Indonesia Incar Pasar Australia untuk Ekspor Buah dan Ikan, Prabowo Siap Gandeng Petani dan Nelayan

Kuatbaca.com - Presiden Indonesia terpilih, Prabowo Subianto, menegaskan komitmennya untuk membuka pasar baru bagi produk unggulan Indonesia. Dalam pertemuan bilateral bersama Perdana Menteri Australia, Anthony Albanese, Prabowo menyampaikan bahwa Indonesia tengah fokus mengembangkan ekspor buah-buahan dan hasil perikanan ke pasar Australia. Langkah ini menjadi bagian dari upaya diversifikasi pasar ekspor serta penguatan ketahanan pangan nasional melalui pemberdayaan petani dan nelayan lokal.
Indonesia memiliki potensi besar dalam sektor pertanian dan perikanan. Namun, untuk bisa bersaing di pasar global seperti Australia, Prabowo menekankan pentingnya peningkatan kualitas, produktivitas, dan pemenuhan standar internasional. Menurutnya, hanya dengan langkah konkret dan strategis, produk pertanian Indonesia bisa benar-benar menembus pasar negara maju.
1. Gandeng Australia untuk Tingkatkan Kapasitas Petani dan UMKM
Dalam pernyataannya, Prabowo mengundang Australia untuk berkolaborasi dalam memperkuat kapasitas petani dan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Indonesia. Ia melihat pentingnya keterlibatan langsung dari mitra luar negeri dalam proses transfer ilmu, teknologi, dan manajemen modern untuk mendorong sektor pertanian dan perikanan yang lebih berdaya saing.
“Kami ingin Australia tidak hanya jadi pasar, tapi juga mitra pengembangan. Petani dan nelayan kami perlu pelatihan, akses teknologi, dan pembinaan yang konsisten,” ujar Prabowo saat menjamu PM Albanese di Istana Merdeka.
Inisiatif ini sekaligus menciptakan peluang kerja sama yang lebih luas, tak hanya dalam hal ekspor-impor, tetapi juga dalam pembangunan kapasitas sumber daya manusia di sektor agro-maritim. Ini juga akan membuka ruang investasi yang strategis bagi Australia dalam mendukung modernisasi pertanian dan perikanan Indonesia.
2. Fokus pada Standardisasi Produk Ekspor
Salah satu tantangan utama yang tengah dihadapi Indonesia adalah memastikan produk buah dan ikan memenuhi standardisasi internasional, terutama untuk negara-negara dengan regulasi ketat seperti Australia. Prabowo menyadari bahwa untuk dapat diterima di pasar global, Indonesia perlu memperkuat sistem pengawasan mutu, sertifikasi keamanan pangan, dan logistik rantai dingin.
Pemerintah akan menggalakkan program pendampingan dari hulu ke hilir bagi para petani dan nelayan. Mulai dari pemilihan benih unggul, praktik budidaya yang ramah lingkungan, hingga pengemasan dan distribusi yang efisien. Semua itu akan menjadi prioritas utama dalam lima tahun ke depan demi meningkatkan daya saing ekspor nasional.
3. Ketahanan Pangan Jadi Agenda Kerja Sama Strategis
Selain membuka akses ekspor, Prabowo dan Albanese juga membahas potensi kerja sama lebih luas di bidang ketahanan pangan. Meskipun belum merinci secara detail, kerja sama ini diperkirakan mencakup pengembangan teknologi pertanian, pengelolaan lahan berkelanjutan, serta inovasi di bidang budidaya perikanan.
Kerja sama ini sangat penting mengingat tantangan global seperti perubahan iklim dan krisis pangan. Indonesia dan Australia, sebagai dua negara di kawasan Indo-Pasifik, memiliki posisi strategis untuk saling mendukung dalam menjaga stabilitas pangan kawasan dan dunia.
4. Sambutan Positif dari Australia dan Peluang Masa Depan
Australia sendiri menyambut positif rencana kerja sama yang ditawarkan Indonesia. Dukungan yang diberikan tidak hanya dalam bentuk politik dagang, tetapi juga peluang kolaborasi dalam sektor ekonomi hijau seperti pengembangan ekosistem kendaraan listrik, energi terbarukan, dan teknologi pertanian presisi.
Pertemuan bilateral ini menandai langkah baru hubungan Indonesia–Australia yang lebih produktif dan saling menguntungkan. Selain memperkuat diplomasi ekonomi, kerja sama ini juga diharapkan mampu membuka lebih banyak lapangan kerja, meningkatkan nilai tambah produk dalam negeri, dan memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasok global.