. Pemerintah dituntut untuk segera bertindak dengan kebijakan yang berimbang dan berpihak pada kepentingan industri dalam negeri.