Indonesia Tetap Netral di Tengah Tegangnya Perang Dagang AS-China

21 April 2025 15:54 WIB
direktur-jenderal-perundingan-perdagangan-internasional-kementerian-perdagangan-ri-djatmiko-bris-witjaksono-1745221105736_169.jpeg

Kuatbaca - Di tengah meningkatnya ketegangan perdagangan global antara Amerika Serikat dan China, Indonesia memilih jalur diplomasi dan keseimbangan. Ketegangan ini mencuat kembali setelah China melayangkan peringatan keras kepada negara-negara yang tengah melakukan negosiasi tarif dengan Amerika Serikat, terutama menyangkut kebijakan tarif era Presiden Donald Trump yang berpotensi merugikan kepentingan ekonomi Beijing.

Ancaman dari China, Indonesia Pilih Tetap Tenang

China secara terbuka menyatakan akan mengambil langkah balasan kepada negara-negara yang dianggap mendukung kebijakan tarif AS yang merugikannya. Sikap ini merupakan respons langsung terhadap kebijakan dagang proteksionis AS yang belakangan kembali digalakkan. Bagi banyak negara, termasuk Indonesia, kondisi ini menempatkan mereka di posisi sulit — antara menjaga hubungan strategis dengan China dan tetap menjalin kerja sama erat dengan Amerika Serikat.

Namun, Pemerintah Indonesia menegaskan tidak akan terpancing oleh tekanan atau ancaman. Di tengah ketegangan ini, Indonesia tetap menjalankan hubungan dagang dengan semua mitra sesuai prinsip kerja sama dan saling menghormati. Dalam pernyataannya, Kementerian Perdagangan menegaskan bahwa aktivitas ekspor-impor dengan mitra seperti AS dan China tetap berjalan seperti biasa, tanpa intervensi balasan ataupun kebijakan konfrontatif.

Diplomasi Jadi Kunci Penyelesaian Masalah

Alih-alih merespons tekanan dengan kebijakan serupa, Indonesia memilih jalur diplomasi sebagai instrumen utama dalam menghadapi dinamika perdagangan internasional. Setiap potensi konflik atau gesekan dalam hubungan dagang, termasuk yang berkaitan dengan tarif atau kebijakan proteksi, akan diselesaikan melalui forum resmi dan komunikasi antarpemerintah.

Langkah ini mencerminkan sikap Indonesia yang konsisten dalam menjaga stabilitas perdagangan dan hubungan internasional. Pemerintah tidak ingin terjebak dalam pusaran konflik dua negara adidaya, yang bisa berdampak negatif terhadap kestabilan ekonomi domestik, khususnya di sektor ekspor, manufaktur, dan investasi asing.

Posisi Indonesia di Tengah Dua Raksasa Ekonomi

Indonesia memiliki hubungan dagang yang signifikan dengan kedua negara tersebut. Amerika Serikat adalah salah satu tujuan ekspor terbesar, terutama untuk produk-produk manufaktur, tekstil, dan elektronik. Sementara itu, China merupakan sumber utama impor bahan baku industri dan juga pasar besar bagi komoditas seperti batu bara, kelapa sawit, dan nikel.

Dalam konteks ini, menjaga hubungan baik dengan keduanya menjadi krusial. Indonesia tidak bisa serta-merta memihak atau condong ke salah satu pihak, karena akan menimbulkan risiko besar terhadap keseimbangan ekonomi nasional. Strategi netral dan diplomatis ini merupakan pendekatan realistis untuk tetap menjaga akses pasar, kelancaran rantai pasok, dan keberlanjutan investasi.

Meski Indonesia bersikap netral, dampak dari perang dagang AS-China bisa tetap terasa. Peningkatan tarif, pembatasan ekspor, dan ketegangan geopolitik dapat memicu perlambatan pertumbuhan global, yang pada akhirnya berdampak pada permintaan ekspor Indonesia. Selain itu, volatilitas pasar keuangan juga bisa meningkat, menyebabkan aliran modal asing keluar dan melemahkan nilai tukar rupiah.

Indonesia perlu bersiap menghadapi kemungkinan terburuk dari konflik dagang global ini. Salah satunya adalah memperkuat kerja sama perdagangan dengan negara-negara di kawasan Asia Tenggara dan Pasifik, memperluas pasar ekspor non-tradisional, serta mendorong diversifikasi produk ekspor untuk mengurangi ketergantungan terhadap dua raksasa ekonomi dunia.

Di tengah dominasi kekuatan ekonomi besar yang kerap memaksakan kehendak dalam hubungan dagang, Indonesia tetap berpegang pada prinsip perdagangan multilateral yang adil dan transparan. Sikap ini sejalan dengan komitmen Indonesia sebagai anggota aktif Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dan negara demokrasi yang menjunjung tinggi hukum internasional.

Dengan terus memelihara hubungan baik dan dialog terbuka dengan semua mitra, Indonesia berharap dapat menjaga stabilitas ekonomi dan tetap menjadi pemain penting dalam arsitektur perdagangan global yang tengah bertransformasi. Keseimbangan, kehati-hatian, dan diplomasi menjadi kunci untuk menghadapi era penuh tantangan ini — tanpa perlu berpihak, tapi tetap sigap mengamankan kepentingan nasional.

Fenomena Terkini






Trending