Indonesia Terus Berjuang Negosiasikan Tarif Impor dengan AS, Sementara Korea Selatan Capai Kemajuan

26 April 2025 07:48 WIB
berjuang-lunakkan-trump-trio-utusan-prabowo-bertemu-menkeu-as-1745578746055_169.jpeg

Kuatbaca.com - Negosiasi tarif perdagangan antara negara-negara Asia dengan Amerika Serikat semakin memanas. Pada Kamis, 24 April 2025, dua pertemuan penting berlangsung di Washington, D.C.: satu antara Indonesia dengan AS, dan satu lagi antara Korea Selatan dengan AS. Meski keduanya membahas kebijakan tarif resiprokal dari pemerintahan Presiden Donald Trump, hasil pertemuannya sangat berbeda. Korea Selatan tampaknya melaju cepat, sementara Indonesia masih berjuang keras agar bisa mendapat kesepakatan yang adil.

1. Delegasi Indonesia Bertemu Menteri Keuangan AS Bahas Tarif Ekspor

Pemerintah Indonesia mengambil langkah strategis dengan mengirim tiga pejabat tinggi untuk memimpin negosiasi terkait kebijakan tarif AS terhadap produk Indonesia. Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, dan Wakil Ketua Dewan Ekonomi Nasional Mari Elka Pangestu hadir langsung di Washington untuk membahas tarif impor yang saat ini mencapai 32%.

Dalam pertemuan dengan US Secretary of Treasury, Scott Bessent, fokus pembicaraan adalah potensi dampak tarif tersebut terhadap ekspor Indonesia. Sri Mulyani menekankan pentingnya pembahasan ini sebagai bentuk diplomasi ekonomi yang bertujuan mencari solusi konkret atas tantangan perdagangan bilateral.

"Pertemuan dengan Secretary Scott Bessent bersama Pak Menko Airlangga dan Mari membahas dinamika kebijakan tarif perdagangan Amerika Serikat," ujar Sri Mulyani melalui akun resmi Instagram miliknya.

2. Harapan Pemerintah Indonesia atas Hasil Negosiasi

Melalui pendekatan yang berbasis dialog, pemerintah Indonesia berharap dapat mencapai kesepakatan yang lebih adil dan saling menguntungkan. Dalam konteks ini, Sri Mulyani menegaskan bahwa diskusi dan negosiasi menjadi instrumen penting untuk membangun kerja sama ekonomi yang lebih konstruktif.

"Kami percaya bahwa melalui diskusi dan negosiasi, kita dapat menemukan solusi terbaik untuk mewujudkan kerja sama yang adil dan konstruktif bagi Indonesia dan juga Amerika Serikat," tambahnya.

Namun, hingga kini, belum ada kejelasan mengenai hasil konkret dari pertemuan tersebut. Proses negosiasi masih akan berlanjut dalam pertemuan-pertemuan teknis selanjutnya.

3. Korea Selatan Lakukan Negosiasi Lebih Cepat dan Efisien

Di hari yang sama, Korea Selatan juga bertemu dengan pihak Amerika Serikat dan menunjukkan kemajuan yang cukup signifikan. Delegasi Korea Selatan, yang dipimpin oleh Menteri Keuangan Choi Sang-mok dan Menteri Perindustrian Ahn Duk-geun, bertemu dengan Scott Bessent dan Perwakilan Dagang AS Jamieson Greer.

Bessent menyatakan bahwa negosiasi dengan Korea Selatan berjalan lebih cepat dari yang diperkirakan, bahkan kesepakatan teknis kemungkinan bisa dibahas lebih lanjut dalam waktu dekat. Diskusi lanjutan antara kedua negara dijadwalkan pada 15–16 Mei 2025 di Korea Selatan, membahas tarif, keamanan ekonomi, investasi, dan kebijakan mata uang.

4. Fokus Korea Selatan pada Industri Strategis dan Otomotif

Korea Selatan secara tegas menyampaikan kepentingannya pada sektor-sektor utama, termasuk otomotif yang paling terkena dampak dari kebijakan tarif AS. Negara tersebut juga menawarkan kerja sama strategis di bidang industri kapal, energi, serta kebijakan ketidakseimbangan perdagangan untuk mendapatkan keringanan atau pengecualian tarif.

Diskusi yang dilakukan Korea Selatan terkesan lebih fokus dan pragmatis, dengan penekanan pada empat bidang utama: kebijakan tarif, langkah non-tarif, investasi, dan kestabilan mata uang.

5. Perjuangan Indonesia Belum Selesai, Dialog Masih Berlanjut

Berbeda dengan Korea Selatan yang telah menjadwalkan pembahasan lanjutan dan menyentuh sektor-sektor spesifik, Indonesia masih dalam tahap awal negosiasi. Tantangan terbesar adalah meyakinkan AS agar tidak menyamakan Indonesia dengan negara-negara lain yang dikenai tarif tinggi secara resiprokal.

Dengan potensi besar di sektor ekspor dan ketergantungan terhadap pasar luar negeri, Indonesia harus terus mengupayakan dialog terbuka dan pendekatan diplomatik untuk memperjuangkan hak ekonominya di tengah tekanan kebijakan perdagangan global.

Fenomena Terkini






Trending